PERHITUNGANNYA
Dosen pengampu:
Samsul anwar, s.hi., m.m.
I N S T I T U T A G A M A I S L A M C I PA S U N G
2022
Apa itu Zakat?
etimologis
Zakat mencakup
sistem keuangan,
Zakat merupakan
ekonomi, keuangan,
kewajiban beragama
sosial, politik, moral
dan agama
Sistem keuangan dan ekonomi; merupakan
pajak harta yang ditentukan
Religius; baik-buruk
Kesenian; keindahan
Pendidikan; benar-salah
Prinsip-Prinsip Zakat
• merupakan salah satu manifestasi dari keyakinan
Keyakinan keagamaan beragama bagi orang yang membayar zakat
(Muzaki)
• Tujuan sosial zakat yaitu membagi kekayaan
Pemerataan dan Keadilan yang diberikan Allah SWT lebih merata dan
adil kepada manusia
Fakir
Miskin
Amil Zakat
Mualaf
Mustahik Zakat berdasarkan
Qs. At Taubah: 60
Riqab/budak
Gharimin/orang yang
berhutang
Fisabilillah
Ibnu Sabil
SEJARAH ZAKAT
Zaman Nabi Muhammad SAW
Pada zaman ini, penerapan zakat di Mekah dimulai pada tahun kedua Hijriah (632 M). Zakat fitrah
dibayarkan sebelum sholat ‘ied berupa 1 sha’ kurma, tepung keju yang lembut atau setengah sha’ gandum.
Kemudian turunlah wahyu Allah SWT Qs. Luqman:4, Qs. Al Fushilat:6-7. Setelah Nabi Muhammad SAW
hijrah ke Madinah, turun wahyu Qs. At Taubah: 60 tentang golongan yang berhak menerima zakat
(Mustahik), Qs. At Taubah: 103 tentang fungsi zakat yang membersihkan dan mensucikan dan Qs. At
Taubah: 34-35 tentang sanksi tidak membayar zakat.
Satu sha disebut sebagai ukuran zakat fitrah. Sha adalah wadah yang digunakan untuk minum seperti
gelas. Satu sha merupakan ukuran wajib zakat fitrah untuk zakat per individu yang didasarkan pada hadits
riwayat Bukhari dan Muslim. Hadits itu dikutip sebagai berikut:
َأ ْو, تَ ْم ٍرAا ًعا ِم ْنAصَ , اَ ْلفِ ْط ِرAَ َز َكاة- لمAه وسA عليAلى هللاA ص- ِ و ُل هَّللَاAس َ فَ َر- :A هَّللَا ُ َع ْن ُهمَا قَا َلAض َي
ُ َرAض ِ ُع َم َر َرA اِ ْب ِنAَع ِن
Aَ AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
َعل:ش ِعي ٍر
َ ِم ْن ا ًعاAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAص َ
ya, “Dari Ibnu Umar RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha‘
kurma atau satu sha‘ gandum bagi setiap budak, orang merdeka, laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa
dari kalangan Muslimin. Rasulullah SAW memerintahkan pembayarannya sebelum orang-orang keluar
rumah untuk shalat Id,” (HR Bukhari dan Muslim).
SEJARAH ZAKAT
Untuk itu, Nabi Muhammad SAW mendirikan Baitul Maal (rumah harta) yang
terletak di masjid Nabawi dan mengutus para sahabatnya (Umar bin Khattab,
Ibnu Qaiz Ubaidah bin Samit dan Muadz bin Jabal) untuk menjadi amil atau
pengelola zakat. Adapun harta yang dikenakan zakat adalah benda logam yang
terbuat dari emas, perak, binatang ternak, barang dagangan , hasil pertanian,
luqathah (harta yang ditinggalkan musuh saat perang), barang temuan (rikaz)
yang semuanya memiliki nisab.
Nabi Muhammad SAW juga membentuk pengelolaan dan pemungutan zakat
dengan membentuk katabah (petugas yang mencatat wajib zakat), hasabah
(petugas penghitung zakat), jubah (petugas penarik/pengambil zakat), khazanah
(petugas penghimpun dan pemeliharaan harta zakat), dan qasamah (petugas
penyalur zakat)
SEJARAH ZAKAT
Merdeka
Perak
Milik Sempurna
Mencapai Nisab
Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan yang tidak sama (rasanya). Makanlah dari
buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah dan tunaikanlah haknya dihari
memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya) dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Dan sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS.
Al-An’am: 141)
Artinya: “Janganlah kalian mengambil sedekah (zakat) kecuali dari empat jenis makanan
yaitu gandum putih, gandum merah, kurma dan anggur.” (HR. Al-Hakim)
Zakat Tanaman
Artinya: “Terhadap tanaman yang disirami air hujan dan mata air,
atau tumbuhan yang menyerap air dengan akarnya, zakatnya
sepersepuluh. Dan yang disirami dengan bantuan (onta) zakatnya
separuh dari sepersepuluh.” (HR. Nasa’i)
Syarat Wajib Zakat Tanaman
Contoh :
a. Hasil Panen Gandum milik Hamdi adalah 968 kg tanpa biaya
pengadaan air, karena ladang gandumnya terdapat irigasi air dan
termasuk daerah tadah hujan. Maka perhitungan zakatnya yaitu:
968 x 10% =96,8 kg
b. Hasil Panen Gandum milik Budi adalah 1618 kg dengan biaya
pengadaan air sebesar 350.000 perbulan, karena ladang
gandumnya tidak ada irigasi air. Maka perhitungan zakatnya
yaitu: 1618 x 5% =80,9 kg
Nisab dan Zakat Gandum
Contoh C:
Hamdi memiliki tanaman di dua tempat yang berbeda, di ladang X gandum yang ditanam
membutuhkan biaya pengairan. Sedangkan di ladang Y tidak membutuhkan biaya
pengairan. Adapun hasil panen di ladang X yaitu 2387 kg, sedangkan hasil panen di ladang
Y yaitu 8904 kg.
Maka perhitungan zakatnya yaitu:
Hasil Panen Ladang X = 2387 kg gandum dan membutuhkan biaya pengairan
Hasil Panen Ladang Y = 8904 kg gandum dan tidak membutuhkan biaya pengairan
Nisab dan zakat dari dua atau tiga kali panen dijadikan
satu, jika telah memenuhi syarat berikut:
1) Sejenis (tanamannya)
2) Dalam masa satu tahun hijriyah, jika masa wajib zakat
terjadi dalam tahun yang berbeda maka nisabnya
dihitung sendiri-sendiri.
