Anda di halaman 1dari 126

Gestational age

assessment
Dr dr Erny SpA(K)
Pediatric Department Medical Faculty Wijayakusuma
University
Ilustrasi kasus Newborn

12 jam kemudian 12 jam kemudian

2100gram 2150gram
AS 7-8 AS 7-8

APA YANG BERBEDA?

tampak peningkatan RR
RDS grade 2 kondisi stabil dan mulai
dan bayi mulai tampak
diberi ASI dan dapat
kebiruan disekitar hidung
minum perlahan-lahan
dan mulut
UK 34minggu UK 37minggu
Definisi
• Gestational age – usia kehamilan : waktu seorang ibu menjalani kehamilan
yang dimulai dari konsepsi hingga bayi dilahirkan

• Mengapa penting menentukan UK ?


1. Masalah bayi prematur lebih banyak dibanding dengan bayi aterm atau
lebih bulan
2. Prognosis berbeda
3. Penanganan kegawatan harus dilakukan dengan cepat dan tepat
• Terutama untuk bayi lahir dengan BBL <2500gram wajib ditentukan Usia
kehamilannya
Cara menentukan usia kehamilan bayi

Intrauterine Ekstrauterine
 Kekurangannya : tergantung kompetensi operator dan kualitas  kekurangan : memerlukan waktu yang relatif lama untuk pemeriksaan
alat/bahan sehingga bisa menyebabkan keterlambatan penanganan kegawatan
 Kelebihannya : bisa memprediksi dengan lebih cepat jika ada  Kelebihannya : sangat akurat
kegawatan misalnya risiko lahir prematur karena berbagai sebab
sehingga antisipasi kegawatan dapat disiapkan

HPHT USG Test HCG New ballard score (dr Jeanne L Ballard)
Hari pertama Haid terakhir

sangat tidak • Kelebihan : lebih akurat Rata-rata wanita Physical maturity Neuromuscular maturity
akurat karena karena terukur secara hamil memiliki
mengandalkan obyektif kadar hCG darah
• Kulit • Postute
ingatan ibu dan • Kekurangan : tergantung lebih dari 25 • Arm recoil
• Lanugo
sering salah pada kompetensi operator mIU/ml • Plantar crease • Square window
ibu yang memiliki • Eye/ear • Popliteal angle
siklus mentruasi • Payudara • Scarf sign
yang tidak Tinggi fundus uteri mengalami peningkatan • Kelamin • Heel to ear
teratur seiring bertambahnya usia
kehamilan
Tingkat kesalahan ± 2 minggu meningkat 2 kali lipat tiap 2–
3 hari selama kehamilan
trimester I
TANDA -1 0 1 2 3 4 5

KULIT Lengket, Merah spt Pink, halus, Permukaan Pecah2, Spt kertas kulit, Spt kulit,
rapuh, agar/gel, vena tampak mengelupas vena jarang pecah2 dalam, pecah2,
transparan transparan dengan/tanpa vena (-) keriput
ruam, vena jarang

LANUGO (-) jarang Banyak sekali Menipis Menghilan (-)


g
PLANTAR Tumit, jempol >50mm, Garis merah Lipatan melintang Liparan 2/3 Seluruh telapak
CREASES 40-50mm lipatan (-) tipis bag anterior anterior kaki

PAYUDARA Tdk teraba Hampir tidak Areola datar, Areola berbintil, Areola Areola penuh,
teraba papil mamae papila 1-2mm terangkat, papil 5-10mm
(-) papil 3-4

DAUN Kelopakmata Kelopakmata Pinna sedikit Pinna memutar Keras dan Kartilago tebal,
TELINGA menyatu membuka, melengkung, penuh, lunak, berbentuk, telinga kaku
mata pinna datar, lunak, rekoil rekoil rekoil
terlipat lambat segera

KELAMIN Skrotum Skrotum Testis di kanal Testis menuju Testis Testis tergantung,
LAKI2 datar, halus kosong, rugae atas, rugae bawah, rugae dibawah, rugae dalam
samar jarang sedikit rugae tegas

KELAMIN Klitoris Klitoris Klitoris Labia mayor dan Labia Labia mayor
PEREMPU menonjol, menonjol, menonjol, minor menonjol mayor menutup klitoris
AN labia datar labia minor labia minor besar, dan labia minor
kecil membesar monor
mengecil

JUMLAH
TANDA -1 0 1 2 3 4 5

KULIT Lengket, Merah spt Pink, halus, Permukaan Pecah2, Spt kertas kulit, Spt kulit,
rapuh, agar/gel, vena tampak mengelupas vena jarang pecah2 dalam, pecah2,
transparan transparan dengan/tanpa vena (-) keriput
ruam, vena jarang

Skor 1 Skor 4 Skor 5


Lanugo is the fine hair covering the body of the fetus.
In extreme immaturity, the skin lacks any lanugo.
It begins to appear the 24th to 25th week and is usually abundant, especially across the shoulders and upper back, by the
28th week of gestation

Thinning occurs first over the lower back, wearing away as the fetal body curves forward into its mature, flexed position.
Bald areas appear and become larger over the lumbo-sacral area.
At term, most of the fetal back is devoid of lanugo, i.e., the back is mostly bald
TANDA -1 0 1 2 3 4 5

LANUGO (-) jarang Banyak sekali Menipis Menghilan (-)


g
TANDA -1 0 1 2 3 4 5

PLANTAR Tumit, jempol >50mm, Garis merah Lipatan melintang Liparan 2/3 Seluruh telapak
CREASES 40-50mm lipatan (-) tipis bag anterior anterior kaki
TANDA -1 0 1 2 3 4 5

PAYUDARA Tdk teraba Hampir tidak Areola datar, Areola berbintil, Areola Areola penuh,
teraba papil mamae papila 1-2mm terangkat, papil 5-10mm
(-) papil 3-4
TANDA -1 0 1 2 3 4 5

DAUN Kelopakmata Kelopakmata Pinna sedikit Pinna memutar Keras dan Kartilago tebal,
TELINGA menyatu membuka, melengkung, penuh, lunak, berbentuk, telinga kaku
mata pinna datar, lunak, rekoil rekoil rekoil
terlipat lambat segera
TANDA -1 0 1 2 3 4 5

DAUN Kelopakmata Kelopakmata Pinna sedikit Pinna memutar Keras dan Kartilago tebal,
TELINGA menyatu membuka, melengkung, penuh, lunak, berbentuk, telinga kaku
mata pinna datar, lunak, rekoil rekoil rekoil
terlipat lambat segera
TANDA -1 0 1 2 3 4 5

KELAMIN Skrotum Skrotum Testis di kanal Testis menuju Testis Testis tergantung,
LAKI2 datar, halus kosong, rugae atas, rugae bawah, rugae dibawah, rugae dalam
samar jarang sedikit rugae tegas

KELAMIN Klitoris Klitoris Klitoris Labia mayor dan Labia Labia mayor
PEREMPU menonjol, menonjol, menonjol, minor menonjol mayor menutup klitoris
AN labia datar labia minor labia minor besar, dan labia minor
kecil membesar monor
mengecil
Pengukuran
antropometri
Macam data :
1. Berat badan
2. Panjang/tinggi badan
3. Lingkar lengan atas (LLA)
4. Lingkar kepala
5. Lingkar dada
6. Lingkar perut

Tujuan pengukuran :
7. Menentukan status gizi
8. Monitoring tumbuh kembang bayi/anak
9. Menentukan dosis obat
10. Menegakkan diagnosis
Pertumbuhan
Coba tebak berapa umurku yaaa

drernyspa@gmail.com
FISIOLOGI BILIRUBIN
OLEH:
DR.dr.HAYATI.,M.Kes.,AIFO-K

BAGIAN ILMU FAAL FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2021
SUMBER BILIRUBIN
PEMBENTUKAN BILIRUBIN PADA DEWASA + 250 – 350
mg/hari

TERUTAMA BERASAL DARI:


1. KATABOLISME ERITROSIT MATUR DI LIMPA
2. HEMOGLOBIN ( 1 gram HEMOGLOBIN
MENGHASILKAN + 35 mg BILIRUBIN
3. KATABOLISME ERITROSIT DI SUMSUM TULANG
(PROSES ERITROPOESIS YANG TIDAK EFEKTIF)
4. PROTEIN HEME LAIN (MIOGLOBIN, SITOKROM,
KATALASE DLL)
BILIRUBIN TERKONJUGASI
PEMBENTUKAN DAN EKSKRESI BILIRUBIN
Di hati Bilirubin dilepas
dari albumin plasma
Hb lepas  Heme+Globin
fagositosis oleh makrofag

80% dikonjugasi dg
asam glukoronat
bilirubin glukoronida

10% dikonjugasi dg
asam sulfat 
bilirubin sulfat
10% dg berbagai zat
lain

Transport aktif
ke empedu
IKTERUS
• BILIRUBIN DIBENTUK TERLALU CEPAT DIBANDING ALUR EKSKRESINYA 
MENUMPUK DI TUBUH  IKTERUS
• PENYEBAB IKTERUS :
1. IKTERUS PREHEPATIK (HEMOLITIK)
OK PEMECAHAN (HEMOLISIS) BERLEBIHAN SEL DARAH MERAH  HATI
MENDAPAT LEBIH BANYAK BILIRUBIN DARI PADA KEMAMPUAN EKSKRESINYA

2. IKTERUS HEPATIK
TERJADI KETIKA HATI MENGALAMI PENYAKIT (PERADANGAN) DAN TIDAK DAPAT
MENGATASI BILIRUBIN WALAU DALAM BATAS NORMAL
3. IKTERUS PASCAHEPATIK (OBSTRUKTIF)
TERJADI KETIKA SALURAN EMPEDU TERSUMBAT ( MIS, OLEH BATU EMPEDU)
SEHINGGA BILIRUBIN TIDAK DAPAT DIELEMINASI DI TINJA
• Jumlah SDM pada neonates 4
juta/mm3.
• Bila darah dari tali pusat ke tubuh di
kosongkan  SDM ↑ 0,5 – 0,75
juta/mm3 selama beberapa jam
pertama kehidupan  SDM
menjadi 4,75 juta/mm3
• Usia 6 – 8 minggu kehidupan 
SDM 4 juta/mm3
ICTERIC NEONATUS
• Bilirubin yang dibentuk dalam fetus dapat menyeberangi placenta adan
masuk ke ibu dan diekskresikan melalui hati ibu
• Segera setelah lahir ekskresi bilirubin lewat hati neonatus.
• Pada minggu pertama kehidupan fungsi hati masih sedikit dan tidak
mampu mengkonjugasi jumlah bilirubin yang bermakna dengan asam
glukoronat untuk diekskresikan ke dalam empedu.
• Konsentrasi bilirubin plasma meningkat dari 1mg/dl (normal) menjadi
rata-rata 5 mg/dl selama 3 hari pertama secara bertahap turun kembali
ke nilai normal (hyperbilirubinemia fisiologis)
 Ikterik ringan pada kulit bayi dan sclera mata selama 1 – 2 minggu
ERITROBLASTOSIS FETALIS
• PENYEBAB ICTERIC NEONATUS BERAT
• INKOMPATIBILITAS FAKTOR Rhesus ANTARA FETUS DAN IBU
• SEL DARAH MERAH Rh POSITIF AYAH + Rh NEGATIF IBU
• IBU MENJADI IMUN TERHADAP Rh POSITIF SEL DARAH FETUS
 ANTIBODI IBU MENGHANCURKAN SDM FETUS  MELEPAS
SEBAGIAN BESAR BILIRUBIN KE PLASMA FETUS  SERING
MENYEBABKAN KEMATIAN FETUS OK KEKURANGAN
JUMLAH SDM YANG ADEKUAT
• FUNGSI EKSKRESI
HATI TIDAK IKTERUS HEMOLITIK
TERGANGGU

HEMOLISIS SEL DARAH


MERAH TERLALU CEPAT
SEHINGGA SEL HATI TIDAK
DAPAT MENGEKSKRESI
BILIRUBIN SECEPAT
PEMBENTUKANNYA

• KONSENTRASI PLASMA • KECEPATAN PEMBENTUKAN


BILIRUBIN BEBAS MENINGKAT UROBILINOGEN DALAM USUS
DI ATAS NORMAL SANGAT MENINGKAT

• DIEKSKRESI KE
DALAM URIN DIEKSKRESI KE DARAH
IKTERUS OBSTRUKTIF
OBSTRUKSI DUKTUS BILIARIS
(OK BATU EMPEDU, KANKER KERUSAKAN SEL
MENUTUPI DUKTUS HATI (HEPATITIS)
KOLEDOKUS)

KECEPATAN PEMBENTUKAN BILIRUBIN


NORMAL TETAPI BILIRUBIN YANG DIBENTUK
TIDAK DAPAT LEWAT DARI DARAH KE USUS

BILIRUBIN BEBAS MASIH MASUK


KE SEL HATI DAN DIKONJUGASI

BILIRUBIN TERKONJUGASI KEMBALI KE DARAH


OK PECAHNYA KANALIKULI BILIARIS YANG
TERBENDUNG DAN PENGOSONGAN LANGSUNG
KE SALURAN LIMFE YANG MENINGGALKAN HATI

BILIRUBIN DALAM PLASMA MENJADI


BILIRUBIN TERKONJUGASI BUKAN
BILIRUBIN BEBAS
ICTERIC
1. BILIRUBINOMETER
TRANSKUTANEOUS
2. ICTEROMETER
3. PEMERIKSAAN
KARBONMONOKSIDA
• PADA PEMECAHAN HEME DIHASILKAN BILIRUBIN DAN CO DALAM JUMLAH
YANG EKUIVALEN  PEMERIKSAAN CO DALAM PERNAPASAN  INDEKS
PRODUKSI BILIRUBIN
• BILIRUBIN BEBAS SECARA DIFUSI DAPAT MELEWATI SAWAR DARAH OTAK 
ENSELOFATI BILIRUBIN DAPAT TERJADI PADA KADAR BILIRUBIN SERUM
YANG RENDAH
4. RUMUS KRAMER
Dr.Agus moch Algozy, Sp.F,(K), DFM, SH
Bag./Inst. Ilmu Kedokteran Forensik
FK-UNAIR-RSU. DR.SOETOMO SURABAYA
DEFINISI ASPHYXIA
ASPHYXIA ADALAH SUATU KEADAAN AKIBAT
TERGANGGUNYA PERGANTIAN UDARA DALAM
ALVEOLI PARU-PARU DENGAN DARAH DALAM
KAPILER PARU SEHINGGA :
Darah tidak dapat memenuhi kebutuhan O2
CO2 tidak dapat dikeluarkan ke paru-paru
KELAINAN YANG DAPAT DITEMUKAN
SAAT OTOPSI
1. PEMERIKSAAN LUAR
 Warna merah kebiruan.
 Bintik perdarahan pada palpebra, conjunctiva dan kulit
kepala.
 Pembuluh darah kecil pada conjunctiva melebar.
2. PEMERIKSAAN DALAM
 Congesti dan cyanosis pada organ tubuh
 Darah menjadi encer dan gelap, t.u pd jantung
 Perdarahan pada thymus, pericard, larynx, paru,
pleura, permukaan serosa organ dalam, galea dari
sclap dsb
 Jantung kanan membesar dan banyak terisi darah
 Jantung kiri berkontraksi dan kosong
 Pembendungan dan pelebaran pembuluh darah balik
dan paru-paru
 Lambung, hati.ginjal menjadi hiperemi
 Limpa mengkerut “wrinkle capsule”
PENYEBAB ASPHYXIA
1. Wajar, karena suatu penyakit
2. Tidak wajar karena :
A. Strangulation :
- Hanging (gantung)
- Strangulation by Ligature (jerat)
- Manual Strangulation (cekik)
B. Suffocation :
- Smothering
- Choking
- Gagging
C. External Pressure on the chest ( Traumatik asphyxia)
D. Drowning (tenggelam)
E. Inhalation of Suffocation Gases :
- CO2 , CO , H2S
HANGING
 Batasan :
 Tekanan pada leher disebabkan oleh jerat yang menjadi erat
akibat berat badan korban sehingga jalan napas tertutup
Sebab kematian
Asphyxia
Gangguan sirkulasi otak
Shock
Kerusakan batang otak/sumsum tulang belakang
CARA KEMATIAN
BUNUH DIRI (SUICIDAL HANGING )
PEMBUNUHAN ( HOMICIDAL HANGING)
KECELAKAAN ( ACCIDENTAL HANGING ) :
- WAKTU BERMAIN/BEKERJA.
- AUTOEROTIC HANGING (MASOCHISTIC
EXERCISE)
HUKUMAN GANTUNG (JUDICIAL HANGING )
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN
1. Korban hidup/mati
2. Mencari bukti-bukti petunjuk kematian
3. Macam simpul
4. Jarak ujung kaki dengan lantai
5. Letak korban
6. Cara menurunkan korban
7. Bekas serabut tali diamankan
8. Perhatikan bahan pengantungnya
9. Lidah terjulur, mata melotot, keluar mani &
kotoran, keluar darah :semuanya bukan petunjuk
cara kematian
STRANGULATION BY LIGATURE
(JERAT )

BATASAN :
Suatu strangulation dimana tekanan pada leher
disebabkan oleh jerat yang menjadi erat oleh karena
kekuatan yang bukan karena kekuatan berat badan
korban.
SEBAB KEMATIAN
 Asphyxia
 Gangguan sirkulasi otak
 Vagal reflek
CARA KEMATIAN :
Pembunuhan (tersering), Kecelakaan, Bunuh diri
PEMERIKSAAN SETEMPAT :
 Seperti pemeriksaan setempat lainnya
 Jeratnya, jangan dilepas sebelum pemeriksaan selesai.
Sebaiknya difoto dulu.
KELAINAN OTOPSI
1. Pemeriksaan Luar
Ditemukan tanda asphyxia pada umumnya
2. Pemeriksaan Dalam
Ditemukan perdarahan pada otot leher, patah tulang
Hyoid, patah tulang rawan larynx & robekan kecil pada
pembuluh darah leher & otot leher
MANUAL STRANGULATION (CEKIK)
BATASAN
 Suatu strangulation dimana tekanan pada leher dilakukan dengan
tangan atau lengan bawah sehingga saluran napas tertutup.
CARA MELAKUKAN :
1. Satu tangan
2. Dua tangan
3. Pelaku dibelakang korban
4. Mugging
MUGGING

 Pelaku berdiri didepan atau dibelakang korban kemudian lengan


bawahnya ditempatkan pada bagian depan leher korban ( daerah
larynx) dan ditekankan ke belakang
 SEBAB KEMATIAN
 Asphyxia
 Gangguan sirkulasi otak
 Vagal Reflek
SUFFOCATION
SMOTHERING
Batasan
 Lubang luar jalan napas yaitu mulut & hidung tertutup secara
mekanis oleh benda padat atau bahan yang terdiri dari partikel kecil.
Cara Kematian :
 Kecelakaan
 Pembunuhan  BURKING
 Bunuh Diri
BURKING
 Adalah cara kematian dimana korban
dijatuhkan ke tanah kemudian dadanya
ditekan dengan berat badan penyerang,
sementara satu tangan penyerang menutup
lubang hidung & mulut korban, tangan
satunya menekan rahang bawah keatas
sehingga timbul asphyxia dengan cepat
CHOKING
Batasan
 Suatu keadaan dimana ada benda padat masuk dan menyumbat
lumen udara pernapasan
CARA KEMATIAN : KECELAKAAN
PEMERIKSAAN OTOPSI:
 Cari bahan penyebabnya dalam saluran napas
 Ditemukan cyanosis, hiperaerasi, Oedema paru, atelekatsis yang
tersebar
GAGGING

 SALAH SATU BENTUK SUFOKASI


DIMANA PELAKU MEMASUKKAN
SESUATU KE DALAM MULUT KORBAN
SEHINGGA KORBAN TIDAK BISA
BERNAPAS & TERJADI ASPHYXIA
AKIBAT PALATUM MOLE TERTEKAN
PADA PHARYNX
EXTERNAL PRESSURE ON THE CHEST
( TRAUMATIC-ASPHYXIA )

BATASAN
 Terhalangnya udara untuk masuk atau keluar dari paru-paru akibat
gerak napas yang berhenti karena ada tekanan dada dari luar
Cara kematian : Kecelakaan & Pembunuhan
Pemeriksaan Otopsi :
 Cari tanda kekerasan pada dada
 Ditemukan tanda asphyxia pada umumnya
DROWNING ( TENGGELAM )

BATASAN
 Suatu jenis suffocation dimana jalan napas terhalang oleh
air atau cairan, sehingga air atau cairan terhisap masuk
jalan napas dan alveoli paru-paru
SEBAB KEMATIAN :
1. Asphyxia
2. Vagal Reflek
3. Spasme Larynx
4. Ventrikel Fibrilasi
CARA KEMATIAN
Kecelakaan ( paling sering terjadi )
Bunuh diri ( sering badan diikat pada suatu
beban )
Pembunuhan ( dapat dijumpai korban terikat
sedemikian rupa yang tidak mungkin
dilakukan korban sendiri )
PEMERIKSAAN OTOPSI
Pemeriksaan Luar
Beberapa penemuan dpt memperkuat diagnosa
tenggelam :
- Tubuh terasa dingin & basah, pakaian basah.
- Lebam mayat merah muda bila tenggelam di air yg
dingin
- Kulit telapak kaki & tangan pucat (BLEACHED) &
keriput (WASHER WOMEN”S HAND)
- Kadang dijumpai CUTIS ANSERINA
- Buih halus pada lubang hidung & mulut
- CADAVERIC SPASME dgn benda/kotoran air
setempat dalam genggamnnya.
Pemeriksaan Dalam :

 Paru membesar
 Buih dalam saluran napas
 Banyak cairan dlm lambung
 Benda-benda asing dlm saluran napas
sampai ke alveoli
PEMERIKSAAN TAMBAHAN PADA KORBAN
TENGGELAM ( DROWNING ):
A.Pemeriksaan Getah Paru:
1. Yang diperiksa ialah getah paru subpleural
2. Alat yg dipakai ialah object glass, cover glass &
microscope
3. Syarat : paru belum membusuk
4. Yang dicari adalah benda asing yg berasal dari air
setempat, mis : pasir,lumpur, tanaman air & telur cacing
Beberapa kemungkinan kesimpulan dari
percobaan getah paru :
1. Getah Paru (+), Tidak ditemukan sebab kematian
lain  KORBAN MATI TENGGELAM
2. Getah Paru (+), Ditemukan sebab kematian lain :
- Mungkin meninggal karena Tenggelam
- Mungkin karena sebab lain
- Mungkin sebab kematian bersaing
3. Getah paru (-) :
- Mungkin meninggal dalam air jernih
- Mungkin karena vagal reflek & Spasme larynx
- Mungkin dimasukkan ke dalam air setelah
korban meninggal dunia
B. Pemeriksaan kadar Na, Cl, K, Darah :
Pemeriksaan ini hanya berarti bila dilakukan tidak
lama setelah korban meninggal, kadar elektrolit ini
lama-kelamaan akan mengalami perubahan akibat
difusi cairan yang terjadi postmortem
- Tenggelam dlm air Tawar : Kadar Cl dalam
jantung kiri lebih kecil daripada jantung kanan, Na
dalam plasma menurun dan K naik.
- Tenggelam dlm air asin/laut : kadar Cl dalam
jantung kiri lebih besar daripada jantung kanan,
Na dalam plasma meninggi jelas dan K naik
sedikit
C. Pemeriksaan Berat jenis Plasma :
Berat jenis dalam jantung plasma jantung kiri
lebih rendah daripada jantung kanan, pada semua
kasus tenggelam baik di air tawar maupun di air
laut.
D. Pemeriksaan Diatome
 Diatome adalah tumbuhan bersel satu dengan
dinding terbuat dari silika. Diatome masuk ke
dalam paru-paru saat korban menghisap air &
pemeriksaan ini lebih berarti bila ditemukan pada
sumsum tulang.
 Kesamaan jenis diatome yg ditemukan dalam
jaringan tubuh & dalam air dpt dianggap sbg bukti
yg dpt dipercaya bahwa korban mati tenggelam
TENGELAM DI AIR TAWAR
 Air tawar bersifat hipotonis, mudah masuk ke ruang alveoli,
ke sirkulasi darah Pulmonum, terjadi hemodilusi, hemolisis
erytrosit shg kalium meningkat. Adanya hiperkalemia dan
anoksia myocard menyebabkan terjadinya Fibrilasi
Ventrikel sehingga menyebabkan kematian dalam waktu 3
menit
TENGGELAM DI AIR ASIN /LAUT
Air laut bersifat hipertonis maka plasma
darah dalam sirkulasi darah Pulmonal
terhisap masuk jaringan paru yang
menyebabkan OEDEMA PARU yang hebat.
Selain terjadi hemokonsentrasi juga terjadi
hipovolemi. Tidak terjadi hemolisis dari
erytrosit. Kematian pada korban tenggelam
di air laut pada umumnya adalah asphyxia
karena OEDEMA PARU paru yang hebat
BEDA KEADAAN PARU YG TENGGELAM DI
AIR TAWAR & AIR ASIN

DIAIR TAWAR DIAIR ASIN


1. Paru-paru kering 1.Paru-paru basah
2. Membesar,emphysematous 2.Membesar tetapi berat
uniform tetapi ringan.
3.Tepi atas anterior sedikit 3.Menutupi permukaan
menutupi permukaan jantung. mediastinum.
4.Warna merah muda. 4.Merah kebiruan permukaan
mengkilat
5.Bila dipotong terasa krepitasi yg
5.Krepitasi tidak ada, ditekan
khas & mengecil. lunak & basah, mengecil serta
6.Bila dipijat tak keluar cairan keluar cairan.
kecuali jika oedematous 6.Keluar cairan
INHALATION OF SUFFOCATING GASES

 Yaitu suatu keadaan sebagai akibat korban menghirup gas tertentu


dalam jumlah berlebihan sehingga kebutuhan oksigen tidak
terpenuhi dan terjadi asphyxia ( gas CO2, CO, H2S).
CARA KEMATIAN :
- Kecelakaan (terbanyak)
- Pembunuhan
- Bunuh diri
CO2 ( GAS ASAM ARANG)
 Berat jenis CO2 1,52 kali dibandingkan dgn udara shg
terdapat ditempat yg rendah & tidak mudah hilang.
 Contoh : Terdapat dalam sumur tua, palka kapal, goa-goa,
kasus gerbong maut.
 Sebelum menguras sumur sebaiknya dites dulu dengan
ayam/burung yang dimasukkan kedalamnya.
 Pemeriksan tes gas CO2 ini dengan menambah air kapur
Ca(OH)2 kedalam sample gas  air keruh keputihan
(ENDAPAN PUTIH )
 Cara mengambil sample gas :
 Botol 5-10 liter dikat di 2 tempat, leher &
didasarnya,kemudian diisi air & diturunkan ditempat yg
mau diperiksa. Sampai di bawah botol kemudian dibalik,
air akan keluar & gas akan masuk dalam botol. Botol
diangkat & ditutup rapat
CO ( CARBON MONOKSIDA )
 Berat jenis CO sedikit lebih ringan dari udara.
 Mempunyai sifat mengikat Hb 210 kali lebih cepat
dari O2.
 Contoh : Kebakaran gedung, Meninggal dunia dlm
mobil dengan mesin & alat pendingin dlm hidup &
knalpot bocor, Ruang ventilasinya kurang dgn
adanya alat pemanas menggunakan gas dapur/bensin.
 Tes pemeriksaan drh korban dgn ALKALI
DILUTION TEST. Sebagai kontrol ialah darah orang
normal yg bukan perokok.
 Lebam mayat berwarna merah terang (CHERRY
RED)
H2S (HYDROGEN SULFIDA)
Gas H2S berat jenis 1,19 kali lebih berat dari pada udara.
Contoh : Pada penguraian bahan yg mengandung S (Sulfur)
tdpt dipabrik penyaman kulit,selokan yg tertutup, dijamban.
Test terhadap sample gas dgn Pb Asetat.
MATI LEMAS

Kasus pembunuhan, korban


disumpal mulutnya dan dibakar.
HANGING

Seorang pemuda gantung diri dengan tampar


plastik, titik penggantungan di belakang kepala,
sehingga posisi kepala sedikit menunduk, letak tali
di bawah jakun sehingga lidah terjulur.
HANGING

Posisi tali (titik penggantungan)


di kiri belakang.
Ujung kaki tidak harus
tergantung jauh dari lantai.
Jeratan dan Cekikan
TENGGELAM

Korban tenggelam yang masih baru


dengan buih putih serta bercak darah di
mulut dan hidung.
Pada pemeriksaan paru tampak
membesar dan berisi cairan.
Metabolisme Bilirubin

• Biosintesis Heme dan Porphyrias


• Metabolisme bilirubin: ikterus : Jaundice
Metabolisme Bilirubin
Learning Objectives:

1. Mengerti dan mengenal struktur pofirin

2. Mengerti sintesis dan degradasi porfirin

3. Mengerti pathogenesis porfirin

4. Mengerti degradasi heme dan metabolime bilirubin

5. Mengerti pembentukan jaundice


Porphyrin and bile
pigment

 Porphyrin and bile pigment are


closely related in heme metabolism

Porphyrin Bile
Hem
+ Iron Pigmen
e t
Metabolisme Heme

Mitochondria Cytosol
PENDAHULUAN
Mitochondria
PORPHYRIAS
GLYCINE + SuccinylCoA Agent Orange
ALA synthase
3p21/Xp11.21
d-aminolevulinic acid(ALA)
ALA-dehydratase
ALA dehydratase
9q34 Deficiency porphyria
Porphobilinogen(PBG)
Acute intermittent
PBG deaminase porphyria Not
11q23 photosensitive
hydroxymethylbilane
Uroporphyrinogen III Congenital erythropoietic
cosynthase 10q26 porphyria
uroporphyrinogen III
Uroporphyrinogen Prophyria
decarboxylase cutanea tarda
1q34
coprophyrinogene III
Coproporphyrinogen Herediatary
oxidase 9 coproporphyria
Protoporphyrinogene IX
Protoporphyrinogen Variegate
protoporphyrin IX oxidase 1q14 porphyria

Ferrochelatase Erythropoietic
Heme 18q21.3 protoporphyria
recessive
Porfiria ( porphyrias)
• Tiga porfiria  pofiria akut  rawat inap
1. Acute intermittent porphyria (AIC) disebabkan oleh kekurangan
hydroxymethylbilane synthase, enzim yang mengubah PBG menjadi
tetrapyrrole; pada gangguan ini konsentrasi 5-ALA dan PBG
meningkat dalam plasma dan urin.

2. Coproporphyria herediter disebabkan oleh kerusakan pada


konversi coproporphyrinogen III menjadi protoporphyrinogen III
(coprooxidase).

3. Porfiria beraneka ragam, yang manifestasi klinisnya sangat mirip


dengan AIC.

4. Porfiria lain : Porfiria kutanea tarda : fotosensitifitas


METABOLISME BILIRUBIN
Metabolisme bilirubin normal
Bilirubin konyugasi
Bilirubin konyugasi dalam usus
The further metabolism of
bilirubin
• Occurs primarily in the liver:
(1) Uptake of bilirubin by liver parenchymal cells
(2) Conjugation of bilirubin with glucuronate in ER
(3) Secretion of conjugated bilirubin into the bile
(4) Bile metabolism.

92
BLOOD
Stercobilin
CELLS Urobilin
excreted in feces
Hemoglobin excreted in urine

Globin
Urobilinogen
Heme
O2 formed by bacteria KIDNEY
reabsorbed
Heme oxygenase INTESTINE into blood
CO

Biliverdin IX via bile duct to intestines


NADPH
Biliverdin Bilirubin diglucuronide
reductase (water-soluble)

NADP+ 2 UDP-glucuronic acid


Bilirubin Bilirubin
(water-insoluble) LIVER
(water-insoluble) via blood
to the liver

Catabolism of hemoglobin
Penyakit Kuning (Jaundice)
• Penyakit kuning dapat terjadi
1. sebelum,
2. intrahepatik
3. Sesudah

• Penyakit kuning secara klinis jelas ketika konsentrasi


bilirubin plasma melebihi 2mg / dL).

• Hiperbilirubinemia adalah akibat dari


ketidakseimbangan antara produksi dan ekskresinya.
Jaundice (icterus)

hyperbilirubinemia
- causes yellow color of skin, nail beds and sclerae

- not a disease, but symptom of underlying disorders


IKTERUS

Ikterus fisiologis
• Bayi baru lahir, (prematur yang tanpa faktor
risiko hemolysis),
• tersering pada hari ke 2-3 dan mengalami
penurunan secara spontan dengan
bertambahnya usia bayi. bilirubin.
• bila timbul dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran digolongkan ke ikterus patologis
KLASIFIKASI HYPERBILIRUBINEMIA

I. Hyperbilirubinemia tidak terkonjugasi


(bilirubin bebas):
A. Anemia hemolitik
B. Polycythemia
C. Ekstravasasi darah
D. Defek proses konjugasi
E. Icterus karena ASI
KLASIFIKASI HYPERBILIRUBINEMIA

F. Kelainan metabolik  
G. Peningkatan sirkulasi enterohepatic bilirubin
bebas  
H. Darah yang tertelan  
I. Bahan atau kondisi yang mempengaruhi ikatan
bilirubin pada albumin
KLASIFIKASI HYPERBILIRUBINEMIA

II. Hyperbilirubinemia terkonjugasi


A. Obstruksi saluran empedu  
B. Dubin-Johnson Syndrome, Rotor Syndrome
Intrahepatik
Hepatitis
Posthepatik: obstruksi ekskresi bilier
Conjugated
hyperbilirubinemia:
Cholelithiasis/Gallstones
Gallstones treatment:
Surgery
Conjugated
hyperbilirubinemia: Biliary
Atresia

Treatment: Surgery, liver transplantation


Summary: Causes of Hyperbilirubinemia
Laboratory tests:
1. Serum (Bilirubin, ALP, ALT, AST),
2. Urine (Bilirubin, Urobilinogen),
3. Fecal Urobilinogen

Anda mungkin juga menyukai