Anda di halaman 1dari 34

Kelompok 2

Gangguan kebutuhan
aktivitas pada pasien
dengan kasus stroke
hemoragic
Dosen pengampu : Ns. Cut Sarida Pompey, MSN
—Anggota Kelompok 2—

Puji Dwi Maryani 2010701030


Megiantara Haruman 2010701031
Siti Alyatunnisa 2010701036
Charla Bernadhetta A.D 2010701047
Winy Devi Rahayu 2010701064
Dina Evaliana 2010701067
Table of Contents
1 Definisi Stroke Hemoragic 6 Pathway Stroke Hemoragic

2 Klasifikasi Stroke Hemoragic


7.
Manifestasi Klinik Stroke
Hemoragic

3 Etiologi Stroke Hemoragic 8. Penatalaksanaan Stroke


Hemoragic

4 Faktor Resiko Stroke Hemoragic


9.
Pemeriksaan Penunjang Stroke
Hemoragic

5 Patofisiologi Stroke Hemoragic


10
Asuhan Keperawatan Stroke
Hemoragic
Pengertian Stroke
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak
berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat
terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke
didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai
darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau
perdarahan (stroke hemoragik) (Junaidi, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah


adanya tanda - tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain selain vaskular (Ode,
2012).

Siti Alyatunnisa
Klasifikasi Stroke
Perdarahan ekstra
Perdarahan intra
serebral / Perdarahan Sub
serebral (PIS) Arachnoid (PSA)

Perdarahan Intra Serebral diakibatkan Perdarahan sub arachnoid adalah


oleh pecahnya pembuluh darah masuknya darah ke ruang
intraserebral sehingga darah keluar dari subarachnoid baik dari tempat
pembuluh darah dan kemudian masuk ke lain (perdarahan subarachnoid
dalam jaringan otak (Junaidi, 2011). sekunder) dan sumber
Penyebab PIS biasanya karena hipertensi perdarahan berasal dari rongga
yang berlangsung lama lalu terjadi subarachnoid itu sendiri
kerusakan dinding pembuluh darah dan (perdarahan subarachnoid
salah satunya adalah terjadinya primer) (Junaidi, 2011).
mikroaneurisma.

Siti Alyatunnisa
Etiologi
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke
perdarahan (stroke hemoragik) disebabkan oleh
arteri yang mensuplai darah ke otak pecah.
Penyebabnya misalnya tekanan darah yang mendadak
tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan
tekanan darah yang mendadak tinggi juga dapat
disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan
tekanan lainnya, seperti mengedan, batuk keras,
mengangkat beban, dan sebagainya. Pembuluh darah
pecah umumnya karena arteri tersebut berdinding
tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma atau
arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik

(Junaidi, 2011).

Siti Alyatunnisa
Faktor resiko
(Arum, 2015)

Faktor resiko medis Faktor resiko pelaku Faktor resiko yang dapat di
modifikasi
1. Arteriosklerosis 1. Kebiasaan merokok 1. Hipertensi
(pengerasan pembuluh 2. Mengkonsumsi minuman 2. Penyakit jantung
bersoda dan beralkohol 3. Diabetes melitus
darah) 3. Suka menyantap makanan 4. Hiperkolesterlemia
2. Adanya riwayat stroke siap saji (fast food/junk 5. Obesitas
dalam keluarga (factor food) 6. Merokok
keturunan) 4. Kurangnya aktivitas
3. Migraine (sakit kepala gerak/olahraga
5. Suasana hati yang tidak
sebelah) nyaman
Siti Alyatunnisa
Patofisiologi

Stroke hemoragik ditandai dengan terjadinya


perdarahan ke dalam ruang jaringan otak atau di bagian
intraserebral akibat hipertensi.Akibat perdarahan ini
terjadi penekanan pada medulla oblongata. Dimana
medulla oblongata merupakan pusat sistem pernafasan.
Akibat perdarahan ini terjadi penekanan pada saraf
pernafasan. Saraf pernafasan yang terganggu yaitu
saraf fernikus. Saraf fernikus ini merangsang inspirasi
dengan kontraksi diafragma. Akibat dari terganggunya
saraf fernikus, terjadi penurunan impuls yang
dimanifestasikan menjadi kelelahan otot diafragma.
Kelelahan otot pernafasan ini dipengaruhi oleh usia
(Potter & Perry, 2005).