Ketentuan Zakat Tanaman Dengan Aqad Bagi Hasil
Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan yang tidak sama (rasanya). Makanlah dari
buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah dan tunaikanlah haknya dihari
memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya) dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Dan sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS.
Al-An’am: 141)
Artinya: “Janganlah kalian mengambil sedekah (zakat) kecuali dari empat jenis makanan
yaitu gandum putih, gandum merah, kurma dan anggur.” (HR. Al-Hakim)
Dasar Hukum Zakat Buah-Buahan
Artinya: “Terhadap tanaman yang disirami air hujan dan mata air, atau tumbuhan
yang menyerap air dengan akarnya, zakatnya sepersepuluh. Dan yang disirami
dengan bantuan (onta) zakatnya separuh dari sepersepuluh.” (HR. Nasa’i)
Syarat Wajib Zakat Buah-Buahan
Islam
Merdeka
Milik Sempurna
Mencapai Nisab
Zakat Buah-Buahan
Terdapat 2 (dua) istilah dalam pembagian waktu dalam zakat tanaman dan buah-buahan,
antara lain:
1) Waktu Wajib Zakat; yaitu ketika semua atau sebagian tanaman sudah berisi dan sudah
mengeras (isytidad) atau saat buah-buahan sudah tua (buduwwissholah) maka saat itu
sudah masuk waktu wajib zakat. Saat itu, pemilik tanaman dan buah-buahan belum wajib
mengeluarkan zakat, namun pemilik tidak boleh mentasarufkan (menjual, memberikan,
menshodaqohkan) tanaman dan buah-buahan tersebut jika jumlahnya mencapai nisab,
belum dizakati atau belum diperkirakan jumlah yang dikeluarkan sebagai zakat.
2) Waktu Wajib Mengeluarkan Zakat; ketika tanaman atau buah-buahan yang sudah tua
atau masak (layak dimakan), sudah dipetik dan dibersihkan dari tanah dan kulit
pembungkus yang tidak diperlukan, maka saat itu sudah masuk waktu wajib
mengeluarkan zakat. Benda yang digunakan sebagai zakat tidak disyaratkan harus dari
hasil panen tanaman tersebut. Boleh mengeluarkan zakat dengan memakai tanaman atau
makanan lain, dengan ketentuan harus sesuai dengan hasil tanaman atau yang lebih baik.
Sedangkan, standar zakatnya kurma dan anggur adalah menggunakan kurma kering
(tamr) dan anggur kering (zabib). Jika tidak memungkinkan mengeluarkan zakat dalam
bentuk tamr atau zabib, maka boleh berupa kurma basah (ruthob) atau anggur basah
(‘inab).
Perincian Nisab dan Metode Zakat Tanaman dan Buah-
Buahan
1) Nisab dan zakat dari dua atau tiga kali panen dijadikan satu, jika telah
memenuhi syarat sebagai berikut:
Sejenis
Dalam masa satu tahun (hijriyah); yaitu jarak masa wajib zakat pertama
dengan berikutnya kurang 12 bulan. Jika masa wajib zakat terjadi dalam
tahun yang berbeda, maka nisabnya dihitung sendiri-sendiri.
Ketentuannya:
Panen Satu Kali; jika dalam satu tahun hijriyah hanya panen satu kali dan
jumlahnya mencapai nisab, maka wajib dizakati saat itu, tidak boleh
menunggu sampai genap satu tahun. Dan jika tidak mencapai nisab, maka
tidak wajib zakat.
Panen Lebih Dari Satu Kali; jika dalam satu tahun hijriyah panen lebih dari
satu kali, dan setiap panen jumlahnya mencapai nisab, maka wajib zakat dan
harus dikeluarkan pada masa itu juga (tidak perlu menunggu masa panen
berikutnya).
Perincian Nisab dan Metode Zakat Buah-Buahan
Tijaroh (dagangan) juga mencakup jual beli (barang atau jasa), sewa menyewa (barang
atau jasa), aqad bagi hasil, perseroan atau syirkah, dan setiap transaksi yang didalamnya
terdapat tukar menukar.
Untuk transaksi yang tidak menggunakan sistem pertukaran atau pertukaran yang tidak
disertai niat dagang, maka tidak wajib zakat seperti harta warisan, hibah dll.
Dasar Hukum Zakat Perdagangan (Tijaroh)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, keluarkanlah sebagian hasil usaha yang kalian
peroleh dan sebagian hasil bumi yang Kami keluarkan untuk kalian.” (QS. Al-Baqarah:
267)
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: pada unta terdapat zakatnya, pada sapi terdapat
zakatnya, pada kambing terdapat zakatnya dan pada kain (pakaian) terdapat zakatnya.”
(HR Baihaqi)
Syarat Wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)
Islam
Merdeka
Milik Sempurna
Tukar menukar
Niat Tijaroh (dagang)
Tidak Dibekukan (dimanfaatkan sendiri)
Haul (genap satu tahun hijriyah)
Mencapai Nisab
Tidak ditukar kembali dengan alat pembelian pertama (modal)
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)
Niat Tijaroh (dagangan) motivasi (niat) dari “tukar menukar” yang dilakukan
tersebut adalah laba atau keuntungan.
Niat dilakukan pada proses pertama pertukaran yaitu saat aqad atau saat berada ditempat
aqad, dan untuk setiap aqad selanjutnya tidak disyaratkan harus ada niat.
Pertukaran yang tidak disertai niat dagang (mencari keuntungan) seperti untuk
dikonsumsi sendiri, digunakan sendiri maka tidak wajib zakat karena tidak termasuk harta
tijaroh (dagangan).
Tidak dibekukan (dimanfaatkan sendiri) harta tijaroh jika diniati untuk tidak
diperjualbelikan lagi atau digunakan sendiri, maka tidak lagi termasuk harta tijaroh dan
tidak wajib zakat
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)
Haul (genap satu tahun hijriyah) ketentuan permulaan haul atau masa satu
tahun dari harta tijaroh, antara lain:
1) Jika modal (alat penukar pertama) berupa “nuqud” (berupa emas atau perak atau mata
uang emas/dinar, atau mata uang perak/dirham) yang jumlahnya mencapai nisab atau
lebih, maka masa satu tahun (haulnya) terhitung sejak memiliki “nuqud” tersebut,
bukan sejak memulai dagang (memiliki harta dagangan).
Contoh : Ketrin memiliki modal berupa emas 90 gram (nuqud) sejak bulan Muharram,
kemudian bulan Jumadil ‘Ula memulai usaha perdagangan dengan modal tersebut. Maka
haulnya terhitung sejak bulan Muharram, oleh karena itu setiap bulan Muharram wajib
mengeluarkan zakat jika memenuhi persyaratannya.
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)
Haul (genap satu tahun hijriyah) ketentuan permulaan haul atau masa satu
tahun dari harta tijaroh, antara lain:
2) Jika modal (alat penukar pertama) bukan berupa “nuqud” (bukan berupa emas atau
perak atau mata uang emas/dinar, atau mata uang perak/dirham) baik mencapai nisab
ataupun tidak atau berupa “nuqud” namun jumlahnya kurang dari nisab, maka masa satu
tahun terhitung sejak memulai tijaroh (berdagang/bisnis) atau memiliki harta dagangan.
Contoh: Jesika memiliki uang Rp. 10.000.000,- sejak bulan Muharram, kemudian bulan
Safar memulai usaha dibidang jual beli jasa atau sewa menyewa dengan menggunakan
modal tersebut.
Maka haulnya (masa satu tahun dari persewaan tersebut) terhitung sejak memulai usahanya
(bulan safar), oleh karena itu setiap bulan Safar wajib mengeluarkan zakat jika memenuhi
persyaratannya.
Mencapai Nisab Nisab adalah ukuran (batas) terendah yang ditetapkan agama
untuk menjadi pedoman dalam menentukan kewajiban zakat.
Ketentuan Nisab dari harta tijaroh menggunakan standar nisabnya alat penukar
(alat pembelian) yang digunakan pertama kali, yaitu:
1. Nisab harta tijaroh disamakan dengan nisab emas Jika modal (alat penukar
pertama) berupa emas atau mata uang emas/dinar, maka nisab tijarohnya adalah jika
nilainya sama (atau melebihi) nilai emas murni (77,58 gram) dan wajib dikeluarkan
zakatnya 2,5%.
Contoh:
Saat haul harta tijaroh harga 1 gram emas murni = Rp.100.000,-, maka nisabnya harta
tijaroh saat itu adalah Rp.100.000,- x 77,58 gram = 7.758.000,-. Jika nilai harta tijaroh
mencapai Rp.7.758.000,- atau lebih, maka wajib mengeluarkan zakatnya 2,5%.
Jaka mempunyai modal berupa emas (murni) 92 gram untuk berdagang/bisnis, saat haul
jika harga 1 gram emas murni=Rp.900.000,- maka nisab harta tijaroh saat itu adalah
Rp.900.000,- x 77,58 gram = Rp. 69. 822.000,-. Jika nilai harta tijaroh Jaka mencapai Rp.
69. 822.000,- atau lebih, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Jika setelah
dihitung ternyata nilai harta tijarohnya tidak mencapai nisab (Rp. 69. 822.000,-) maka
tidak wajib zakat.
2. Nisab harta tijaroh disamakan dengan nisab perak Jika modal (alat penukar
pertama) berupa perak atau mata uang perak/dirham, maka nisab tijarohnya adalah jika
nilainya sama (atau melebihi) nilai perak murni (543,06 gram) dan wajib dikeluarkan
zakatnya 2,5%.
Contoh:
Saat haul harta tijaroh harga 1 gram perak murni = Rp.15.000,-, maka nisabnya harta
tijaroh saat itu adalah Rp.15.000,- x 543,06 gram = 8.145.900,-. Jika nilai harta tijaroh
mencapai Rp 8.145.900,- atau lebih, maka wajib mengeluarkan zakatnya 2,5%.
Karina mempunyai modal berupa perak (murni) 613 gram untuk berdagang/bisnis, saat
haul jika harga 1 gram perak murni=Rp.150.000,- maka nisab harta tijaroh saat itu adalah
Rp.150.000,- x 543,06 gram = Rp. 81. 459.000,-. Jika nilai harta tijaroh Karina mencapai
Rp. 81. 459.000,- maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Jika setelah dihitung
ternyata nilai harta tijarohnya tidak mencapai nisab (Rp. 81. 459.000,-) maka tidak wajib
zakat.
3. Nisab harta tijaroh disamakan dengan nisab emas dan perak Jika modal (alat
penukar pertama) untuk memiliki harta tijaroh berupa emas dan perak atau mata uang emas
(dinar) dan mata uang perak (dirham) maka nisabnya dibandingkan antara nisab emas dan
nisabnya perak.
a) Jika nisabnya emas sebanding dengan nisabnya perak (77,58 gram sebanding dengan
543,06 gram) maka setengah dari harta tijaroh dihitung dengan standar emas dan
setengahnya lagi dihitung dengan standar perak.
Jika masing-masing mencapai nisab, maka masing-masing wajib dizakati, demikian pula
sebaliknya. Dan jika sebagian mencapai nisab dan sebagian lagi tidak mencapai nisab,
maka hanya bagian yang mencapai nisab yang wajib dizakati.
b) Jika nisabnya emas tidak sebanding dengan nisabnya perak maka harus dihitung
berapa persen perbedaan tersebut.
Contoh: nilai nisab perak (543,06 gr) separonya nisab emas (77,58 gr), maka 1/3 harta
tijaroh dihitung dengan standar perak dan 2/3 harta tijaroh dihitung dengan standar emas.
Jika masing-masing mencapai nisab, maka masing-masing wajib dizakati, dan jika
sebagian mencapai nisab dan sebagian lagi tidak mencapai nisab, maka bagian yang
mencapai nisab wajib dizakati dan bagian yang tidak mencapai nisab tidak wajib
dizakati.
Dan jika masing-masing tidak mencapai nisab maka semuanya tidak wajib dizakati.
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)
Contoh 3.a.1 (nilai modal sebanding antara modal dari emas dan perak dan nilai harta tijaroh
dari kedua jenis modal mencapai nisab) Mario mempunyai modal berupa emas (murni) 82
gram dan perak 574 gram untuk berdagang/bisnis, jika harga 1 gram emas murni=Rp.900.000,- dan
harga 1 gram perak murni=Rp.128.571,- maka nisab harta tijaroh adalah
Rp.900.000,- x 77,58 gram = Rp. 69. 822.000,- dan
Rp.128.571,- x 543,06 gram = Rp. 69. 821.767,-
(Total nisab sebesar =Rp. 139.643.767,-). Sedangkan modal yang dimiliki yaitu
82 gram x 900.000 = Rp. 73.800.000 (modal emas)
574 gram x 128.571 = Rp. 73.799.754 (modal perak)
maka total modal = Rp. 147.599.754,-
Jika saat haul ternyata setelah dihitung nilai dari harta tijaroh Mario sebesar Rp. 173.000.000,- atau
mencapai nisab (baik nisab dari modal berupa emas dan nisab dari modal yang berupa perak), maka
masing-masing dari modal tersebut wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.
