Anda di halaman 1dari 11

Assalamualaikum Wr.Wb.

HAJI
Kelompok 4

Nama Kelompok:
• Alika Safitriani
• Agung Septa Adi Dharma
• Dery Bachtiar
A. Hakikat Haji

Hakikat haji adalah kembali menuju kepada Allah swt. Namun disimbolkan
dengan menuju kepada Baitullah, sebagaimana dijadikan sebagai definisi haji
secara bahasa. Sehingga orang yang menunaikan haji diharapkan kembali
mendekat kepada Allah swt baik secara lahir maupun batin.
B. Sejarah Haji
Sejarah Haji dalam Islam telah bermula ribuan tahun yang lalu pada
zaman Nabi Ibrahim AS tahun 1861 – 1686 SM. Nabi Ibrahim AS
merupakan keturunan kepada Sam bin Nuh AS pada tahun 3900 –
2900 SM. Menurut kajian khazanah Islam, Nabi Ibrahim AS telah
dilahirkan di sebuah kota penting di Mesopotamia iaitu di Ur-Kasdim.
Namun begitu, akhirnya Nabi Ibrahim telah berpindah dan menetap di
sebuah lembah negeri di Syam.
C. Mencapai Haji Mabrur
Secara bahasa, kata mabrur memiliki makna:
• Diterima, tidak ditolak.
• Berisi ketaatan, bukan kemaksiatan
• Jujur, tidak mengandung pengkhianatan. Seperti jual beli yang mabrur: jual beli yang didasari
kejujuran, tidak ada aib pada barang yang disembunyikan
Kriteria Haji Mabrur:
• Ikhlas karena Allah Ta’ala
• Tata cara manasiknya sesuai tuntunan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, terpenuhi dengan baik
syarat, rukun, dan kewajiban haji, yang disempurnakan dengan sunnah-sunnah dalam haji.
• Biaya hajinya berasal dari penghasilan yang halal.
• Menjauhi ucapan dan perbuatan kotor/ mesum, dosa-dosa, maupun perdebatan.
• Berakhlak mulia kepada sesama manusia: tutur katanya baik, sabar, pemaaf, dermawan, tidak
mengganggu atau menyakiti yang lain.
• Perbuatan setelah berhaji menjadi semakin baik, semakin berkurang ambisi (tidak tamak) terhadap
urusan duniawi dan semakin bersemangat menggapai kebahagiaan di akhirat.
D. Hikmah Haji Dalam Berbagai Aspek
• Ibadah haji adalah salah satu amalan yang paling baik, sebagaimana
tertulis di dalam hadis berikut: “Dari Abu Hurairah.
• Dengan mengamalkan seperti yang diperintahkan Allah Swt. dan
diajarkan Rasulullah Saw., maka sekembalinya seorang Muslim dari
ibadah haji, ia akan terbebas dari segala dosa, layaknya bayi yang baru
lahir ke dunia.
• Memperoleh pahala berupa surga.
• Ketika seorang Muslim menjalankan ibadah haji atau umroh, itu
berarti ia telah menjawab panggilan Allah Swt. dan menjadi tamu-
Nya.
• Ibadah haji mampu menghapus berbagai dosa yang pernah dilakukan.
E. Makna Spiritual Haji Bagi Kehidupan Sosial
Pertama, Thawaf, yakni mengitari Kakbah sebanyak tujuh kali melawan arah jarum jam. Thawaf adalah
simbol bahwa alam ini tidak berhenti bergerak. Ini dilambangkan dengan mengelilingi Kakbah. Manusia
yang ingin eksis adalah yang manusia yang selalu bergerak. Maknanya, bergerak adalah entitas
kehidupan, sebab berhenti bergerak sama dengan kematian. Kualitas seseorang ditentukan oleh
bergeraknya ia ke arah yang memberi gerak. Bergerak ke pusat orbitnya.
Dalam konteks kehidupan kita, seseorang yang haji adalah pribadi yang bergerak dalam
mengejewantahkan nilai-nilai ketuhanan di muka bumi. Bergerak dari perilaku yang penuh dengan
maksiat menuju perilaku yang penuh rahmat. Karena dengan bergerak ke arah ketuhananlah kita akan
selamat dalam kehidupan ini. Sebab berhenti bergerak adalah statis dan itu sejatinya mati,walau tanpa
dikebumi.
Kedua, Sa’i yaitu berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwa. Hal ini dilakukan ketika Siti Hajar
sangat membutuhkan air di padang yang tandus. Berdua dengan anak yang masih kecil di tempat yang
tidak dikenal dan tidak ada sumber kehidupan. Sebuah tantangan kehidupan yang teramat berat. Berkali-
kali Siti Hajar berlari-lari mencari sumber kehidupan. Ketika sampai di Marwa, ia melihat air di Safa,
ketika sampai di Safa, ia melihat air di Marwa. Ternyata gambaran air itu adalah fatamorgana. Tanpa
disangkanya muncullah air di kaki Ismail, air yang dikenal dengan nama air Zam-Zam.
Perilaku Siti Hajar itu memberikan gambaran kepada kita bahwa untuk hidup perlu usaha, usaha yang
sungguh-sungguh dan maksimal. Kendati ia isteri nabi tapi Siti Hajar tidak ujug-ujug minta kepada Allah
Swt sebelum berusaha. Kendatipun usaha telah maksimal, keputusan akhir ada di tangan Allah Swt.
Terkadang dalam kehidupan kita merasakan bagaimana usaha telah maksimal tapi hasil tak memuaskan.
Sejatinya itu menunjukkan bahwa yang menentukan hasil adalah Allah. Manusia tak satupun yang punya
kuasa.
Ketiga, Melontar jumrah. Sebuah ibadah yang didasarkan kepada perilaku Nabi Ibrahim as yang
melempar setan ketika ia ingin menunaikan perintah Allah Swt. Setan adalah simbol menggagalkan
manusia untuk mentaati Allah. Dan itu harus dilawan dan dikeluarkan dari diri manusia.
Setan di dalam diri manusia terkadang muncul dengan berbagai personifikasi. Bagi orang yang kaya
setannya adalah perilaku Qarun. Orang yang memiliki kekuasaan adalah sifat Fir’aun dan bagi yang
intelektual adalah perilaku Bal’am. Untuk menjadi orang yang selamat bergerak dalam kehidupan mesti
setan-setan itu dilempar dari kehidupan kita. Dan ini harus dimiliki seorang yang haji.

Keempat, Wukuf di Padang Arafah. Dalam Islam di daerah inilah dipertemukannnya Nabi Adam as dan
Siti Hawa, yang kemudian melakukan taubat kepada Allah Swt sebagaimana firman-Nya dalam Alquran:
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika engkau tidak mengampuni kami dan
memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf:
23)
Padang Arafah dikenal sebagai miniaturnya padang Mahsyar. Jutaan jamaah haji dari seluruh dunia
berkumpul di tempat ini. Tak ada beda antara pejabat dan rakyat, antara yang kaya dan miskin, dan tak
ada sekat-sekat negara bangsa, yang ada hanya manusia sebagi makhluk Allah.
Makna spiritual
Sebagai sebuah ibadah yang sarat dengan simbol dan makna spiritual, sejatinya harus dipahami dengan
benar oleh jamaah haji. Sebab dengan mengerti, memahami dan menghayati makna tersirat dari yang
tersiratlah ibadah haji akan bermakna. Berhaji dengan ritual fisik tanpa memahami makna sama dengan
ritual ulangan yang jauh dari nilai religiusitas. Dan itu adalah ibadah yang kering dengan makna. Seorang
yang bergelar haji diharapkan menjadi agen perubahan untuk membawa manusia ke arah yang baik.
Seorang yang bergelar haji adalah seorang yang telah memahami makna hidup dengan benar. Tentu
perilaku dan tindak tanduknya secara kualitatif-kuantitatif menjadi baik. Akan menjadi antiklimaks
apabila haji hanya dipahami sebagai ibadah simbol dan itu tidak termanifestasi dalam realitas kehidupan
di masyarakat.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai