Anda di halaman 1dari 33

Deret Taylor &

Analisis Galat

Nurmalitasari
DERET TAYLOR

– Definisi :
Andaikata f dan semua turunannya, f’,f’’,f’’’,… menerus
di dalam selang [a,b]. Misalkan : xoє[a,b], maka nilai-
nilai x di sekitar xo dan xє[a,b], f(x) dapat diperluas
(diekspansi) ke dalam deret Taylor :
( x  xo ) ' ( x  xo ) 2 '' ( x  xo ) m ( m )
f ( x)  f ( xo )  f ( x0 )  f ( xo )  ....  f ( xo )  ...
1! 2! m!
– Jika (x-xo)=h, maka :
h ' h 2 '' h m ( m)
f ( x)  f ( xo )  f ( x0 )  f ( xo )  ....  f ( xo )  ...
1! 2! m!

– Contoh :
Hampiri fungsi f(x)=sin(x) ke dalam deret Taylor di sekitar
xo=1.
Penyelesaian :
f(x) = sin(x) f’’’(x) = - cos(x)
f’(x) = -cos(x) f(4)(x) = sin(x)
f’’(x) = - sin(x) dst.
maka :
h2 h3 h4
f ( x)  sin( x)  sin(1)  h cos(1)  sin(1)  cos(1)  sin(1)  ...
2 6 24

f ( x)  0,8415  0,5403h  0,4208h 2  0,0901h 3  0,0351h 4  ...

Kasus khusus adalah bila fungsi diperluas di sekitar xo=0,


maka deretnya dinamakan deret Maclaurin yang
merupakan deret Taylor baku.
– Contoh-1 :
f(x)= sin(x) dimana xo = 0
– Penyelesaian :
h2 h3
f ( x)  sin( x)  sin(0)  h cos(0)  sin(0)  cos(0)
3 5
2 6
x x
f ( x)  sin( x )  x  
6 120

– Contoh-2 : f(x)=ex dimana xo=0


Penyelesaian :
x 0 ( x  0) 0 ( x  0) 2 0 ( x  0) 3 ( x  0) 4 0
f ( x)  e  e  e  e   e  ...
1! 2! 3! 4!
2 3 4
x x x
f ( x)  e x  1  x  e 0    ...
2! 3! 4!
– Karena suku-suku deret Taylor tidak berhingga
banyaknya, maka untuk alasan praktis deret Taylor
dipotong sampai suku order tertentu. Deret Taylor yg
dipotong s/d order ke-n dinamakan deret Taylor
terpotong yg dinyatakan:
( x  xo ) ' ( x  xo ) 2 '' ( x  xo ) n ( n )
f ( x)  f ( xo )  f ( x0 )  f ( xo )  ....  f ( xo )  Rn ( x)
1! 2! n!
( x  xo ) ( n 1)
Rn ( x)  f (c); xo  c x disebut galat / sisa (residu )
(n  1)!

Dengan demikian deret Taylor yg dipotong sampai


suku order ke-n dapat ditulis :
f ( x )  Pn ( x )  Rn ( x )
dimana :
n
( x  xo ) k k
Pn ( x)   f ( xo )
k 1 k!

( x  xo ) ( n 1) ( n 1)
Rn ( x)  f (c )
(n  1)!

Contoh : f(x)=sin(x); xo=1; utk deret Taylor orde


ke-4
Penyelesaian :
( x  1) ( x  1) 2 ( x  1)3 ( x  1) 4
P4 ( x)  sin(1)  cos(1)  sin(1)  cos(1)  sin(1)
1! 2! 3! 4!
( x  1) ( 41) ( 41) ( x  1) 5
Galat  R4 ( x)  f (c )  cos(c)
(4  1)! 5!
ANALISIS GALAT

– Galat berasosiasi dengan seberapa dekat solusi hampiran


terhadap solusi sejatinya. Semakin kecil galatnya, semakin
teliti solusi numerik yg didapatkan. Kita harus memahami
dua hal, yaitu :
a. Bagaimana menghitung galat
b. Bagaimana galat timbul
– Misalkan :
^
a adalah nilai hampiran terhadap nilai sejati a, maka :
^
  a  a disebut galat

– Contoh :
^
a  10,5; a  10,45   10,45  10,5  0,05
^
Galat Mutlak    a  a


Galat relatif :  R 
x 100%
a

Galat relatif hampiran :  RA  ^ x 100%
a
– Contoh :
Diketahui : a= 10/3; â = 3,333
Hitung : (a). Galat !
(b). Galat mutlak !
(c). Galat relatif !
(d). Galat relatif hampiran !
Penyelesaian :
(a). Galat : є = a-â = 10/3 – 3,333
= 10.000/3000 – 9999/3000
= 1/3000 = 0,000333
(b). Galat mutlak : |є|=|a-â) = 0,000333

Pendekatan lain, perhitungan numerik yg meng-gunakan


pendekatan lelaran (iteration), єRA dihitung dengan cara :

ar 1  ar
 RA 
ar 1
dimana : ar+1 = nilai hampiran lelaran sekarang
ar = nilai hampiran lelaran sebelumnya
– Proses lelaran dihentikan bila :
|єRA| < єS
єS = Toleransi galat yang dispesifikasikan
Semakin kecil єS, semakin teliti solusinya, namun semakin banyak proses
lelarannya
– Contoh :
Diketahui : Xr+1=(-Xr3 + 3)/6; r =0,1,2,3…
Xo= 0,5; єs= 0,00001
Hitung : єRA !
– Penyelesaian :
Xo = 0,5
(X1  X o )
X1 = 0,4791667;  RA   0,043478   s
X1

(X 2  X1 )
X2 = 0,4816638;  RA   0,0051843   s
X2

(X 3  X 2 )
X3 = 0,4813757;  RA   0,0005984   s
X3

(X 4  X 3 )
X4 = 0,4814091;  RA   0,0000693   s
X4

(X 5  X 4 )
X5 = 0,4814052;  RA   0,0000081   s , berhenti !
X5
SUMBER UTAMA GALAT
NUMERIK

– Secara umum terdapat dua sumber utama penyebab galat


dlm perhitungan numerik, yaitu :
1. Galat pemotongan (truncation error)
2. Galat pembulatan (round-off error)
Ada sumber galat lain, yaitu :
1. Galat eksperimental
2. Galat pemrograman
(1). Galat Pemotongan (truncation error).

Galat ini timbul akibat penggunaan hampiran


sebagai pengganti formula eksak. Maksudnya,
ekspresi matematika yg lebih kompleks diganti
dengan formula yg lebih sederhana. Tipe galat
pemotongan bergantung pd metode komputasi
yg digunakan untuk penghampiran shg kadang-
kadang disebut juga galat metode.
– Misalkan: turunan pertama f(x1), dihampiri dengan
formula : ' f ( xi 1 )  f ( xi )
f ( x1 ) 
h

dimana : h = lebar absis xi+1

– Contoh : hampiran fungsi cos(x) dengan bantuan deret


Taylor di sekitar x = 0 !
– Maka : x 2 x 4 x 6 x 8 x10
f ( x )  cos( x)  1       ......
2! 4! 6! 8! 10!

Nilai hampiran Galat pemotongan

– Galat pemotongan :
( x  xo ) ( n 1) ( n 1)
Rn ( x)  f (c )
(n  1)!

( x  0) ( 61) ( 61) x7
R6 ( x)  f (c )  cos(c)
(6  1)! 7!
– Nilai Rn yg tepat hampir tdk pernah dapat kita
peroleh, karena kita tdk mengetahui nilai c
sebenarnya terkecuali informasi bahwa c terletak
pada selang tertentu. Karenanya tugas kita adalah
mencari nilai maksimum yg mungkin dari |Rn| untuk
c dalam selang yg diberikan, yaitu :
( n 1)
(x - x )
Rn ( x)  Maks f ( n 1) (c) x o

xo  c  x (n  1)!
– Contoh-1 :
Gunakan deret Taylor orde 4 di sekitar xo=1 untuk menghampiri ln(0,9) dan
beri-kan taksiran untuk galat maksimum yang dibuat !

Penyelesaian :

f(x) = ln(x) f(1) = 0


f’(x) = 1/x f’(x) = 1
f’’(x) = -1/x2 f’(x) = -1
f’’’(x) = 2/x3 f’’’’(x) = 2
f(4)(x) = - 6/x4 f(4)(x) = -6
f(5)(x) = 24/x5 f(5)(c) = 24/c5
– Deret Taylor :
( x  1) 2 ( x  1)3 ( x  1) 4
ln( x)  ( x  1)     R4 ( x)
2 3 4

(0,1) 2 (0,1)3 (0,1) 4


ln(0,9)  0,1     R4 ( x)
2 3 4

ln(0,9)  0,1053583  R4 ( x)
24 (-0,1)5
R5 (0,9)  Maks 5
x  0,0000034
0 , 9 c 1 c 5!
– Jadi : ln(0,9) = -0,1053583 dengan galat pemotongan
< 0,0000034.
– Contoh-2 :
1
x2 x2
Hampiri nilai  e dx secara numerik, yaitu : f ( x)  e
0
dengan deret Maclaurin orde 8 !
Penyelesaian :
x2
Deret Maclaurin orde 8 dari f ( x)  e adalah :
4 6 8
2 x x x
ex  1 x2   
2! 3! 4!
1 1
2 x 4 x 6 x8
0 e dx  0 (1  x  2!  3!  4! )dx
x 2

x3 x5 x7 x9 x  1 1 1 1 1
 x     1     1,4617724
3 10 42 216 x  0 3 10 42 216
GALAT PEMBULATAN

– Perhitungan dgn metode numerik hampir selalu


menggunakan bilangan riil. Masalah timbul bila komputasi
numerik dikerjakan dengan komputer karena semua
bilangan riil tdk dapat disajikan secara tepat di dlm
komputer. Keterbatas an komputer dlm menyajikan
bilangan riil menghasilkan galat yg disebut galat
pembulatan.
– Contoh :
1/6 = 0,16666666, kalau 6 digit komputer hanya menuliskan 0,166667.
Galat pembulatannya = 1/6 – 0,166667 =
-0,00000033.
Kebanyakan komputer digital mempunyai dua cara penyajian bilangan riil,
yaitu :
(a). Bilangan titik tetap (fixed point)
Contoh : 62.358; 0,013; 1.000
(b). Bilangan titik kambang (floating point)
Contoh : 0,6238 x 103 atau 0,6238E+03
0,1714 x 10-13 atau
0,1714E-13
Digit-digit berarti di dalam format bilangan titik kambang disebut juga
“Angka Bena” (significant figure).
ANGKA BENA

– Adalah angka bermakna, angka penting atau angka yg


dapat digunakan dgn pasti.
– Contoh :
43.123 memiliki 5 angka bena (4,3,1,2,3)
0,1764 memiliki 4 angka bena (1,7,6,4)
0,0000012 memiliki 2 angka bena (1,2)
278.300 memiliki 6 angka bena (2,7,8,3,0,0)
0,0090 memiliki 2 angka bena (9,0)
GALAT TOTAL

– Galat akhir atau galat total pada solusi numerik


merupakan jumlah galat pemotongan dan galat
pembulatan.
– Contoh :
(0,2) 2 (0,2) 4
Cos (0,2)  1    0,9800667
2 24

Galat pemotongan Galat pembulatan


– Galat pemotongan timbul karena kita menghampiri cos(0,2) s/d suku orde
4 sedangkan galat pembulatan timbul karena kita membulatkan nilai
hampiran ke dalam 7 digit bena.
ORDE PENGHAMPIRAN

– Di dalam metode numerik, fungsi f(x) sering diganti dgn


fungsi hampiran yang lebih sederhana. Satu cara
mengungkap-kan tingkat ketelitian penghampiran itu
adalah dengan menggunakan notasi :
O-Besar (Big-Oh).
– Misal : f(h) dihampiri dgn fungsi p(h).
Jika |f(h)-p(h)| ≤ M|hn|, yg dlm hal ini M adalah
konstanta riil > 0, maka kita katakan bahwa p(h)
menghampiri f(h) dengan orde penghampiran O(hn)
dan ditulis dgn :
f(h) = p(h) + O(hn)
O(hn) juga dapat diartikan sebagai orde galat dari
penghampiran fungsi. Karena h umumnya cukup kecil,
yaitu < 1, maka semakin tinggi nilai n semakin kecil
galat, yg berarti semakin teliti penghampiran fungsinya.
– Metode yg berorde O(h2) misalnya, lebih teliti drpd metode yg berorde
O(h). Juga pada metode yg berorde O(h2), jika ukuran h dijadikan setengah
kali semula, maka galatnya menjadi seperempat kali galat semula.
Umumnya deret Taylor digunakan untuk menghampiri fungsi. Misalkan :
xi+1 = xi + h, i=0,1,2,….. Adalah titik-titik sebesar h, maka hampiran f(xi+1)
dengan deret Taylor di sekitar xi adalah :
( xi 1  xi ) ' ( xi 1  xi ) 2 '' ( xi 1  xi ) n ( n )
f ( xi 1 )  f ( xi )  f ( xi )  f ( xi )  ....  f ( xi )  Rn ( xi 1 )
1! 2! n!

h ' h 2 '' hn (n)


f ( xi 1 )  f ( xi )  f ( xi )  f ( xi )  ....  f ( xi )  Rn ( xi 1 )
1! 2! n!

Dalam hal ini :


h ( n 1) ( n 1)
Rn ( xi 1 )  f (t )  O(h n 1 ); xi  t  xi 1
(n  1)!

Jadi, kita dapat menuliskan :


k
n
h k
f ( xi 1 )   f ( xi )  O(h n 1 )
k  0 k!
– Contoh :
2 3 4
h h h
f ( x)  e x  1  h     O(h 5 )
2! 3! 4!
x 2 x3 x 4 x5
f ( x)  ln( x)  x      O(h 5 )
2 3 4 4
h3 h5
f ( x)  sin(h)  h    O(h 7 )
3! 5!
h2 h4 h6
f ( x)  cos(h)  1     O(h8 )
4! 6! 6!
BILANGAN TITIK
KAMBANG

– Untuk memahami galat pembulatan lebih rinci, kita perlu


mengerti cara penyimpan-an bilangan riil di dalam
komputer. Format bilangan riil di dalam komputer berbeda
beda bergantung pada piranti keras dan compilar bahasa
pemrogramannya. Bilangan riil di dlm komputer umumnya
disajikan dalam format bilangan titik kambang.

Anda mungkin juga menyukai