Adapun cara perhitungan zakatnya yaitu:
173.000.000 – 147.599.754= Rp. 25.400.246,- (laba)
73.800.000 x 2,5% = 1.845.000 (zakat dari modal emas) atau 2,05 gram
73.799.754 x 2,5% = 1.844.993 (zakat dari modal perak) atau 14,35 gram
Jadi zakat yang harus dibayarkan yaitu 1.845.000 + 1.844.993 = Rp. 3.689.993,-
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)
Contoh nomor 3.a.2 (jika nilai modal sebanding antara modal dari emas dan perak namun
hanya sebagian yang mencapai nisab) Mario mempunyai modal berupa emas (murni) 82 gram
untuk berdagang/bisnis sepatu dan perak 574 gram untuk berdagang/bisnis baju, jika harga 1 gram
emas murni=Rp.900.000,- dan harga 1 gram perak murni=Rp. 128.571,-
maka nisab harta tijaroh adalah
Rp.900.000,- x 77,58 gram = Rp. 69. 822.000,- dan
Rp.128.571,- x 543,06 gram = Rp. 69. 821.767,-.
(total nisab sebesar Rp. 139.643.767,-). Sedangkan modal yang dimiliki yaitu
82 gram x 900.000 = Rp. 73.800.000 (modal emas)
574 gram x 128.571 = Rp. 73.799.754 (modal perak)
maka total modal = Rp. 147.599.754,-
Jika saat haul ternyata setelah dihitung nilai dari harta tijaroh Mario sebesar Rp. 130.530.765,-
(merugi) atau hanya sebagian yang mencapai nisab (hanya nisab dari modal berupa emas/bisnis
sepatu), maka yang wajib dizakati adalah modal yang berupa emas tersebut sebesar 2,5%. Karena hasil
penjualan baju tidak mencapai nisab dari modal perak,
Maka hitungan zakatnya yaitu
130.530.765 – 147.599.754 = -17.068.989 (selisih modal/kerugian)
73.800.000 x 2,5% = 1.845.000 (zakat dari modal emas) atau 2,05 gram
Jadi zakat yang harus dibayarkan yaitu Rp. 1.845.000,- atau 2,05 gram
Jika saat haul ternyata setelah dihitung nilai dari harta tijaroh Mario sebesar Rp. 58.000.000,- atau
tidak mencapai nisab dari kedua jenis modal tersebut (merugi), maka tidak wajib zakat.
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)
Contoh nomor 3.b.1 (nilai modal tidak sebanding antara modal dari emas dan perak dan nilai harta tijaroh
dari kedua jenis modal tersebut mencapai nisab) Mario mempunyai modal berupa emas (murni) 82 gram untuk
berdagang/bisnis sepatu dan perak 574 gram untuk berdagang/bisnis baju, jika harga 1 gram emas murni=Rp.900.000,-
dan harga 1 gram perak murni=Rp. 150.000,-
maka nisab harta tijaroh adalah
Rp.900.000,- x 77,58 gram = Rp. 69. 822.000,- dan
Rp.150.000,- x 543,06 gram = Rp. 81.459.000,-.
(total nisab sebesar Rp. 151.281.000,-). Sedangkan modal yang dimiliki yaitu
82 gram x 900.000 = Rp. 73.800.000 (modal emas)
574 gram x 150.000 = Rp. 86.100.000 (modal perak)
maka total modal = Rp. 159.900.000,-
Jika saat haul ternyata setelah dihitung nilai dari harta tijaroh Mario sebesar Rp. 278.000.000,- (memperoleh
keuntungan) dan dikarenakan terdapat perbedaan sekitar 85% (antara modal emas dan perak 73.800.000 :
86.100.000 = 85%), maka harta tijaroh dihitung berdasarkan prosentase perbedaan tersebut dengan menggunakan
(rumus) yaitu 1/3 standar perak dan 2/3 harta tijaroh dihitung dengan standar emas sebagai berikut:
Rp. 278.000.000 x 1/3 = Rp. 92.666.666 (standar perak)
Rp. 278.000.000 x 2/3 = Rp.185.333.333 (standar emas)
Karena berdasarkan hasil perhitungan dengan standar emas dan perak, maka cara menghitung zakatnya
yaitu:
Rp. 278.000.000 – 159.900.000 = 118.100.000 (laba)
Rp. 92.666.666 x 2,5% = 2.316.666 atau 14,35 gram
Rp. 185.333.333 x 2,5% = 4.633.333 atau 2,05 gram
Rp. 118.100.000 x 2,5% = 2.952.500
Jadi total zakatnya adalah = Rp. 9.902.499,-
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)
Contoh nomor 3.b.2 (nilai modal tidak sebanding antara modal dari emas dan perak namun nilai harta tijaroh
dari kedua jenis modal tersebut hanya sebagian yang mencapai nisab)
Mario mempunyai modal berupa emas (murni) 82 gram untuk berdagang/bisnis sepatu dan perak 574 gram untuk
berdagang/bisnis baju, jika harga 1 gram emas murni=Rp.900.000,- dan harga 1 gram perak murni=Rp. 150.000,-
maka nisab harta tijaroh adalah
Rp.900.000,- x 77,58 gram = Rp. 69. 822.000,- dan
Rp.150.000,- x 543,06 gram = Rp. 81.459.000,-.
