DENGAN BEBAS
DAN SUKARELA AKU MENERIMA APA PUN YANG TERLARANG
UNTUKKU. CINTA SEPERTI CINTA SEORANG KEKASIH, KECUALI
SEBAGAI PENGGANTI MENCINTAI GEJALA, AKU MENCINTAI YANG
HAKIKI. AGAMA, KEWAJIBAN, ADALAH MILIK DAN
KEYAKINANKU. TUJUAN CINTA MANUSIA ADALAH
MENUNJUKKAN YANG TERAKHIR, CINTA SEJATI. INILAH CINTA
YANG SADAR”
- AL-FARABI -
PEMIKIRAN ETIKA DARI AL-FARABI
• Aprizon Mutaqqin17/408865/FI/04298
• Boby Frans Munthe 17/408871/FI/04304
• Hanggara Tala Surya Sasmita 17/408883/FI/04316
• Irfan Radityo 17/408885/FI/04318
• Andrean Ferry Wijarnarko 17/414225/FI/04384
PENGERTIAN ETIKA
Etika sendiri menurut asal katanya dari Yunani yaitu ethos, dengan memiliki arti
nilai-nilai, norma-norma, dan kaidah-kaidah serta ukuran-ukuran bagi tindakan
manusia. Etika dalam kajian filsafat adalah studi mengenai persoalan kewajiban
manusia dan tingkah lakunya dilihat dari segi baik dan buruk serta sifat dasar
dalam norma-norma yang berlaku dalam masyrakat. Persoalan etika juga
berhubungan dengan eksistensi manusia dalam segala aspeknya, baik individu
maupun masyarakat, baik hubungannya dengan Tuhan maupun dengan sesama.
TEORI ETIKA MENURUT BERTENS
Hedonisme. Ukuran kebahagiaan tertinggi adalah hedone/kenikmatan. Karena menurut kodratnya setiap manusia mencari
kesenangan/kenikamatan.
Eudemonisme. Bahwa dalam setiap kegiatannya mansuia mengejar suatu tujuan akhir yang disebut kebahagiaan. Mansuia
mencapai kebahagiaan dengan menjalankan secara baik kegiatan-kegiatan rasionalnya dengan disertai keutamaan.
Utilitarianisme. Moralitas suatu tindakan harus ditentukan dengan menimbang kegunaannya untuk mencapai kebahagiaan umat
manusia.
Idealisme. Hakikat paling tinggi manusia adalah kerohanian. Manusia memiliki rasa kewajiban melakukan perbuatan baik.
Vitalisme. Berprinsip bahwa baik dan buruknya manusia diukur ada tidaknya daya hidup maksimum yang mengendalikan
perbuatan itu. Orang yang baik adalah orangyang dapat memaksakan kehendaknya dan menjadikan dirinya selalu ditaati. Ia
mengembangkan naluri insting berjuang mansuia yang sangat tinggi.
Teologis. Berpedoman bahwa baik buruknya perbuatan manusia didasarkan ajaran Tuhan yang diperintahkan atau dilarang.
BIOGRAFI AL-FARABI
Nama lengkap Al Farabi adalah Abu Nasr Muhammad al-Farabi lahir di Wasij,
suatu desa di Farab (Transoxania) pada tahun 870 M. Ia berasal dari keturunan
Persia. Ayahnya Muhammad Auzlagh adalah seorang Panglima Perang Persia
yang kemudian menetap di Damsyik. Ibunya berasal dari Turki. Oleh karena
itu ia biasa disebut orang Persia atau orang Turki (Abdullah Sidik, 1984: 89).
BIOGRAFI AL-FARABI
• al-Farabi juga menekankan empat jenis sifat utama yang harus menjadi perhatian untuk mencapai
kebahagiaan didunia dan diahirat bagi bangsa-bangsa dan setiap warga negara, yakni :
Keutamaan teoritis, yaitu prinsip-prinsip pengetahuan yang diperoleh sejak awal tanpa diketahui cara
dan asalnya, juga yang diperleh dengan kontemplasi, penelitian dan melalui belajar.
Keutamaan pemikiran, adalah yang memungkinkan orang mengetahui hal-hal yang bermanfaat dalam
tujuan. Termasuk dalm hal ini, kemampuan membuat aturan-aturan, karena itu disebut keutamaan
pemikiran budaya (fadhail fikriyah madaniyyah).
Keutamaan akhlak, bertujuan mencari kebaikan. Jenis keutamaan ini berada dibawah dan menjadi
syarat keutamaan pemikiran, kedua jenis keutamaan tersebut, terjadi dengan tabiatnya dan bisa juga
terjadi dengan kehendak sebagai penyemprna tabiat atau watak manusia.
Keytamaan amalia, diperoleh dengan dua cara yaitu pernyataan-pernyataan yang memuaskan dan
merangsang.
AJARAN ETIKA AL-FARABI
Adapun tentang moral etika, ikhwan al-Safa’ bersifat rasionalistis. Untuk itu suatu tindakan
harus berlangsung bebas merdeka. Dalam mencapai tingkat moral dimaksud, seseorang
harus melepaskan diri dari ketergantungan kepada materi. Harus memupuk rasa cinta untuk
bisa sampai pada eksatase. Percaya tanpa usaha, mengetahui tanpa berbuat adalah sia-sia.
Kesabaran dan ketabahan, kelembutan, kasih saying dan keadilan. Rasa syukur,
mengutamakan kebajikan, gemar berkorban untuk orang lain kesemuanya harus menjadi
karakteristik pribadi. Sebaliknya, bahasa kasar, kemunafikan, penipuan, kezaliman dan
kepalsuan harus dikikis habis sehingga timbul kesucian perasaan, kecintaan yangmembara
sesama manusia, dan keramahan terhadap alam dan binatang liar sekalipun.
AJARAN ETIKA AL-FARABI
Selain membahas mengenai etika manusia, al-Farabi juga membahas mengenai etika
bernegara sehingga sebuah bangsa menjadi bangsa yang ideal. Tujuan akhirnya adalah
kebahagian masyarakat dan sosial yang terwujud. Bagian-bagian suatu negara sanagat erat
berhubungannya satu sama lain dan saling gotong-royong dan berelasi. Maka dalam sebuah
negara, segala kepentingan pribadi dan egoisme pada individu harus dikesampingkan, dan
didahulukan kepntingan umum, jika tidak maka akan terjadi ketimpangan, dan masyarakat
yang baik menurut al-Farabi tidak akan terwujud. Kebahagiaan masyarakat akan terwujud
dengan sempurna apabila ada pembagian kerja yang sesuai dengan ketrampilan dan
kemapuan individu masing-masing dengan berlandaskan rasa kerja sama.
KELEBIHAN
o Dalam bertindak dan berperilaku supaya sesuai dengan moralitas yang ada untuk mencapai
kebahagiaan.
o Mengusahakan kepentingan bersama bagi kebahagiaan bersama.
o Ajarannya tentang negara yang berkaitan dengan memperjuangkan kemakmuran dan kebahagian
warganegara yang paling utama. Dalam hal ini Al farabi menerangkan bahwa masyarakat sempurna itu
ialah masyarakat yang mengandung keseimbangan diantara unsur-unsurnya.Keseimbangan yang
dimaksud adalah keseimbangan warga negara dan pemimpinnya.
o Pengklasifikasian negri yang tidak baik yang begitu komplit. Dalam hal ini adanya pengklasifikasian
yang begitu komplit tentang masalah apa saja yang membuat suatu negri menjadi tidak baik,tentu
membuat kita tahu dalam hal bertindak sebagai warga negara maupun sebagai pemimpin negara,agar
menghindari hal-hal yang membuat negara menjadi tidak baik.
o Etika kenegaraan Al-farabi sangat sesuai dengan kondisi fakta-fakta yang terjadi dalam perkembangan
sejarah sejak dahulu kala hingga dewasa ini.
KEKURANGAN
Relevansi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia sebagai telah diuraikan
sebelumnya tentang etika Al-Farabi. Dapat terlihat dalam kehidupan kenegaraan negeri ini.
Dalam pembangunan proyek-proyek sarana-prasaran olahraga yang bertujuan untuk kepentingan
bersama dengan mewujudkan pengembangan bakat-bakat anak Indonesia malah tak terjadi
demikian. Menjadi milik kepentingan pribadi atau kelompok tertentu dengan dikorupsinya dana
dalam pembangunan sarana dan prasarana tersebut. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa
dalam kehidupan kenegaraan utamakanlah kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi atau
kelompok. Sebagaimana etika Al-farabi ini ternyata sangat sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi
dalam perkembangan sejarah negara-negara sejak dahulu kala hingga dewasa ini.
KESIMPULAN
i. Etika sendiri menurut asal katanya dari Yunani yaitu ethos, dengan memiliki arti nilai-nilai, norma-norma, dan
kaidah-kaidah serta ukuran-ukuran bagi tindakan manusia. Etika dalam kajian filsafat adalah studi mengenai
persoalan kewajiban manusia dan tingkah lakunya dilihat dari segi baik dan buruk serta sifat dasar dalam norma-
norma yang berlaku dalam masyrakat. Persoalan etika juga berhubungan dengan eksistensi manusia dalam
segala aspeknya, baik individu maupun masyarakat, baik hubungannya dengan Tuhan maupun dengan sesama.
ii. Nama lengkap Al Farabi adalah Abu Nasr Muhammad al-Farabi lahir di Wasij, suatu desa di Farab (Transoxania)
pada tahun 870 M. Ia berasal dari keturunan Persia. Ayahnya Muhammad Auzlagh adalah seorang Panglima
Perang Persia yang kemudian menetap di Damsyik. Ibunya berasal dari Turki. Oleh karena itu ia biasa disebut
orang Persia atau orang Turki (Abdullah Sidik, 1984: 89).
iii. Al-Farabi yang dipandang sebagai peletak sesesungguhnya dasar piramida studi filsafat dalam Islam setelah al-
Kindi. Ia termasyhur karena telah memeperkenalkan doktrin “Harmonisasi pendapat Plato dan Aristoteles” lewat
risalahnya al-Jam’u baina Ra’yay al-Hakimiami Aflathumwa Aristhu ini sangat dipengaruhi oleh pandangan
Plato (Republic) dan Aristoteles (Nicomachean Ethics) tentang kebaikan manusia. Bahkan sejumlah kalangan
menyebutnya sebagai the Second Master atau Maha Gyry Kedua setelah Aristoteles.
“SIAPA PUN YANG MENYIMPANG DARI PERATURAN
SUFI, TIDAK AKAN MEMPEROLEH SESUATU YANG
BERMANFAAT, KENDATI IA MEMPUNYAI NAMA
BAIK DI MATA MASYARAKAT YANG MENGGEMA
HINGGA KE FIRDAUS” – AL-FARABI -
• TERIMA KASIH
• THANK YOU
• ARIGATO
• BLAGODARYU VAS
• SAS EFCHARISTO
• SHUKRAN
• XIEXIE
• BEDANKT
• MERCI
• DANKE
• GRAZIE / GRACIAS
• GOMAWO