Megiantara
Haruman
Pathway

Megiantara
Haruman
Manifestasi Klinik

1 Kelumpuhan
2 Gangguan Sensibilitas
3 Penurunan Kesadaran
Terjadi akibat perdarahan
terjadi akibat adanya kerusakan Terjadi karena kerusakan
pada area motorik di korteks bagian sistem saraf otonom dan kerusakan otak
frontal

Afasia
4 5
Disatria Gangguan Penglihatan
terjadi jika terdapat kerusakan
pada area pusat bicara primer terjadi karena kerusakan 6 terjadi karena kerusakan
pada lobus temporal atau
yang berada pada hemisfer kiri nervus cranial sehingga
terjadi kelemahan dari parietal yang dapat
otot bibir menghambat serat saraf
Puji Dwi Maryani optik
Komplikasi

Disritmia
Embolisme Serebral Hipoksia Serebral
Sumbatan pembuluh darah otak akibat Penurunan kadar oksigen yang tidak

pembekuan darah. Dapat terjadi setelah segera diatasi dapat mengakibatkan

infark miokard atau fibrilasi atrium atau kerusakan sel, jaringan maupun organ

dapat berasal dari katup jantung prostetik. tubuh laonnya, seperti otak

Puji Dwi Maryani


Pemeriksaan Penunjang

Angiografi Lumbal
MRI CT Scan
Serebral Pungsi untuk menentukan
Untuk mendeteksi posisi dan besar Untuk mendeteksi
Menentukan penyebab adanya jaringan otak
jenis stroke terjadinya perdarahan
stroke secara spesifik yang infark
hemoragic otak

Puji Dwi Maryani


Penatalaksanaan Medis

Pembedahan Farmakologis Terapi Wicara


Pemberian obat
Dilakukan jika Untuk membantu
antitrombosit dan
perdarahan serebrum penderita dapat
antikoagulan
lebih dari 3 cm berbicara kembali

Mengurangi TIK Fisioterapi


Dengan meninggikan Untuk merangsang
kepala 15-30 derajat timbulnya tonus ke arah
menghindari flexi dan normal dan meningkatkan
rotasi kepala yang kemampuan aktivitas
Puji Dwi Maryani
berlebihan fungsional
Kasus
Seorang pasien perempuan berusia 66 tahun dirawat hari
pertama di ruang ICU dengan penurunan kesadaran, GCS : 7,
suara nafas mengorok. Menurut keluarga pasien memiliki
riwayat diabetes mellitus dan saat serangan terjadi pasien
tiba tiba jatuh dikamar mandi dan mengeluh nyeri kepala
hebat dan kelemahan pada tangan dan kaki kiri.
Saat pengkajian didapatkan kesadaran somnolen. Kekuatan
otot: 1111/4444; 1111/4444. ADL dibantu oleh perawat dan
keluarga. TD : 190/100 mmHg,
RR: 28x/m, Nadi: 98x/m, Suhu : 37,9°C. Hasil pemeriksaan
CT Scan : Perdarahan intraserebral. Hasil pemeriksaan Lab :
Hb : 11 g/dl, Leukosit 5200 µL, GDS : 320 g/dl. Pasien
mendapatkan amlodipin 5 mg, simvastatin 40 mg, manitol 100
g tiap 4 jam

Megiantara
Haruman
Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif

1. Keluarga pasien mengatakan pasien 1. GCS : 7


memiliki riwayat diabetes mellitus dan 2. suara nafas mengorok (snoring)
saat serangan terjadi pasien tiba tiba 3. kesadaran somnolen.
jatuh dikamar mandi
4. Kekuatan otot: 1111/4444; 1111/4444.
2. Keluarga mengatakan klien mengeluh nyeri
5. TD : 190/100 mmHg,
kepala hebat
3. Keluarga mengatakan klien mengeluhkan 6. RR: 28x/m,
kelemahan pada tangan dan kaki kiri. 7. Nadi: 98x/m,
8. Suhu : 37,9°C.
9. Hasil pemeriksaan CT Scan : Perdarahan
intraserebral
10. Hasil pemeriksaan Lab :
Hb : 11 g/dl,
Leukosit 5200 µL,
GDS : 320 g/dl.
Megiantara
Haruman ADL dibantu oleh perawat dan keluarga
Analisa Data
No. Data Fokus Masalah Etiologi
1. Ds : Perfusi serebral tidak Perdarahan
- Keluarga mengatakan pasien mengeluh nyeri kepala hebat dan kelemahan pada efektif intra
tangan dan kaki kiri (SDKI Hal 51, D. 0017) serebral
Do:
- Penurunan kesadaran
- Kesadaran somnolen
- GCS 7
- Hasil pemeriksaan CT Scan : Perdarahan intraserebral
- TD : 190/100 mmHg

2. Ds : Pola napas tidak efektif Hambatan


(SDKI, hal 26, D.0005) upaya napas

Do :
- suara nafas mengorok
- RR : 28x/menit

3. Ds : Gangguan mobilitas fisik Penurunan


- Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluhkan kelemahan pada tangan kiri dan kaki kiri (SDKI hal 124, D.0054) kekuatan otot
dan massa
otot
Do :
- ADL pasien dibantu oleh perawat dan keluarga
- Kekuatan otot
1111/4444
Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d Hipertensi

2. Pola nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas d.d


pola napas abnormal, suara napas klien mengorok
(snoring), RR : 28x/menit

3. Gangguan mobilitas fisik b.d Penurunan kekuatan otot


dan massa otot d.d Adl pasien dibantu keluarga
Intervensi Keperawatan
No DX Tanggal Kriteria hasil Intervensi Paraf

1 08/02/2022 Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN PENINGKATAN Kel 2


keperawatan selama 3x24 jam TEKANAN INTRAKRANIAL (I. 06198)
maka perfusi serebral meningkat
dengan kriteria hasil : Observasi
a. tingkat kesadaran -Identifikasi penyebab peningkatan TIK
meningkat (mis. Lesi, gangguan metabolisme, edema
b. tekanan intrakranial serebral)
menurun -Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
c. sakit kepala menurun (mis. Tekanan darah meningkat, tekanan
d. demam menurun nadi melebar, bradikardia, pola napas
e. nilai rata rata tekanan ireguler, kesadaran menurun)
darah membaik -Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
f. kesadaran membaik -Monitor CVP (Central Venous Pressure),
g. tekanan darah sistolik jika perlu
membaik -Monitor PAWP, jika perlu
h. tekanan darah diastolik -Monitor PAP, jika perlu
membaik -Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika
(SLKI Hal 86, L.02014) tersedia
-Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
Lanjutan…
No DX Tanggal Kriteria hasil Intervensi Paraf

1 08/02/2002 Terapeutik Kel 2


-Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
-Berikan posisi semi fowler
-Cegah terjadinya kejang
-Hindari penggunaan PEEP
-Hindari pemberian cairan IV hipotonik
-Atur ventilator agar PaCO2 optimal
-Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan, jika perlu
-Kolaborasi pemberian diuretic osmosis,
jika perlu
Intervensi Keperawatan
No DX Tanggal Kriteria hasil Intervensi Paraf

2 08/02/2002 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas (I. 01011) Kel 2
keperawatan selama 3x24
jam, maka pola nafas membaik Observasi
dengan kriteria hasil: -Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
a. Frekuensi napas napas)
membaik -Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
b. dispnea menurun weezing, ronkhi kering)
-Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
(SLKI, Hal 95, L. 01004)
Terapeutik
-Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma cervical)
-Posisikan semi-Fowler atau Fowler
-Berikan minum hangat
-Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
-Lakukan hiperoksigenasi sebelum
-Penghisapan endotrakeal
-Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsepMcGill
-Berikan oksigen, jika perlu
Intervensi Keperawatan
No DX Tanggal Kriteria hasil Intervensi Paraf

3 08/02/2002 Setelah dilakukan DUKUNGAN Mobilisasi (I.05173) Kel 2


tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam, maka - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
mobilitas fisik meningkat lainnya
dengan kriteria hasil: - Identifikasi toleransi fisik melakukan
a. gerakan terbatas pergerakan
menurun - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
b. kelemahan fisik sebelum memulai mobilisasi
menurun - Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
(SLKI, Hal 65, L.05042) Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
(mis. pagar tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan fisik, jika
perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Implementasi Keperawatan
No. dx Tanggal/jam Tindakan Hasil Paraf