Total nisab sebesar = Rp. 151.281.000,-. Sedangkan modal yang dimiliki yaitu
82 gram x 900.000 = Rp. 73.800.000 (modal emas)
574 gram x 150.000 = Rp. 86.100.000 (modal perak)
maka total modal = Rp. 159.900.000,-
Jika saat haul ternyata setelah dihitung nilai dari harta tijaroh Mario sebesar Rp. 143.754.321,- (memperoleh
kerugian) dan dikarenakan terdapat perbedaan sekitar 85% (antara modal emas dan perak 73.800.000 :
86.100.000 = 85%), maka harta tijaroh dihitung berdasarkan prosentase perbedaan tersebut dengan menggunakan
(rumus) yaitu 1/3 standar perak dan 2/3 harta tijaroh dihitung dengan standar emas sebagai berikut:
Rp. 143.754.321 x 1/3 = Rp. 47.918.107 (standar perak)
Rp. 143.754.321 x 2/3 = Rp. 95.836.214 (standar emas)
Karena berdasarkan hasil perhitungan dengan standar emas dan perak hanya modal emas yang mencapai
nisob, maka cara menghitung zakatnya yaitu:
Rp. 143.754.321 – 159.900.000 = -16.145.679 (selisih modal/kerugian)
Rp. 95.836.214 x 2,5% =Rp. 2.395.905,- atau 2,05 gram
Jadi total zakatnya adalah = Rp. 2.395.905,-
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)
4. Nisab harta tijaroh disamakan dengan nisab emas atau perak yang lebih dominan
Jika modal (alat penukar pertama) untuk memiliki harta tijaroh berupa selain nuqud
(selain emas dan perak atau mata uang emas (dinar) dan mata uang perak (dirham) seperti
mata uang rupiah, rumah dsb, maka nisabnya disamakan dengan salah satu nilai nisabnya
emas atau perak yang lebih dominan didaerah (negara) tersebut. Namun, ulama lebih
cenderung menggunakan standar emas untuk ukuran nisab harta tijaroh.
Contoh 4 (Nisab harta tijaroh disamakan dengan nisab emas atau perak tergantung mana yang
lebih dominan didaerah muzakki, jika modalnya bukan emas atau perak seperti uang, tanah,
rumah dll)
Lola mempunyai modal berupa uang tunai Rp. 76.000.000,- sedangkan jika harga 1 gram emas
murni=Rp.900.000,- dan harga 1 gram perak murni=Rp. 150.000,-
maka nisab harta tijaroh dengan standar emas dan dengan standar perak adalah
Rp.900.000,- x 77,58 gram = Rp. 69. 822.000,-
Rp.150.000,- x 543,06 gram = Rp. 81.459.000,-
Dalam hal ini mayoritas ulama cenderung (dominan) menggunakan emas sebagai standar nisab untuk
modal selain emas atau perak baik berupa uang, atau aset lainnya.
Jika saat haul ternyata setelah dihitung nilai dari harta tijaroh Mario sebesar Rp. 143.754.321,-
(memperoleh keuntungan), maka Rp. 143.754.321 - Rp. 69. 822.000 = Rp. 73.932.321,- (laba)
Maka zakatnya adalah Rp. 143.754.321 x 2,5% = Rp. 3.593.858,- (zakat dari harta tijaroh)
dan Rp.1.848.308,- (zakat dari laba) karena keduanya mencapai nisob. Jika modal yang berupa
modal uang atau aset tersebut tidak mencapai nisab Emas atau Perak (dalam hal ini yang
dominan memakai emas), maka tidak wajib zakat.
MENGHITUNG HARTA TIJAROH
Cara menentukan harga (nilai) dari harta tijaroh saat haul adalah dengan memakai
harga kontan secara borongan (grosir) yaitu dikira-kira antara harga beli dan harga
jual secara eceran.
Contoh: pada saat haul sisa pakaian yang belum terjual 500 potong, setiap potong dibeli
dengan harga Rp. 20.000,- dan biasanya dijual secara eceran dengan harga Rp. 30.000,-
setiap potong. Cara menentukan harga dari 500 potong pakaian tersebut adalah dikira-kira,
seandainya 500 potong pakaian dibeli semuanya (borongan) dengan tunai, penjual dan
pembeli saling rela pada harga berapa, tentunya tidak sepakat pada nilai Rp. 20.000 atau
Rp. 30.000.
Seandainya sepakat pada harga Rp. 25.000 maka setiap potong pakaian dihargai dengan
nilai Rp, 25.000 (jadi 25.000 x 500 =12.500.000), dan seandainya sepakat pada harga
23.000, maka setiap potong pakaian dihargai dengan nilai Rp. 23.000 (jadi 23.000 x 500 =
11.500.000) dan seterusnya.
MENGHITUNG HARTA TIJAROH
1) Harta dagangan; semua harta dagangan atau barang yang diperjualbelikan saat haul
harus dihitung, sedangkan untuk jasa atau profesi (manfaat) yang dihitung hanya hasil
(keuntungan) yang masih tersisa saat genap satu tahun. Sedangkan barang yang menjadi
sarana jual beli jasa tidak ikut dihitung.
2) Keuntungan (laba); laba yang dihasilkan dari tijaroh, perhitungan dan haulnya
disamakan dengan harta tijaroh pertama (modal) kecuali apabila laba tersebut diwujudkan
emas atau perak (yang menjadi modal awal) dan jumlahnya mencapai nisab. Jika laba
sudah diwujudkan emas atau perak dan jumlahnya mencapai nisab, maka haulnya dihitung
sendiri yaitu sejak diwujudkan emas atau perak.
3) Harta yang dipinjam (dihutang); harta dagangan atau labanya yang dipinjam orang
lain, apabila sudah jatuh tempo dan peminjam dalam kondisi mampu untuk membayar,
maka diikutkan dalam perhitungan nisab. Jika jumlahnya mencapai nisab maka wajib
dizakati semuanya.
HAL-HAL YANG IKUT DIHITUNG SAAT HAUL HARTA TIJAROH
Jika hutang belum jatuh tempo, atau peminjam dalam kondisi belum mampu membayar
hutang, maka saat haul hutang tidak wajib dizakati saat itu.
Jika harta yang lain mencapai nisab dan hutang sudah dikembalikan, maka wajib
dikeluarkan zakatnya secara tersendiri (jika memenuhi syarat wajibnya zakat)
Contoh: Iwan pada bulan Muharram membuka usaha perdagangan. Dipertengahan tahun
sebagian harta dagangan atau labanya senilai Rp. 5.000.000 dipinjam oleh Jarwo. Nilai
harta dagangan saat haul yaitu Rp. 50.000.000. Jika saat haul, hutang sudah jatuh tempo
dan peminjam (Jarwo) dalam kondisi mampu melunasi hutang ke Iwan, maka metode
penghitungan zakatnya yaitu:
Nilai harta tijaroh = Rp. 50.000.000
Nilai hutang = Rp. 5.000.000
Jumlah = Rp. 55.000.000
Maka zakatnya 55.000.000 x 2,5% = Rp. 1.375.000,-
Jika saat haul, hutang belum jatuh tempo atau peminjam (Jarwo) belum mampu
melunasi hutang, maka metode zakatnya yaitu:
Zakat bulan Muharram = 50.000.000 x 2,5% = 1.250.000,-
Benda-Benda Produktif Yang Dibeli Dengan Harta
Dagangan
Barang atau benda yang dibeli dengan memakai harta tijaroh ada dua, yaitu
bersifat produktif dan bersifat konsumtif.
Jika benda yang dibeli dengan harta tijaroh bersifat produktif (berkembang),
misalnya digunakan modal untuk usaha baru maka diikutkan dalam perhitungan
nisab dan zakat
Jika benda yang dibeli dengan harta tijaroh bersifat konsumtif, misalnya
digunakan untuk keperluan sehari-hari, melengkapi kebutuhan hidup, maka tidak
dihitung dalam nisab dan tidak wajib dizakati.
PENGARUH HUTANG PADA ZAKAT TIJAROH
H A RTA T I J A R O H H A RTA P R I B A D I
HARTA TIJAROH
A. Jika komoditas usaha baru berupa barang yang secara dzatiah wajib
zakat, seperti peternakan kambing, sapi, unta, atau perkebunan kurma,
anggur dll, maka metode zakatnya adalah sebagai berikut:
Jika masing-masing dari usaha baru dan tijaroh (usaha awal) mencapai nisab,
dan waktu zakatnya bersamaan atau waktu zakatnya usaha baru lebih dulu, maka
usaha baru zakatnya dikeluarkan sendiri dengan standar zakat dzatiahnya barang
itu sendiri (peternakan, pertanian, atau perkebunan).
Jika usaha baru tidak mencapai nisab (atau tidak memenuhi syarat), maka nilai
(harga) dari usaha baru dijadikan satu dengan nilai tijaroh yang pertama,
kemudian dizakati secara bersamaan dengan zakat tijaroh.
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA TIJAROH
Contoh usaha baru peternakan kambing yang modalnya dari harta tijaroh/laba dari
usaha awal:
Zayan adalah seorang pedagang Gamis (usaha awal) menggunakan keuntungan dari
usahanya untuk membeli 30 ekor kambing dan membuat usaha peternakan (usaha baru).
Setelah genap satu tahun, hasil dari usaha awal dan usaha baru adalah sebagai berikut:
Nilai harta tijaroh (usaha awal) = Rp. 50.000.000
Usaha baru = 30 ekor kambing
Zakatnya adalah:
Tijaroh => 50.000.000 x 2,5% = Rp. 1.250.000
Peternakan=> 40 ekor kambing= 1 ekor kambing
Dengan demikian, jumlah zakatnya adalah uang Rp.1.250.000,- dan 1 ekor kambing.
Jika jumlah kambing dalam usaha baru tersebut hanya 20 ekor (atau kurang dari nisab),
maka perhitungan zakatnya yaitu:
Nilai usaha awal (harta tijaroh) = Rp. 50.000.000
Nilai usaha baru (20 ekor kambing) x @Rp. 250.000 = Rp. 5.000.000
maka zakatnya yaitu 55.000.000 x 2,5 = Rp. 1.3750.000,-
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA TIJAROH
Contoh usaha baru perkebunan yang modalnya dari harta tijaroh/laba dari usaha
awal:
Zayan adalah seorang pedagang Kerudung (usaha awal) menggunakan keuntungan dari
usahanya untuk membeli 500 batang pohon kurma untuk membuat usaha perkebunan
(usaha baru). Setelah genap satu tahun, hasil dari usaha awal dan usaha baru adalah
sebagai berikut:
Nilai harta tijaroh (usaha awal) = Rp. 30.000.000
Nilai pohon kurma ([usaha baru)= Rp. 10.000.000
Hasil panen kurma (usaha baru)= 2.000 kg
Zakatnya adalah:
Tijaroh => 40.000.000 x 2,5% = Rp. 1.000.000,-
Perkebunan =>
Jika tanpa biaya perawatan 2000 x 10% = 100 kg kurma
Jika dengan biaya perawatan 2000 x 5% = 50 kg kurma
Jika sebagian memerlukan biaya 2000 x 7,5% = 75 kg kurma
Dengan demikian, jumlah zakatnya adalah
Rp.1.000.000,- dan 100 kg kurma, atau
Rp.1.000.000,- dan 50 kg kurma, atau
Rp.1.000.000,- dan 75kg kurma.
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA TIJAROH
Contoh usaha baru perkebunan yang modalnya dari harta tijaroh/laba dari usaha
awal:
Seandainya jumlah hasil panen kurma 500 kg (kurang dari nisab) maka zakatnya:
Nilai harta tijaroh (usaha awal) = Rp. 30.000.000
Nilai 500 batang pohon kurma (usaha baru) = Rp. 10.000.000
Nilai 500 kg kurma x @ Rp. 5.000,- = Rp. 2.500.000
Maka perhitungan zakatnya yaitu 42.500.000 x 2,5%= Rp. 1.062.500,-
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA TIJAROH
B. Jika komoditas usaha baru berupa barang yang secara dzatiah tidak wajib zakat,
seperti peternakan ayam atau perkebunan mangga, apel, durian dsb, maka nilai
usaha awal dan usaha baru dijadikan satu. Jika jumlahnya mencapai nisab dan
sudah memenuhi syarat-syaratnya, maka wajib dizakati dengan metode zakat
tijaroh.
Contoh usaha baru peternakan ayam yang modalnya dari harta tijaroh/laba dari
usaha awal:
Seseorang pedagang batik (usaha awal) menggunakan laba dari usahanya untuk membeli
5.000 ekor ayam untuk membuat usaha peternakan ayam (usaha baru). Setelah genap satu
tahun, hasil dari usaha awal (batik) dan usaha baru (ayam) adalah sebagai berikut:
Nilai harta tijaroh (usaha awal) = Rp. 25.000.000
Nilai hasil usaha baru = Rp. 24.000.000
Maka zakatnya =49.000.000 x 2,5% = Rp. 1.225.000
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA TIJAROH
Contoh usaha baru perkebunan apel yang modalnya dari harta tijaroh/laba
dari usaha awal:
Zayan adalah seorang pedagang batik (usaha awal) menggunakan keuntungan
dari usahanya untuk membeli 500 batang pohon apel untuk membuat usaha
perkebunan (usaha baru). Setelah genap satu tahun, hasil dari usaha awal dan
usaha baru adalah sebagai berikut:
Nilai harta tijaroh (usaha awal) = Rp. 30.000.000
Usaha baru (nilai pohon apel) = Rp. 10.000.000
Hasil panen apel (usaha baru) = Rp. 10.000.000
Zakatnya adalah: 50.000.000 x 2,5% = Rp. 1.250.000,-
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA PRIBADI
Setelah genap satu tahun, hasil dari berdagang batik dan nilai tijaroh sarung (usaha baru)
tersebut adalah sebagai berikut:
Nilai tijaroh batik (usaha awal) = 70.000.000
Nilai tijaroh sarung (usaha baru) = 40.000.000,
maka hitungan zakatnya yaitu:
70.000.000 x 2,5% =1.250.000 (usaha awal/batik)
40.000.000 x 2,5% = 1.000.000 (usaha baru/sarung)
Jadi perhitungan zakatnya dipisah antara zakat usaha awal dan usaha baru
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA PRIBADI
1. Materi (benda) yaitu aqad tijaroh yang mempertukarkan benda atau materi, langsung
atau tidak langsung, kontan maupun hutang, baik berupa makanan, mainan, perhiasan,
kendaraan, dan lain-lain. Tijaroh yang menggunakan benda atau materi, saat haul seluruh
harta tijaroh dihitung dalam nisab. Sedangkan alat yang menjadi sarana perdagangan
tersebut (etalase tempat dagang, mobil pengangkut dll) tidak diikutkan dalam perhitungan
nisab
2. Non Materi (Jasa-manfaat) yaitu aqad tijaroh yang mempertukarkan jasa, profesi atau manfaatnya
suatu barang. Misalnya, menyewakan kendaraan berarti menjual jasa atau manfaatnya kendaraan,
bukan menjual kendaraannya. Menyewakan tenaga berarti menjual jasa atau keahlian (profesi)
seseorang. Bagi orang yang menjual jasa atau manfaat, jika ada unsur tijaroh (mempertimbangkan
untung rugi) maka apabila saat haul mencapai nisab maka wajib dizakati kecuali barang yang menjadi
sarana jual belinya itu tidak wajib dizakati
ZAKAT PERHOTELAN
Contoh :
Nasir adalah seorang pengusaha perhotelan (jual beli manfaat hotel), saat haul hasil dari
usaha perhotelannya adalah sebagai berikut:
Pendapatan selama satu tahun = Rp. 175.000.000
Pengeluaran selama satu tahun= Rp. 45.000.000
Saldo saat haul = Rp. 130.000.000
Jika saat haul, harga 1 gram emas yaitu 900.000 maka nisab tijarohnya adalah 77,58 x
900.000 = 69.822.000. Adapun zakat perhotelannya adalah 130.000.000 x 2,5% =
3.250.000
ZAKAT USAHA TRANSPORTASI
Contoh :
Nasir adalah seorang pengusaha bidang angkutan/transportasi (jual beli manfaat angkutan),
saat haul hasil dari usaha angkutannya adalah sebagai berikut:
Pendapatan selama satu tahun = Rp. 195.754.321
Pengeluaran selama satu tahun= Rp. 45.334.665
Saldo saat haul = Rp. 150.419.656
Jika saat haul, harga 1 gram emas yaitu 900.000 maka nisab tijarohnya adalah 77,58 x
900.000 = 69.822.000. Adapun zakat perhotelannya adalah 150.419.656 x 2,5% =
3.760.491
ZAKAT KONTRAKTOR
Contoh :
Nasir adalah seorang kontraktor perumahan (jual beli jasa dan material), saat haul hasil
dari usaha perumahannya adalah sebagai berikut:
Pendapatan selama satu tahun = Rp. 995.754.321
Pengeluaran selama satu tahun= Rp. 345.334.665
Saldo saat haul = Rp. 650.419.656
Jika saat haul, harga 1 gram emas yaitu 900.000 maka nisab tijarohnya adalah 77,58 x
900.000 = 69.822.000. Adapun zakat perhotelannya adalah 650.419.656 x 2,5% =
16.260.491
ZAKAT USAHA SABLON ATAU PERCETAKAN
Contoh :
Nasir adalah seorang pengusaha bidang cetak dan sablon (jual beli jasa dan kertas/kaos),
saat haul hasil dari usaha percetakannya adalah sebagai berikut:
Pendapatan selama satu tahun = Rp. 65.754.321
Pengeluaran selama satu tahun= Rp. 34.334.665
Saldo saat haul = Rp. 31.419.656
Jika saat haul, harga 1 gram emas yaitu 900.000 maka nisab tijarohnya adalah 77,58 x
900.000 = 69.822.000. Adapun zakat perhotelannya adalah 31.419.656 x 2,5% =
785.491
ZAKAT BINATANG TERNAK
Dosen pengampu:
Samsul anwar, s.hi., m.m.
I N S T I T U T A G A M A I S L A M C I PA S U N G
2022
JENIS BINATANG TERNAK
S E C A R A D Z AT I A H WA J I B S E C A R A D Z AT I A H T I D A K
Z A K AT WA J I B Z A K AT
Unta Kuda
Sapi Ayam
Ikan
Kambing
Peranakan silang dari
Peranakan dari ketiga binatang yang secara dzatiah
jenis binatang diatas, wajib zakat (unta, sapi,
misalkan: peranakan kambing) dengan binatang
unta dengan sapi atau yang secara dzatiah tidak
wajib zakat, misalkan:
peranakan sapi dengan
peranakan kuda dengan sapi.
kambing.
SYARAT WAJIB ZAKAT TERNAK
Islam
Merdeka
Milik sempurna
Mencapai nisab
Haul (genap satu tahun hijriyah); hikmahnya agar
harta tersebut dapat berkembang terlebih dahulu.
Saum (digembalakan)
Tidak dipekerjakan
SYARAT WAJIB ZAKAT TERNAK
Note:
Haul atau masa satu tahun hijriyah dihitung sejak jumlah
binatang mencapai nisabnya, tidak dihitung dari saat
pertama memiliki ternak yang tidak mencapai nisab. Selain
itu, selama masa satu tahun jumlah ternak tidak pernah
kurang dari nisabnya.
Apabila dalam masa satu tahun jumlah ternak pernah
kurang dari nisab, maka masa satu tahun yang terhitung
dari waktu sebelumnya menjadi batal (rusak), dan masa satu
tahun dihitung kembali jika jumlah ternak telah mencapai
nisab lagi.
SYARAT WAJIB ZAKAT TERNAK
Contoh :
Keterangan:
Masa satu tahun (haul) terhitung sejak bulan Safar, kemudian haul
yang terhitung dari bulan Safar batal (rusak) dibulan Rajab. Dan
haul dihitung lagi dari bulan Syawal. Jika sampai bulan Syawal
tahun berikutnya jumlah ternak tidak pernah berkurang dari nisab,
maka zakat wajib dikeluarkan pada bulan Syawal.
SYARAT WAJIB ZAKAT TERNAK
Note:
Dalam masa satu tahun ternak diberi makan dengan cara
digembalakan di ladang rumput yang mubah (atau
dibolehkan). Pada rumput yang mubah adalah lahan kosong
yang tidak bertuan dan belum pernah difungsikan.
Sedangkan padang rumput yang dibolehkan adalah lahan
yang diberi izin oleh pemiliknya untuk diambil rumputnya,
seperti lahan yang disediakan untuk menggembala.
Jika binatang ternak tidak digembalakan (makanan
ternak tersebut hasil dari pembelian, maka tidak wajib zakat
atas binatang ternak tersebut.
SYARAT WAJIB ZAKAT TERNAK
Note:
Jika makanan ternak tersebut sebagian dari pembelian dan
sebagian lagi dari penggembalaan di padang rumput yang
mubah, maka hukum (zakat) nya sebagai berikut:
1) Jika makanan ternak yang berasal dari pembelian hanya
sebagian kecil (diperkirakan tanpa adanya makanan tersebut
pun binatang ternaknya masih bisa hidup dan tanpa adanya
bahaya) maka tetap wajib dizakati. Demikian juga binatang
ternak yang sebagian kecil makanannya berasal dari
pembelian yang tidak disertai niat tidak digembalakan lagi
(tidak wajib zakat).
SYARAT WAJIB ZAKAT TERNAK
Note:
2) Jika sebagian besar makanan ternak berasal dari
pembelian, atau hanya sebagian kecil namun diperkirakan
tanpa adanya makanan hasil pembelian binatang ternak
akan mati atau setidaknya timbul bahaya yang nyata, maka
tidak wajib zakat.
Jika binatang ternak digunakan sebagai alat bekerja,
misalnya untuk membajak sawah atau sebagai sarana
angkutan maka tidak wajib zakat. Sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW: “Tidak (wajib) zakat pada sapi yang
digunakan untuk bekerja.” (HR. Abu Dawud dan
Daruquthni)
SYARAT BINATANG YANG
DIGUNAKAN ZAKAT
B I N ATA N G T I D A K
B I N ATA N G S E J E N I S SEJENIS
Contoh:
Bulan Muharram memiliki kambing 20 ekor, kemudian bulan Jumadil
Ula beranak 10 ekor dan membeli lagi 10 ekor. Maka haul dari ternak
kambing tersebut dihitung dari bulan Jumadil Ula.
HAUL ANAK BINATANG TERNAK
2) Jika jumlah ternak sebelum adanya ternak tambahan
sudah mencapai nisab, maka haulnya ternak tambahan
sebagai berikut:
a) Jika binatang tambahan merupakan anak dari ternak
yang telah dimiliki, maka haulnya disamakan dengan haul
induknya.
Contoh:
Seseorang memiliki kambing 120 ekor (zakatnya=1 ekor
kambing), kemudian sebelum genap haulnya (binatang
induk) beranak 1 ekor (= 121 ekor), maka zakat yang
dibayarkan adalah 2 ekor kambing.
HAUL ANAK BINATANG TERNAK
b) Jika binatang tambahan bukan anak dari ternak yang
telah dimiliki (misalnya hasil dari membeli), maka haulnya
tidak disamakan dengan haul binatang sebelumnya.
Contoh:
Seseorang mendapat warisan 120 ekor kambing, kemudian
sebelum genap satu tahun membeli lagi 1 ekor kambing,
maka zakat yang dikeluarkan saat haul (bulan ketika dapat
warisan) adalah 1 ekor kambing.
SYIRKAH (PERSEROAN) PETERNAKAN
14) > 121 ekor Unta Hiqqoh dan Bintu Labun Jika lebih dari 121 ekor, yang
mana jumlahnya tidak habis
dibagi 50 atau 40, namun bisa
habis dibagi dengan gabungan 50
dan 40 (dibagi 50 kemudian
sisanya dibagi 40 atau sebaliknya
maka zakatnya unta hiqqoh dan
bintu labun
CONTOH NISAB DAN ZAKAT UNTA
Ketentuan Zakatnya
Metode pembagian diusahakan tidak menyisakan
bilangan, atau setidaknya menyisakan bilangan paling
sedikit , baik dibagi dengan 50, 40 atau gabungan angka
50 atau 40.
Jika saat mengeluarkan zakat tidak mempunyai unta yang Bintu Ma’khodz boleh diganti dengan Ibnu Labun
menjadi standar zakatnya, maka (unta jantan umur 2 tahun masuk 3 tahun) atau
Hiqqun (unta jantan umur 3 tahun masuk 4 tahun)
Jika saat mengeluarkan zakat tidak mempunyai unta yang 1 ekor unta Hiqqoh boleh diganti dengan 2 ekor
menjadi standar zakatnya, maka Bintu Labun
Jika saat mengeluarkan zakat tidak mempunyai unta yang 1 ekor unta Jadza’ah boleh diganti dengan 2 ekor unta
menjadi standar zakatnya, maka Hiqqoh atau 2 ekor unta Bintu Labun
1a) > 100 ekor Jika jumlahnya habis dibagi 30, maka setiap
hasil pembagian 30 (30 ekor sapi) maka
zakatnya 1 ekor sapi Tabi’
2b) > 100 ekor Jika jumlahnya habis dibagi 40, maka setiap
hasil pembagian 40 (40 ekor sapi) maka
zakatnya 1 ekor sapi jenis Musinnah
4c) > 100 ekor Jika jumlahnya tidak habis dibagi 30 atau
40, namun bisa dibagi habis dengan
gabungan 30 dan 40 (dibagi 30 lalu sisanya
dibagi 40 atau sebaliknya) maka zakatnya
sapi jenis Tabi’ dan Musinnah
NISAB DAN ZAKAT SAPI
Jumlah Ternak ketentuannya
5d) > 100 ekor Jika jumlahnya tidak bisa dibagi habis dengan
30,40, atau gabungan 30 dan 40 (masih
menyisakan bilangan yang tidak bisa dibagi 30
dan 40) maka dibagi dengan cara yang
memungkinkan menyisakan bilangan yang paling
sedikit. Dan sisa bilangan yang tidak bisa dibagi,
tidak mempengaruhi zakat yang dikeluarkan, dan
tidak perlu dizakati tersendiri.
40 sd 120 ekor
500 ekor
NISAB DAN ZAKAT KAMBING
Jumlah Ternak Zakatnya