1 08/02/2022 1. Mengidentifikasi penyebab ds : Kel 2


07.30 WIB peningkatan TIK (mis. Lesi, - Keluarga mengatakan klien
gangguan metabolisme, edema mengeluh nyeri kepala hebat
serebral) dan kelemahan tangan dan kaki kiri
2. Memonitor tanda/gejala peningkatan do :
TIK - Kesadaran somnolen
3. Memonitor MAP (Mean Arterial - GCS 7
Pressure) - td : 190/100 mmhg
4. Memonitor status pernafasan - rr : 28 x/menit
5. Pertahankan suhu tubuh normal - Suhu 37,9 celcius

2 08/02/2022 1. Memonitor pola nafas (frekuensi, ds : Kel 2


10.00 WIB kedalaman, usaha napas)
2. Memonitor bunyi napas tambahan do :
- Tampak suara napas mengorok
(snoring)
- RR : 28x/menit
3 08/02/2022 1. mengidentifikasi adanya nyeri ds : kel 2
12.30 WIB atau keluhan fisik lainnya - Keluarga
2. mengidentifikasi toleransi fisik mengatakan klien
melakukan pergerakan mengeluh
3. Memonitor frekuensi jantung dan kelemahan pada
tekanan darah sebelum memulai tangan kiri dan
mobilisasi kaki kiri
4. Memonitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi do :
- ADL pasien dibantu
oleh perawat dan
keluarga
- Kekuatan otot
1111/4444
1111/4444
1 09/02/20 1. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan ds : Kel 2
22 lingkungan yang tenang - Keluarga mengatakan klien tampak tenang
08.00 2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK do :
WIB 3. Memberikan posisi semi fowler - GCS 10
4. Mencegah terjadinya kejang - td : 170/ 90 mmhg
5. Mempertahankan suhu tubuh normal - suhu : 37,5°C
6. Melakukan kolaborasi pemberian obat - nadi : 98x/menit
- Terapi obat amlodipin 5 mg, simvastatin
40 mg, manitol 100 g tiap 4 jam

2 09/02/20 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha ds : Kel 2


22 napas) - Keluarga mengatakan klien masih ada
11.30 WIB 2. -Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, suara mengorok
mengi, weezing, ronkhi kering) do :
3. Memposisikan semi-Fowler atau Fowler - Tampak suara mengorok
- rr: 23x/menit

3 09/02/20 1. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat ds : Kel 2


22 bantu (mis. pagar tempat tidur) - keluarga mengatakan klien kaki dan
13.00 WIB 2. Memfasilitasi melakukan pergerakan fisik tangan masih lemas saat digerakkan
3. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien - keluarga klien mengerti apa yang
dalam meningkatkan pergerakan dijelaskan perawat
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi do :
5. Menganjurkan melakukan mobilisasi dini - keluarga klien tampak kooperatif dan
6. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus mendengarkan arahan dari perawat
dilakukan (mis. duduk di tempat tidur, duduk
disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)
1 10/02/20 1. Memonitor MAP (Mean Arterial Pressure) ds : Kel 2
22 2. Memonitor status pernafasan - Keluarga mengatakan klien sudah
07.45 3. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan mulai membaik keadaan nya dan
WIB lingkungan yang tenang merasa tenang
4. Memberikan posisi semi fowler do :
5. Mencegah terjadinya kejang - GCS 13
6. Mempertahankan suhu tubuh normal - td : 140/80 mmhg
7. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK - n : 80 x / menit
- s : 37,3°C
2 10/02/20 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha ds : Kel 2
22 napas) - Keluarga mengatakan klien sudah
10.30 2. Mempertahankan kepatenan jalan napas tidak ada suara mengorok
WIB 3. Memposisikan semi-Fowler atau Fowler do :
- rr : 20 x/menit
3 10/02/20 1. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah ds : Kel 2
22 sebelum memulai mobilisasi - keluarga mengatakan kelemahan
12.30 2. Memonitor kondisi umum selama melakukan kaki dan tangan kiri sudah
WIB mobilisasi berkurang
3. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu do :
(mis. pagar tempat tidur) - pasien tampak masih lemas
4. Memfasilitasi melakukan pergerakan fisik - td : 140/80 mmhg
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam - n : 87 x / menit
meningkatkan pergerakan - s : 37,3°C
- rr : 20x/menit
- adl pasien masih dibantu dengan
keluarganya
Evaluasi Keperawatan
Tanggal / jam No dx Evaluasi Paraf

08 - 02 - 2022 1 S: Kel 2
14.00 WIB - Keluarga mengatakan klien mengeluh nyeri kepala hebat
dan kelemahan tangan dan kaki kiri
o:
- Kesadaran somnolen
- GCS 7
- td : 190/100 mmhg
- rr : 28 x/menit
- Suhu 37,9 celcius
A : Masalah Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d
hipertensi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi,
gangguan metabolisme, edema serebral)
2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK
3. Memonitor MAP (Mean Arterial Pressure)
4. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
5. Memberikan posisi semi fowler
08 - 02 - 2022 2 S:- Kel 2
14.00 WIB O:
- Tampak suara napas mengorok (snoring)
- RR : 28x/menit
A : masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
2. Memonitor bunyi napas tambahan
3. Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
4. Memposisikan semi-Fowler atau Fowler
08- 02 - 3 S: Kel 2
2022 - Keluarga mengatakan klien mengeluh kelemahan pada tangan kiri dan kaki
14.00 WIB kiri
O:
- ADL pasien dibantu oleh perawat dan keluarga
- Kekuatan otot 1111/4444, 1111/4444
A: masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
2. Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
3. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat
tidur)
4. Memfasilitasi melakukan pergerakan fisik
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
7. Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
8. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)
09- 02 - 1 S: Kel 2
2022 - Keluarga mengatakan klien tampak tenang
14.30 WIB O:
- GCS 10
- td : 170/ 90 mmhg
- suhu : 37,5°C
- nadi : 98x/menit
- Terapi obat amlodipin 5 mg, simvastatin 40 mg, manitol 100 g tiap 4 jam
A: Masalah Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d hipertensi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme,
edema serebral)
2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK
3. Memonitor MAP (Mean Arterial Pressure)
4. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
5. Memberikan posisi semi fowler
6. Mencegah terjadinya kejang
7. Mempertahankan suhu tubuh normal
8. Melaukan kolaborasi pemberian obat
09 - 02 - 2022 2 S: Kel 2
14.30 WIB - Keluarga mengatakan klien masih ada suara
mengorok
O:
- Tampak suara mengorok
- rr: 23x/menit
A : masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
2. Memonitor bunyi napas tambahan
3. Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
4. Memposisikan semi-Fowler atau Fowler
09- 02 - 3 S: Kel 2
2022 - keluarga klien tampak kooperatif dan mendengarkan arahan dari perawat
14.30 WIB - Keluarga mengatakan klien mengeluh kelemahan pada tangan kiri dan kaki kiri
O:
- keluarga klien tampak kooperatif dan mendengarkan arahan dari perawat
A: masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
2. Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
3. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat tidur)
4. Memfasilitasi melakukan pergerakan fisik
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
7. Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
8. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk di tempat
tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
10- 02 - 1 S: Kel 2
2022 - Keluarga mengatakan klien sudah mulai membaik keadaan nya dan merasa tenang
15.00 WIB O:
- GCS 13
- td : 140/80 mmhg
- n : 80 x / menit
- s : 37,3°C
A: Masalah Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d hipertensi teratasi
P : intervensi dihentikan

2 S:
10- 02 - - Keluarga mengatakan klien sudah tidak ada suara mengorok
2022 O:
15.30 WIB - rr : 20 x/menit
A: Masalah pola nafas tidak efektif teratasi
P : intervensi dihentikan

3 S:
- keluarga mengatakan kelemahan kaki dan tangan kiri sudah berkurang
10.02.2022 O:
16.00 WIB - pasien tampak masih lemas
- td : 140/80 mmhg
- n : 87 x / menit
- s : 37,3°C
- rr : 20x/menit
- adl pasien masih dibantu dengan keluarganya
A: Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi
P : intervensi dihentikan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai