Anda di halaman 1dari 125

HUKUM ZAKAT DAN METODE

PERHITUNGANNYA

Dosen pengampu:
Samsul anwar, s.hi., m.m.

I N S T I T U T A G A M A I S L A M C I PA S U N G
2022
Apa itu Zakat?

• berarti suci, jernih, bersih, berkah,

Zakat secara berkembang, bertumbuh, bertambah,


cerdik dan terpuji

etimologis

• berarti sejumlah harta tertentu yang telah


mencapai syarat tertentu yang diwajibkan
Zakat secara Allah SWT untuk dikeluarkan dan
diberikan kepada orang-orang yang
terminologis berhak menerimanya
Zakat

Zakat bersumber dari


Zakat hukum Syar’i

Zakat mencakup
sistem keuangan,
Zakat merupakan
ekonomi, keuangan,
kewajiban beragama
sosial, politik, moral
dan agama
Sistem keuangan dan ekonomi; merupakan
pajak harta yang ditentukan

Zakat sebagai sebuah sistem


Sistem Sosial; berusaha menyelamatkan
masyarakat dari berbagai kelemahan

Sistem Politik: pada dasarnya negara yang


mengelola pemungutan dan pembagiannya

Sistem Moral: bertujuan membersihkan jiwa dari


sifat kikir orang kaya sekaligus sifat hasud dan
dengki orang miskin

Sistem Agama; menunaikan zakat merupakan


salah satu ibadah tertinggi dalam mendekatkan
diri kepada ALLAH SWT
Keyakinan keagamaan; merupakan
salah satu manifestasi dari
keyakinan beragama bagi Muzaki

Sosial; pelayanan masyarakat

Prinsip-Prinsip Zakat Politik; menang-kalah

Religius; baik-buruk

Kesenian; keindahan

Pendidikan; benar-salah
Prinsip-Prinsip Zakat
• merupakan salah satu manifestasi dari keyakinan
Keyakinan keagamaan beragama bagi orang yang membayar zakat
(Muzaki)
• Tujuan sosial zakat yaitu membagi kekayaan
Pemerataan dan Keadilan yang diberikan Allah SWT lebih merata dan
adil kepada manusia

• Zakat harus dibayarkan karena merupakan harta milik


Produktivitas tertentu, menghasilkan produk tertentu , dan dalam
jangka waktu tertentu

• Harta yang menghasilkan harus dikeluarkan


Nalar

• Zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas


Kebebasan

• Zakat tidak dipungut secara semena-mena


Etika dan Kewajaran
Qs. Al Baqarah: 43, 83, 110, Qs. Al Bayyinah: 5, Qs. At
Taubah: 103, Qs. Al Anbiya: 73, Qs. Maryam: 54-55, Qs. An
Nisa:30

Dasar Hukum Zakat


dan Pengelolaan
Zakat? UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dan
peraturan pemerintah RI No. 14 tahun 2014 tentang
pelaksanaan UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat, Inpres RI No.3 tahun 2014, Peraturan Baznas No. 01
dan 02 tahun 2014, serta Peraturan Baznas No. 01 dan 02
tahun 2016
Menurut Monzer Kahf: fungsi utama zakat adalah
untuk mencapai keadilan sosial ekonomi

Menurut Daud Ali, fungsi zakat adalah untuk


FUNGSI ZAKAT mengangkat derajat fakir miskin, membantu
memecahkan masalah para Gharimin, Ibnu Sabil,
dan mustahik lainnya, membina tali persaudaraan
antar sesama umat Islam dan manusia pada
umumnya, menghilangkan sifat kikir pemilik harta,
menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan
sosial) dari orang-orang miskin, menjembatani
jurang antara si kaya dan si miskin didalam
masyarakat,
MUSTAHIK ZAKAT

Fakir

Miskin

Amil Zakat

Mualaf
Mustahik Zakat berdasarkan
Qs. At Taubah: 60
Riqab/budak

Gharimin/orang yang
berhutang

Fisabilillah

Ibnu Sabil
SEJARAH ZAKAT
 Zaman Nabi Muhammad SAW
Pada zaman ini, penerapan zakat di Mekah dimulai pada tahun kedua Hijriah (632 M). Zakat fitrah
dibayarkan sebelum sholat ‘ied berupa 1 sha’ kurma, tepung keju yang lembut atau setengah sha’ gandum.
Kemudian turunlah wahyu Allah SWT Qs. Luqman:4, Qs. Al Fushilat:6-7. Setelah Nabi Muhammad SAW
hijrah ke Madinah, turun wahyu Qs. At Taubah: 60 tentang golongan yang berhak menerima zakat
(Mustahik), Qs. At Taubah: 103 tentang fungsi zakat yang membersihkan dan mensucikan dan Qs. At
Taubah: 34-35 tentang sanksi tidak membayar zakat.
Satu sha disebut sebagai ukuran zakat fitrah. Sha adalah wadah yang digunakan untuk minum seperti
gelas. Satu sha merupakan ukuran wajib zakat fitrah untuk zakat per individu yang didasarkan pada hadits
riwayat Bukhari dan Muslim. Hadits itu dikutip sebagai berikut:

‫ َأ ْو‬,‫ تَ ْم ٍر‬A‫ا ًعا ِم ْن‬A‫ص‬َ ,‫ اَ ْلفِ ْط ِر‬Aَ‫ َز َكاة‬- ‫لم‬A‫ه وس‬A‫ علي‬A‫لى هللا‬A‫ ص‬- ِ ‫و ُل هَّللَا‬A‫س‬ َ ‫ فَ َر‬- :A‫ هَّللَا ُ َع ْن ُهمَا قَا َل‬A‫ض َي‬
ُ ‫ َر‬A‫ض‬ ِ ‫ ُع َم َر َر‬A‫ اِ ْب ِن‬A‫َع ِن‬
Aَ AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
‫ َعل‬:‫ش ِعي ٍر‬
َ ‫ِم ْن‬ ‫ا ًعا‬AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA‫ص‬ َ

‫اَل ِة‬A‫ص‬ ِ ‫ ُخ ُرو‬A‫ تَُؤ دَّى قَ ْب َل‬A‫ َوَأ َم َر ِبهَا َأ ْن‬,‫ين‬


ِ ‫ اَلنَّا‬A‫ج‬
َّ ‫ ِإلَى اَل‬A‫س‬ َ ‫لِ ِم‬A‫س‬ َّ ‫ َوال‬, ‫ َواُأْل ْنثَى‬, ‫الذ َك ِر‬
ْ ‫ اَ ْل ُم‬A‫ ِم َن‬,‫ َوا ْل َكبِي ِر‬, ‫ ِغي ِر‬A‫ص‬ َّ ‫ َو‬, ‫اَ ْل َع ْب ِد َوا ْل ُح ِّر‬
‫ه‬AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA ‫ق َعلَ ْي‬
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA ٌ َ‫ُمتَّف‬ -

ya, “Dari Ibnu Umar RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha‘
kurma atau satu sha‘ gandum bagi setiap budak, orang merdeka, laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa
dari kalangan Muslimin. Rasulullah SAW memerintahkan pembayarannya sebelum orang-orang keluar
rumah untuk shalat Id,” (HR Bukhari dan Muslim).
SEJARAH ZAKAT

 Zaman Nabi Muhammad SAW


a) Satu Sha’ menurut madzhab Maliki setara dengan 4 mud dimana 1 mud
sama dengan sebanyak isi telapak tangan sedang jika mengisi keduanya lalu
membentangkannya (Subulus Salam, hal: 111) atau sama dengan 675 g. Jadi
satu Sha 'sama dengan 2.700 g atau 2,7 kg.
b) Adapun menurut Mazhab Syafi‘i, satu sha setara 685 5/7 dirham atau lima
1/3 ritl Baghdad. Mazhab Maliki memiliki pandangan yang sama dengan
Mazhab Syafi‘i, satu sha setara 685 5/7 dirham atau lima 1/3 ritl Baghdad.
c) Sedangkan, satu sha menurut Mazhab Hanafi setara dengan delapan ritl
Iraq. Satu ritl Iraq setara dengan berat 130 dirham. Dalam ukuran gram,
satu sha setara dengan 3.800 gram (3,8 kg).
d) Sementara satu sha menurut Mazhab Hanbali setara dengan 2.751 gram
(2,75 kg).
SEJARAH ZAKAT
 Jadi satu sha itu setara dengan:
1) 3,8 kg menurut Mazhab Hanafi.
2) 2,75 kg menurut Mazhab Maliki.
3) 2,75 kg menurut Mazhab Syafi’i.
4) 2,75 kg menurut Mazhab Hanbali.
Konversi ukuran dari satuan takaran ke ukuran berat ini melahirkan perbedaan pandangan
ulama perihal besaran zakat fitrah berupa makanan pokok. Sedangkan konversi zakat fitrah
dari berat makanan pokok ke dalam bentuk uang dalam Mazhab Hanafi juga melahirkan
perbedaan besaran sesuai dengan makanan pokok yang ditimbang.
Kurma, kismis, gandum, atau beras dengan berat yang sama tentu menghasilkan besaran yang
berbeda bila dinominalkan dalam bentuk rupiah. Sedangkan masyarakat Indonesia biasanya
membayarkan zakat fitrah sebesar 2,5 kg atau 3,5 liter beras. Meski demikian, semua
pendapat ini merupakan turunan dari kata “sha” yang disebutkan di dalam hadits diatas.
SEJARAH ZAKAT

Untuk itu, Nabi Muhammad SAW mendirikan Baitul Maal (rumah harta) yang
terletak di masjid Nabawi dan mengutus para sahabatnya (Umar bin Khattab,
Ibnu Qaiz Ubaidah bin Samit dan Muadz bin Jabal) untuk menjadi amil atau
pengelola zakat. Adapun harta yang dikenakan zakat adalah benda logam yang
terbuat dari emas, perak, binatang ternak, barang dagangan , hasil pertanian,
luqathah (harta yang ditinggalkan musuh saat perang), barang temuan (rikaz)
yang semuanya memiliki nisab.
Nabi Muhammad SAW juga membentuk pengelolaan dan pemungutan zakat
dengan membentuk katabah (petugas yang mencatat wajib zakat), hasabah
(petugas penghitung zakat), jubah (petugas penarik/pengambil zakat), khazanah
(petugas penghimpun dan pemeliharaan harta zakat), dan qasamah (petugas
penyalur zakat)
SEJARAH ZAKAT

 Zaman Khalifah Abu Bakar Siddiq ra


Kebijakan pemungutan dan pembagian zakat dilaksanakan
berdasarkan prinsip sama rata. Sehingga jumlah zakat di Baitul Maal
tidak menumpuk. Bahkan ketika beliau wafat, harta di Baitul Maal
hanya bernilai 1 dirham.
 Zaman Khalifah Umar bin Khattab ra
Pada masa ini wilayah Islam semakin luas meliputi Jazirah Arab,
Romawi (Syiria, Palestina dan Mesir), dan seluruh Persia termasuk
Irak. Kondisi tersebut membuat Umar bin Khattab mendirikan Baitul
Maal diberbagai wilayah yang disertai dengan sistem administrasi yang
tertata rapi dan berpusat di Madinah. Baitul Maal juga berfungsi
sebagai pelaksanaan kebijakan fiskal negara. Selain itu, karena
berkembangnya ternak dan perdagangan, maka ada beberapa harta
yang dikenai zakat, seperti zakat karet dan madu.
SEJARAH ZAKAT

 Zaman Khalifah Umar bin Khattab ra


Pada masa ini, Khalifah Usman berhasil melakukan ekspansi wilayah
Islam hingga Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, Persia, Transoxania dan
Tabaristan. Berdasarkan kondisi tersebut, pada masa ini, zakat terbagi
menjadi dua bagian yaitu:
Zakat al amwal az zahirah (harta benda yang tampak), dan zakat al amwal
al batiniyah (harta yang tersembunyi. Keduanya dibayarkan dengan
laporan self assessment, dimana kebijakan penarikan zakat diserahkan
kepada pemiliknya masing-masing dengan tujuan memberikan rasa aman
dari gangguan oknum pengumpul zakat yang tidak baik. Perhitungannya
pun harus dikurangi dengan utang para pembayar zakat.
 Zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib ra
Pada masa ini, khalifah Ali turut mendistribusikan zakat kepada para
mustahik. Khalifah menyatakan bahwa fakir miskin dan pengemis buta
non Islam ditanggung biaya hidupnya oleh Baitul Maal.
ZAKAT EMAS DAN PERAK

 Dasar hukum zakat emas dan perak


 QS. At-Taubah:34
 Hadis Bukhori yang artinya: “dalam emas dan perak zakatnya
seperempat puluh”
 Hadis Bukhori Muslim yang artinya:” Tiada seorang yang
mempunyai emas dan perak, yang dia tidak berikan zakatnya
kecuali nanti di hari kiamat harta itu akan dijadikan lempengan
besi, setelah dibakar dalam api neraka jahanam kemudian
disetrikalah (gosok) lambungnya, dahinya dan punggungnya. Bila
sudah dingin akan dipanaskan kembali (secara terus menerus) di
suatu hari yang lamanya kira-kira lima puluh ribu tahun, sampai
semua nasib manusia diputuskan, kemudian akan dilihatkan
nasibnya apakah akan masuk surga atau kah neraka.”
Islam

Syarat Wajib Zakat Emas dan

Merdeka
Perak

Milik Sempurna

Mencapai Nisab

Haul (Genap satu tahun hijriyah)


NISAB EMAS DAN PERAK

 Nisab Emas = 20 Mitsqol / dinar


 1 Mitsqol = 3,879 gram
 Jadi nisab emas (murni) = 20 x 3,879 gram = 77,58 gram
 Zakatnya = 2,5% atau 1/40
 Contoh: jumlah emas (murni) 90 gram, berapakah zakatnya?
= 90 x 2,5% = 2,25 gram
 Adapun cara menentukan nisab emas campuran yaitu:
Nisab emas murni dibagi dengan karatnya emas campuran, hasil
pembagian dikalikan 24, dan hasilnya = nisab emas campuran tersebut.
Contoh: jumlah emas campuran 543 gram dengan karat 20, berapakah
nisab dan zakatnya?
77,58 / 20 = 3,879 gram x 24 = 93,096 gram, maka zakatnya yaitu 543 x
2,5%=13,575 gram
NISAB EMAS DAN PERAK

 Nisab Perak = 200 dirham


 1 dirham = 2,7153 gram
 Jadi nisab perak (murni) = 200 x 2,7153 gram = 543,06 gram
 Zakatnya = 2,5% atau 1/40
 Contoh: jumlah perak (murni) 1000 gram, berapakah zakatnya?
= 1000 x 2,5% = 25 gram
 Adapun cara menentukan nisab perak campuran yaitu:
Nisab perak murni dibagi dengan karatnya perak campuran, hasil
pembagian dikalikan 24, dan hasilnya = nisab perak campuran tersebut.
Contoh: jumlah perak campuran 1305 gram dengan karat 20,
berapakah nisab dan zakatnya?
543,06 : 20 = 27,153 gram x 24 = 651,672 gram, maka zakatnya yaitu
1305 x 2,5%= 32,625 gram
Definisi Zakat Tanaman

Tanaman (nabat) adalah setiap jenis tanaman yang digunakan


untuk makanan pokok yang dipelihara oleh manusia (bukan tumbuh
secara liar) dan dapat disimpan. Standar makanan pokok adalah
makanan yang punya fungsi menguatkan tubuh, mengenyangkan
dan dikonsumsi dalam kondisi normal.
Makanan pokok terdiri dari buah-buahan (tsimar) meliputi kurma
dan anggur, jenis biji-bijian (hubub) meliputi gandum, beras,
jagung, kedelai, kacang hijau dan sebagainya.
Tidak setiap tanaman (hasil bumi) dan buah-buahan wajib untuk
dizakati. Hanya tanaman yang berfungsi al-iqtiyat atau menguatkan
tubuh, mengenyangkan dan menjadi makanan pokok dalam situasi
normal yang wajib dizakati.
Dasar Hukum Zakat Tanaman

Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan yang tidak sama (rasanya). Makanlah dari
buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah dan tunaikanlah haknya dihari
memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya) dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Dan sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS.
Al-An’am: 141)

Artinya: “Janganlah kalian mengambil sedekah (zakat) kecuali dari empat jenis makanan
yaitu gandum putih, gandum merah, kurma dan anggur.” (HR. Al-Hakim)
Zakat Tanaman

Dasar Hukum Zakat Tanaman:


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan
Allah) sebagian dari hasik usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” (QS. Al-
Baqarah: 267)

Artinya: “Rasulullah SAW memerintahkan ‘Attab bin Asiid untuk memperkirakan


anggur maka zakatnya dibayarkan anggur kering sebagaimana ditunaikannya
zakat kurma berupa kurma kering.” (HR. Nasa’i)

Artinya: “Terhadap tanaman yang disirami air hujan dan mata air,
atau tumbuhan yang menyerap air dengan akarnya, zakatnya
sepersepuluh. Dan yang disirami dengan bantuan (onta) zakatnya
separuh dari sepersepuluh.” (HR. Nasa’i)
Syarat Wajib Zakat Tanaman

 Tanaman yang tumbuh karena dibudidayakan oleh


manusia
Harus terdiri dari tanaman yang bisa dijadikan makanan
pokok dan bisa disimpan
Sudah keras dan siap disimpan (buduwaassholah) dalam
kondisi kering
Mencapai nisab
Islam
Merdeka
Milik sempurna
Syarat Wajib Zakat Tanaman

 Zakat tanaman dan buah-buahan tidak disyaratkan haul (genap


satu tahun). Jika sudah dipetik dan jumlahnya mencapai nisab, maka
wajib dikeluarkan zakatnya meskipun belum ada setahun (haul).
Ketika biji makanan pokok sudah berisi, mengeras, dan layak
untuk dikonsumsi, maka tanaman tersebut sudah masuk masa wajib
zakat. Begitu juga buah kurma dan anggur yang sudah masak (tua)
dan sudah masuk masa wajib zakat.
Pada masa wajib zakat, pemilik tanaman atau buah-buahan tidak
diperbolehkan mengalihkan harta tersebut sebelum memperkirakan
jumlah hasil panen dan jumlah yang wajib dikeluarkan sebagai
zakat. Pembatasan hak pakai (tasharuf) ini dimaksudkan untuk
melindungi haknya golongan penerima zakat.
Syarat Wajib Zakat Tanaman

Masa wajib zakat berbeda dengan masa wajib mengeluarkan zakat.


Pada saat sudah sampai masa wajib zakat, pemilik belum wajib
mengeluarkan zakat saat itu juga. Pemilik wajib mengeluarkan
zakatnya saat tanaman dan buah-buahan sampai masa wajib
mengeluarkan zakat yaitu saat tanaman atau buah-buahan yang
sudah masak tersebut dipetik (masa panen) dan sudah dibersihkan
dari tanah atau kulit pembungkus yang tidak diperlukan.
Tanaman yang tumbuh dengan sendirinya (tidak ditanam
pemiliknya) itu tidak wajib zakat sebagaimana binatang ternak yang
merumput dengan sendirinya (tidak digembala pemiliknya) juga
tidak wajib zakat.
Kadar, Nisab dan Zakat Tanaman

Ketentuan Zakat Tanaman:


Tanaman tanpa biaya pengairan zakatnya yaitu 10%
Tanaman dengan biaya pengairan zakatnya yaitu 5%.
Nisab wajib zakat dari tanaman (makanan pokok) adalah 5 wasaq atau 300 sho’
(artinya berat bersih/tanpa kulit) . Oleh karena itu, jumlah nisab tanaman yang ada
kulitnya berbeda dengan hitungan nisab tanaman yang tidak ada kulitnya.
Jika tanaman tersebut biasa dikonsumsi dengan kulitnya (misalnya jagung),
maka kulit tersebut masuk dalam hitungan nisab. Maksudnya, nisab makanan
tersebut 5 wasaq beserta kulitnya.
Jika kulit yang menyertai tanaman hanya berfungsi untuk menjaga agar tetap
baik dan tidak biasa ikut dimakan (misalnya padi), maka kulit tidak termasuk
dalam hitungan nisab (berat bersih dari tanaman tersebut harus mencapai 5 wasaq.
Jika seseorang mempunyai tanaman di dua tempat yang berbeda, sebagian
membutuhkan biaya pengairan, dan sebagian lagi tidak membutuhkan biaya
maka nisabnya dijadikan satu, sedangkan kadar zakatnya disesuaikan
dengan faktor biaya.
Nisab dan Zakat Gandum

Nisab dan Zakat Gandum:


1) Nisab Gandum = 558,654 kg
2) Nisabnya gandum adalah 5 wasaq
3) 1 wasaq = 60 sho’
4) 1 sho’ = 1.862,18 gram
5) Jadi nisabnya = 1.862,18 x 60 x 5 = 558.654 kg
6) Contoh : Jumlah gandum 700 kg
Zakatnya adalah:
a. Tanpa biaya pengairan= 700x10% atau (1/10) 70 kg
b. Dengan biaya pengairan= 700x5% atau (1/20) 35 kg
c. Sebagian memakai biaya pengairan= 700x6,6% atau (1/15) 4,662 kg
Nisab dan Zakat Gandum

Contoh :
a. Hasil Panen Gandum milik Hamdi adalah 968 kg tanpa biaya
pengadaan air, karena ladang gandumnya terdapat irigasi air dan
termasuk daerah tadah hujan. Maka perhitungan zakatnya yaitu:
968 x 10% =96,8 kg
b. Hasil Panen Gandum milik Budi adalah 1618 kg dengan biaya
pengadaan air sebesar 350.000 perbulan, karena ladang
gandumnya tidak ada irigasi air. Maka perhitungan zakatnya
yaitu: 1618 x 5% =80,9 kg
Nisab dan Zakat Gandum

Contoh C:
Hamdi memiliki tanaman di dua tempat yang berbeda, di ladang X gandum yang ditanam
membutuhkan biaya pengairan. Sedangkan di ladang Y tidak membutuhkan biaya
pengairan. Adapun hasil panen di ladang X yaitu 2387 kg, sedangkan hasil panen di ladang
Y yaitu 8904 kg.
Maka perhitungan zakatnya yaitu:
Hasil Panen Ladang X = 2387 kg gandum dan membutuhkan biaya pengairan
Hasil Panen Ladang Y = 8904 kg gandum dan tidak membutuhkan biaya pengairan

Jumlah panen = 11.291 kg (mencapai nisab)


Prosentase zakat = 2387 x 5% = 119,35 kg
= 8904 x 10 % = 890,4 kg
Zakatnya = 1009,75 kg gandum
Nisab dan Zakat Beras Putih

 Nisab Beras Putih = 815,758 kg


 Nisab beras putih adalah 5 wasaq
 1 wasaq = 60 sho’
 1 sho’ = 2,719 gram
 Jadi nisabnya = 2,719 x 60 x 5 = 815,758 kg
 Zakatnya (jika setara dengan nisab) adalah:
Tanpa biaya pengairan = (1/10) atau 10% x 815,758 kg = 81,5758 kg
Dengan biaya pengairan = (1/20) atau 5% x 815,758 kg= 40,7879 kg
Sebagian memakai biaya pengairan = (1/15) atau 6,66 % x 815,758 kg =
54,329 kg
Contoh :
Jumlah beras putih 999 kg, maka perhitungan zakatnya adalah
Tanpa biaya pengairan = 10% x 999 kg = 99,9 kg
Dengan biaya pengairan = 5% x 999 kg= 49,95 kg
Sebagian memakai biaya pengairan = 6,66% x 999 kg = 66,5334 kg
Nisab dan Zakat Gabah (Padi Kretek)

 Nisab Gabah (Padi Kretek) = 1.323, 132 kg


 Nisab Gabah (Padi Kretek) adalah 10 wasaq
 1 wasaq = 60 sho’
 1 sho’ = 2,20522 gram
 Jadi nisabnya = 2,20522 x 60 x 10 = 1.323, 132 kg
 Zakatnya (jika setara dengan nisab) adalah:
Tanpa biaya pengairan = 10% x 1.323, 132 kg = 132,3132 kg
Dengan biaya pengairan = 5% x 1.323, 132 kg = 66,1566 kg
Sebagian memakai biaya pengairan = 6,66% x 1.323,132 kg = 88,12 kg
Contoh :
Jumlah Gabah 1500 kg, maka perhitungan zakatnya adalah
Tanpa biaya pengairan = 10% x 1500 kg = 150 kg
Dengan biaya pengairan = 5% x 1500 kg = 75 kg
Sebagian memakai biaya pengairan = 6,66% x 1500 kg = 99,9 kg
Nisab dan Zakat Padi Gagang

 Nisab Padi Gagang = 1.631,58 kg


 Nisab Padi Gagang adalah 10 wasaq
 1 wasaq = 60 sho’
 1 sho’ = 2,7193 gram
 Jadi nisabnya = 2,7193 x 60 x 10 = 1.631, 58 kg
 Zakatnya (jika setara dengan nisab) adalah:
Tanpa biaya pengairan = 10% x 1.631, 58 kg = 163,158 kg
Dengan biaya pengairan = 5% x 1.631, 58 kg = 81,579 kg
Sebagian memakai biaya pengairan = 6,66% x 1.631, 58 kg = 108,663 kg
Contoh :
Jumlah Gabah 1750 kg, maka perhitungan zakatnya adalah
Tanpa biaya pengairan = 10% x 1750 kg = 175 kg
Dengan biaya pengairan = 5% x 1750 kg = 87,5 kg
Sebagian memakai biaya pengairan = 6,66% x 1750 kg = 116,55 kg
Nisab dan Zakat Kacang Hijau

 Nisab Kacang Hijau = 780,036 kg


 Nisab Kacang Hijau adalah 5 wasaq
 1 wasaq = 60 sho’
 1 sho’ = 2,60012 gram
 Jadi nisabnya = 2,60012 x 60 x 5 = 780,036 kg
 Zakatnya (jika setara dengan nisab) adalah:
Tanpa biaya pengairan = 10% x 780,036 kg = 78,0036 kg
Dengan biaya pengairan = 5% x 780,036 kg = 39,0018 kg
Sebagian memakai biaya pengairan = 6,66% x 780,036 kg = 51,95 kg
Contoh :
Jumlah Kacang Hijau 1500 kg, maka perhitungan zakatnya adalah
Tanpa biaya pengairan = 10% x 1500 kg = 150 kg
Dengan biaya pengairan = 5% x 1500 kg = 75 kg
Sebagian memakai biaya pengairan = 6,66% x 1500 kg = 99,9 kg
Nisab dan Zakat Kacang Tunggak

 Nisab Kacang Tunggak = 756,69 kg


 Nisab Kacang Tunggak adalah 5 wasaq
 1 wasaq = 60 sho’
 1 sho’ = 2,5223 gram
 Jadi nisabnya = 2,5223 x 60 x 5 = 756,69 kg
 Zakatnya (jika setara dengan nisab) adalah:
Tanpa biaya pengairan = 10% x 756,69 kg = 75,669 kg
Dengan biaya pengairan = 5% x 756,69 kg = 37,8348 kg
Sebagian memakai biaya pengairan = 6,66% x 756,69 kg = 50,395 kg
Contoh :
Jumlah Kacang Tunggak 1500 kg, maka perhitungan zakatnya adalah
Tanpa biaya pengairan = 10% x 1500 kg = 150 kg
Dengan biaya pengairan = 5% x 1500 kg = 75 kg
Sebagian memakai biaya pengairan = 6,66% x 1500 kg = 99,9 kg
Nisab dan Zakat Jagung Kuning

 Nisab Jagung Kuning = 720 kg


 Zakatnya (jika setara dengan nisab) adalah:
Tanpa biaya pengairan = 10% x 720 kg = 72kg
Dengan biaya pengairan = 5% x 720 kg = 36 kg
Sebagian memakai biaya pengairan = 6,66% x 720 kg = 47,952 kg
Contoh :
Jumlah Jagung Kuning 1500 kg, maka perhitungan zakatnya adalah
Tanpa biaya pengairan = 10% x 1500 kg = 150 kg
Dengan biaya pengairan = 5% x 1500 kg = 75 kg
Sebagian memakai biaya pengairan = 6,66% x 1500 kg = 99,9 kg
Nisab dan Zakat Jagung Putih

 Nisab Jagung Putih= 714 kg


 Zakatnya (jika setara dengan nisab) adalah:
Tanpa biaya pengairan = 10% x 714 kg = 71,4kg
Dengan biaya pengairan = 5% x 714 kg = 35,7 kg
Sebagian memakai biaya pengairan = 6,66% x 714 kg = 47,552 kg
Contoh :
Jumlah Jagung Kuning 1500 kg, maka perhitungan zakatnya adalah
Tanpa biaya pengairan = 10% x 1500 kg = 150 kg
Dengan biaya pengairan = 5% x 1500 kg = 75 kg
Sebagian memakai biaya pengairan = 6,66% x 1500 kg = 99,9 kg
Ketentuan Mengumpulkan Tanaman Dalam Nisab

 Nisab dan zakat dari dua atau tiga kali panen dijadikan
satu, jika telah memenuhi syarat berikut:
1) Sejenis (tanamannya)
2) Dalam masa satu tahun hijriyah, jika masa wajib zakat
terjadi dalam tahun yang berbeda maka nisabnya
dihitung sendiri-sendiri.
Ketentuan Zakat Tanaman Dengan Aqad Bagi Hasil

 Musaqoh (Paroan Kebun); yaitu pemilik kebun


anggur atau kurma menyerahkan perkebunannya pada
penggarap agar dikelola, dan hasil dari perkebunan
akan dibagi sesuai kesepakatan antara pemilik dan
penggarap. Hukumnya adalah boleh, dan yang wajib
mengeluarkan zakat adalah pemilik tanaman atau
kebun.
Ketentuan Zakat Tanaman Dengan Aqad Bagi Hasil

 Muzaro’ah (Paroan Sawah); yaitu pemilik sawah atau ladang


menyerahkan sawahnya (dan benih yang akan ditanam) pada
penggarap agar ditanami dan dikelola serta hasilnya akan dibagi
sesuai kesepakatan antara pemilik dan penggarap.
 Ulama berbeda pendapat mengenai hukum muzaro’ah, menurut
pendapat yang mu’tamad hukumnya tidak sah. Oleh karena itu,
seluruh penghasilan sawah dimiliki oleh pemilik benih (sawah),
dan penggarap berhak mendapat ujroh mitsil (ongkos standar
umumnya penggarap) sesuai masa kerja.
 Yang wajib mengeluarkan zakat tanamannya adalah pemilik
sawah (tanaman)
Ketentuan Zakat Tanaman Dengan Aqad Bagi Hasil

 Mukhobaroh (Paroan Sawah); yaitu pemilik sawah atau ladang


menyerahkan sawahnya pada penggarap agar ditanami dan
dikelola, benih tanaman berasal dari penggarap kemudian hasil
dari sawah akan dibagi sesuai kesepakatan antara pemilik dan
penggarap.
 Ulama berbeda pendapat mengenai hukum mukhobaroh,
menurut pendapat yang mu’tamad hukumnya tidak sah. Oleh
karena itu seluruh penghasilan dimiliki oleh penggarap (pemilik
benih) dan pemilik tanah berhak mendapat ujroh mitsil (ongkos
standar umumnya sewa tanah) sesuai masa lamanya. dan yang
wajib mengeluarkan zakat adalah pemilik benih atau
penggarap.
Dasar Hukum Zakat Buah-Buahan

Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan yang tidak sama (rasanya). Makanlah dari
buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah dan tunaikanlah haknya dihari
memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya) dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Dan sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS.
Al-An’am: 141)

Artinya: “Janganlah kalian mengambil sedekah (zakat) kecuali dari empat jenis makanan
yaitu gandum putih, gandum merah, kurma dan anggur.” (HR. Al-Hakim)
Dasar Hukum Zakat Buah-Buahan

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan


Allah) sebagian dari hasik usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” (QS. Al-
Baqarah: 267)

Artinya: “Rasulullah SAW memerintahkan ‘Attab bin Asiid untuk memperkirakan


anggur maka zakatnya dibayarkan anggur kering sebagaimana ditunaikannya
zakat kurma berupa kurma kering.” (HR. Nasa’i)

Artinya: “Terhadap tanaman yang disirami air hujan dan mata air, atau tumbuhan
yang menyerap air dengan akarnya, zakatnya sepersepuluh. Dan yang disirami
dengan bantuan (onta) zakatnya separuh dari sepersepuluh.” (HR. Nasa’i)
Syarat Wajib Zakat Buah-Buahan

 Islam
 Merdeka
 Milik Sempurna
Mencapai Nisab
Zakat Buah-Buahan

 Ulama sepakat bahwa buah-buahan yang wajib dikeluarkan


zakatnya hanya buah kurma dan anggur. Nisab dan prosentase
zakatnya buah-buahan itu sebagaimana nisab dan prosentase
zakatnya tanaman yaitu 5 wasaq atau 300 sho’ dengan standar
kurma kering (tamr) dan anggur kering (zabib).
 Makanan pokok terdiri dari buah-buahan (tsimar) meliputi kurma
dan anggur, jenis biji-bijian (hubub) meliputi gandum, beras,
jagung, kedelai, kacang hijau dan sebagainya.
 Tidak setiap buah-buahan wajib untuk dizakati, hanya tanaman
yang berfungsi al-iqtiyat atau menguatkan tubuh,
mengenyangkan dan menjadi makanan pokok dalam situasi
normal yang wajib dizakati.
Zakat Buah-Buahan

Zakat Buah-buahan antara lain:


 Jika tanpa biaya pengairan = 1/10 atau 10%
Jika terdapat biaya pengairan = 1/20 atau 5%
Jika sebagian memerlukan biaya pengairan = 1/15 atau
6,66%
Pembagian Waktu Zakat Tanaman dan Buah-
Buahan

Terdapat 2 (dua) istilah dalam pembagian waktu dalam zakat tanaman dan buah-buahan,
antara lain:
1) Waktu Wajib Zakat; yaitu ketika semua atau sebagian tanaman sudah berisi dan sudah
mengeras (isytidad) atau saat buah-buahan sudah tua (buduwwissholah) maka saat itu
sudah masuk waktu wajib zakat. Saat itu, pemilik tanaman dan buah-buahan belum wajib
mengeluarkan zakat, namun pemilik tidak boleh mentasarufkan (menjual, memberikan,
menshodaqohkan) tanaman dan buah-buahan tersebut jika jumlahnya mencapai nisab,
belum dizakati atau belum diperkirakan jumlah yang dikeluarkan sebagai zakat.
2) Waktu Wajib Mengeluarkan Zakat; ketika tanaman atau buah-buahan yang sudah tua
atau masak (layak dimakan), sudah dipetik dan dibersihkan dari tanah dan kulit
pembungkus yang tidak diperlukan, maka saat itu sudah masuk waktu wajib
mengeluarkan zakat. Benda yang digunakan sebagai zakat tidak disyaratkan harus dari
hasil panen tanaman tersebut. Boleh mengeluarkan zakat dengan memakai tanaman atau
makanan lain, dengan ketentuan harus sesuai dengan hasil tanaman atau yang lebih baik.
Sedangkan, standar zakatnya kurma dan anggur adalah menggunakan kurma kering
(tamr) dan anggur kering (zabib). Jika tidak memungkinkan mengeluarkan zakat dalam
bentuk tamr atau zabib, maka boleh berupa kurma basah (ruthob) atau anggur basah
(‘inab).
Perincian Nisab dan Metode Zakat Tanaman dan Buah-
Buahan

1) Nisab dan zakat dari dua atau tiga kali panen dijadikan satu, jika telah
memenuhi syarat sebagai berikut:
 Sejenis
 Dalam masa satu tahun (hijriyah); yaitu jarak masa wajib zakat pertama
dengan berikutnya kurang 12 bulan. Jika masa wajib zakat terjadi dalam
tahun yang berbeda, maka nisabnya dihitung sendiri-sendiri.
Ketentuannya:
 Panen Satu Kali; jika dalam satu tahun hijriyah hanya panen satu kali dan
jumlahnya mencapai nisab, maka wajib dizakati saat itu, tidak boleh
menunggu sampai genap satu tahun. Dan jika tidak mencapai nisab, maka
tidak wajib zakat.
 Panen Lebih Dari Satu Kali; jika dalam satu tahun hijriyah panen lebih dari
satu kali, dan setiap panen jumlahnya mencapai nisab, maka wajib zakat dan
harus dikeluarkan pada masa itu juga (tidak perlu menunggu masa panen
berikutnya).
Perincian Nisab dan Metode Zakat Buah-Buahan

 Orang yang wajib mengeluarkan zakat tanaman dan buah-


buahan (hasil bumi) adalah pemilik tanaman atau buah-buahan.
Baik tanaman atau buah-buahan tersebut ditanam pada tanah
milik sendiri atau milik orang lain yang disewa atau dipinjam
dan atau tanaman dimiliki sejak pembibitan atau dimiliki
sebelum masa wajib zakat.
 Sedangkan, tanaman atau buah-buahan yang jenisnya berbeda
nisabnya dihitung sendiri-sendiri. Satu dengan yang lain tidak
bisa saling menyempurnakan nisab. Padi tidak bisa melengkapi
nisabnya jagung, kurma tidak bisa melengkapi nisabnya anggur
dan begitu seterusnya.
Zakat Tanaman dan Buah-Buahan
Yang Diwaqafkan

 Orang yang wajib membayar zakat adalah pemilik harta


perorangan maupun perseroan (syirkah).
 Jika tanaman atau buah-buahan diwaqafkan pada perseorangan
atau sekelompok orang yang terbatas (waqof khos), maka tetap
wajib dikeluarkan zakatnya.
 Jika tanaman atau buah-buahan diwaqafkan pada badan sosial
atau kelompok orang yang tidak bisa dibatasi (waqof ‘am),
maka tidak wajib zakat. Seperti tanaman atau tumbuhan yang
diwaqofkan pada masjid, orang-orang miskin dan sebagainya.
Zakat Perdagangan (Tijaroh)

Definisi Tijaroh (dagangan) menurut istilah fiqh adalah mentasharufkan


(mengelola/mengolah) harta dengan cara tukar menukar untuk memperoleh laba dan
disertai dengan niat berdagang.

Tijaroh (dagangan) mencakup setiap transaksi (aqad) yang menggunakan sistem


pertukaran dengan maksud mencari keuntungan dengan disertai niat berdagang.

Tijaroh (dagangan) juga mencakup jual beli (barang atau jasa), sewa menyewa (barang
atau jasa), aqad bagi hasil, perseroan atau syirkah, dan setiap transaksi yang didalamnya
terdapat tukar menukar.

Untuk transaksi yang tidak menggunakan sistem pertukaran atau pertukaran yang tidak
disertai niat dagang, maka tidak wajib zakat seperti harta warisan, hibah dll.
Dasar Hukum Zakat Perdagangan (Tijaroh)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, keluarkanlah sebagian hasil usaha yang kalian
peroleh dan sebagian hasil bumi yang Kami keluarkan untuk kalian.” (QS. Al-Baqarah:
267)

Artinya: “Bayarlah zakat kekayaan kalian.” (HR. Tirmidzi)

Artinya: “Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami agar mengeluarkan zakatnya


barang-barang yang kami sediakan untuk jual beli.” (HR. Abu Daud dan Al Hakim)

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: pada unta terdapat zakatnya, pada sapi terdapat
zakatnya, pada kambing terdapat zakatnya dan pada kain (pakaian) terdapat zakatnya.”
(HR Baihaqi)
Syarat Wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)

 Islam
 Merdeka
 Milik Sempurna
 Tukar menukar
 Niat Tijaroh (dagang)
 Tidak Dibekukan (dimanfaatkan sendiri)
 Haul (genap satu tahun hijriyah)
 Mencapai Nisab
 Tidak ditukar kembali dengan alat pembelian pertama (modal)
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)

 Tukar menukar  harta tijaroh dimiliki dengan cara tukar menukar.


Harta benda yang dimiliki dengan “tanpa pertukaran” tidak wajib dizakati, seperti harta
warisan, hibah (pemberian) dsb.

 Niat Tijaroh (dagangan)  motivasi (niat) dari “tukar menukar” yang dilakukan
tersebut adalah laba atau keuntungan.
Niat dilakukan pada proses pertama pertukaran yaitu saat aqad atau saat berada ditempat
aqad, dan untuk setiap aqad selanjutnya tidak disyaratkan harus ada niat.
 Pertukaran yang tidak disertai niat dagang (mencari keuntungan) seperti untuk
dikonsumsi sendiri, digunakan sendiri maka tidak wajib zakat karena tidak termasuk harta
tijaroh (dagangan).

 Tidak dibekukan (dimanfaatkan sendiri)  harta tijaroh jika diniati untuk tidak
diperjualbelikan lagi atau digunakan sendiri, maka tidak lagi termasuk harta tijaroh dan
tidak wajib zakat
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)

 Haul (genap satu tahun hijriyah)  ketentuan permulaan haul atau masa satu
tahun dari harta tijaroh, antara lain:

1) Jika modal (alat penukar pertama) berupa “nuqud” (berupa emas atau perak atau mata
uang emas/dinar, atau mata uang perak/dirham) yang jumlahnya mencapai nisab atau
lebih, maka masa satu tahun (haulnya) terhitung sejak memiliki “nuqud” tersebut,
bukan sejak memulai dagang (memiliki harta dagangan).

Contoh : Ketrin memiliki modal berupa emas 90 gram (nuqud) sejak bulan Muharram,
kemudian bulan Jumadil ‘Ula memulai usaha perdagangan dengan modal tersebut. Maka
haulnya terhitung sejak bulan Muharram, oleh karena itu setiap bulan Muharram wajib
mengeluarkan zakat jika memenuhi persyaratannya.
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)

 Haul (genap satu tahun hijriyah)  ketentuan permulaan haul atau masa satu
tahun dari harta tijaroh, antara lain:

2) Jika modal (alat penukar pertama) bukan berupa “nuqud” (bukan berupa emas atau
perak atau mata uang emas/dinar, atau mata uang perak/dirham) baik mencapai nisab
ataupun tidak atau berupa “nuqud” namun jumlahnya kurang dari nisab, maka masa satu
tahun terhitung sejak memulai tijaroh (berdagang/bisnis) atau memiliki harta dagangan.

Contoh: Jesika memiliki uang Rp. 10.000.000,- sejak bulan Muharram, kemudian bulan
Safar memulai usaha dibidang jual beli jasa atau sewa menyewa dengan menggunakan
modal tersebut.
Maka haulnya (masa satu tahun dari persewaan tersebut) terhitung sejak memulai usahanya
(bulan safar), oleh karena itu setiap bulan Safar wajib mengeluarkan zakat jika memenuhi
persyaratannya.
 Mencapai Nisab  Nisab adalah ukuran (batas) terendah yang ditetapkan agama
untuk menjadi pedoman dalam menentukan kewajiban zakat.
 Ketentuan Nisab dari harta tijaroh menggunakan standar nisabnya alat penukar
(alat pembelian) yang digunakan pertama kali, yaitu:
1. Nisab harta tijaroh disamakan dengan nisab emas  Jika modal (alat penukar
pertama) berupa emas atau mata uang emas/dinar, maka nisab tijarohnya adalah jika
nilainya sama (atau melebihi) nilai emas murni (77,58 gram) dan wajib dikeluarkan
zakatnya 2,5%.

Contoh:
 Saat haul harta tijaroh harga 1 gram emas murni = Rp.100.000,-, maka nisabnya harta
tijaroh saat itu adalah Rp.100.000,- x 77,58 gram = 7.758.000,-. Jika nilai harta tijaroh
mencapai Rp.7.758.000,- atau lebih, maka wajib mengeluarkan zakatnya 2,5%.

 Jaka mempunyai modal berupa emas (murni) 92 gram untuk berdagang/bisnis, saat haul
jika harga 1 gram emas murni=Rp.900.000,- maka nisab harta tijaroh saat itu adalah
Rp.900.000,- x 77,58 gram = Rp. 69. 822.000,-. Jika nilai harta tijaroh Jaka mencapai Rp.
69. 822.000,- atau lebih, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Jika setelah
dihitung ternyata nilai harta tijarohnya tidak mencapai nisab (Rp. 69. 822.000,-) maka
tidak wajib zakat.
2. Nisab harta tijaroh disamakan dengan nisab perak  Jika modal (alat penukar
pertama) berupa perak atau mata uang perak/dirham, maka nisab tijarohnya adalah jika
nilainya sama (atau melebihi) nilai perak murni (543,06 gram) dan wajib dikeluarkan
zakatnya 2,5%.

Contoh:
 Saat haul harta tijaroh harga 1 gram perak murni = Rp.15.000,-, maka nisabnya harta
tijaroh saat itu adalah Rp.15.000,- x 543,06 gram = 8.145.900,-. Jika nilai harta tijaroh
mencapai Rp 8.145.900,- atau lebih, maka wajib mengeluarkan zakatnya 2,5%.
 Karina mempunyai modal berupa perak (murni) 613 gram untuk berdagang/bisnis, saat
haul jika harga 1 gram perak murni=Rp.150.000,- maka nisab harta tijaroh saat itu adalah
Rp.150.000,- x 543,06 gram = Rp. 81. 459.000,-. Jika nilai harta tijaroh Karina mencapai
Rp. 81. 459.000,- maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Jika setelah dihitung
ternyata nilai harta tijarohnya tidak mencapai nisab (Rp. 81. 459.000,-) maka tidak wajib
zakat.
3. Nisab harta tijaroh disamakan dengan nisab emas dan perak  Jika modal (alat
penukar pertama) untuk memiliki harta tijaroh berupa emas dan perak atau mata uang emas
(dinar) dan mata uang perak (dirham) maka nisabnya dibandingkan antara nisab emas dan
nisabnya perak.
a) Jika nisabnya emas sebanding dengan nisabnya perak (77,58 gram sebanding dengan
543,06 gram) maka setengah dari harta tijaroh dihitung dengan standar emas dan
setengahnya lagi dihitung dengan standar perak.
 Jika masing-masing mencapai nisab, maka masing-masing wajib dizakati, demikian pula
sebaliknya. Dan jika sebagian mencapai nisab dan sebagian lagi tidak mencapai nisab,
maka hanya bagian yang mencapai nisab yang wajib dizakati.
b) Jika nisabnya emas tidak sebanding dengan nisabnya perak maka harus dihitung
berapa persen perbedaan tersebut.
Contoh: nilai nisab perak (543,06 gr) separonya nisab emas (77,58 gr), maka 1/3 harta
tijaroh dihitung dengan standar perak dan 2/3 harta tijaroh dihitung dengan standar emas.
 Jika masing-masing mencapai nisab, maka masing-masing wajib dizakati, dan jika
sebagian mencapai nisab dan sebagian lagi tidak mencapai nisab, maka bagian yang
mencapai nisab wajib dizakati dan bagian yang tidak mencapai nisab tidak wajib
dizakati.
 Dan jika masing-masing tidak mencapai nisab maka semuanya tidak wajib dizakati.
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)

Contoh 3.a.1 (nilai modal sebanding antara modal dari emas dan perak dan nilai harta tijaroh
dari kedua jenis modal mencapai nisab)  Mario mempunyai modal berupa emas (murni) 82
gram dan perak 574 gram untuk berdagang/bisnis, jika harga 1 gram emas murni=Rp.900.000,- dan
harga 1 gram perak murni=Rp.128.571,- maka nisab harta tijaroh adalah
Rp.900.000,- x 77,58 gram = Rp. 69. 822.000,- dan
Rp.128.571,- x 543,06 gram = Rp. 69. 821.767,-
(Total nisab sebesar =Rp. 139.643.767,-). Sedangkan modal yang dimiliki yaitu
82 gram x 900.000 = Rp. 73.800.000 (modal emas)
574 gram x 128.571 = Rp. 73.799.754 (modal perak)
maka total modal = Rp. 147.599.754,-
Jika saat haul ternyata setelah dihitung nilai dari harta tijaroh Mario sebesar Rp. 173.000.000,- atau
mencapai nisab (baik nisab dari modal berupa emas dan nisab dari modal yang berupa perak), maka
masing-masing dari modal tersebut wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.
Adapun cara perhitungan zakatnya yaitu:
173.000.000 – 147.599.754= Rp. 25.400.246,- (laba)
73.800.000 x 2,5% = 1.845.000 (zakat dari modal emas) atau 2,05 gram
73.799.754 x 2,5% = 1.844.993 (zakat dari modal perak) atau 14,35 gram
Jadi zakat yang harus dibayarkan yaitu 1.845.000 + 1.844.993 = Rp. 3.689.993,-
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)

Contoh nomor 3.a.2 (jika nilai modal sebanding antara modal dari emas dan perak namun
hanya sebagian yang mencapai nisab)  Mario mempunyai modal berupa emas (murni) 82 gram
untuk berdagang/bisnis sepatu dan perak 574 gram untuk berdagang/bisnis baju, jika harga 1 gram
emas murni=Rp.900.000,- dan harga 1 gram perak murni=Rp. 128.571,-
maka nisab harta tijaroh adalah
Rp.900.000,- x 77,58 gram = Rp. 69. 822.000,- dan
Rp.128.571,- x 543,06 gram = Rp. 69. 821.767,-.
(total nisab sebesar Rp. 139.643.767,-). Sedangkan modal yang dimiliki yaitu
82 gram x 900.000 = Rp. 73.800.000 (modal emas)
574 gram x 128.571 = Rp. 73.799.754 (modal perak)
maka total modal = Rp. 147.599.754,-
 Jika saat haul ternyata setelah dihitung nilai dari harta tijaroh Mario sebesar Rp. 130.530.765,-
(merugi) atau hanya sebagian yang mencapai nisab (hanya nisab dari modal berupa emas/bisnis
sepatu), maka yang wajib dizakati adalah modal yang berupa emas tersebut sebesar 2,5%. Karena hasil
penjualan baju tidak mencapai nisab dari modal perak,
Maka hitungan zakatnya yaitu
130.530.765 – 147.599.754 = -17.068.989 (selisih modal/kerugian)
73.800.000 x 2,5% = 1.845.000 (zakat dari modal emas) atau 2,05 gram
Jadi zakat yang harus dibayarkan yaitu Rp. 1.845.000,- atau 2,05 gram
 Jika saat haul ternyata setelah dihitung nilai dari harta tijaroh Mario sebesar Rp. 58.000.000,- atau
tidak mencapai nisab dari kedua jenis modal tersebut (merugi), maka tidak wajib zakat.
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)

Contoh nomor 3.b.1 (nilai modal tidak sebanding antara modal dari emas dan perak dan nilai harta tijaroh
dari kedua jenis modal tersebut mencapai nisab)  Mario mempunyai modal berupa emas (murni) 82 gram untuk
berdagang/bisnis sepatu dan perak 574 gram untuk berdagang/bisnis baju, jika harga 1 gram emas murni=Rp.900.000,-
dan harga 1 gram perak murni=Rp. 150.000,-
maka nisab harta tijaroh adalah
Rp.900.000,- x 77,58 gram = Rp. 69. 822.000,- dan
Rp.150.000,- x 543,06 gram = Rp. 81.459.000,-.
(total nisab sebesar Rp. 151.281.000,-). Sedangkan modal yang dimiliki yaitu
82 gram x 900.000 = Rp. 73.800.000 (modal emas)
574 gram x 150.000 = Rp. 86.100.000 (modal perak)
maka total modal = Rp. 159.900.000,-
 Jika saat haul ternyata setelah dihitung nilai dari harta tijaroh Mario sebesar Rp. 278.000.000,- (memperoleh
keuntungan) dan dikarenakan terdapat perbedaan sekitar 85% (antara modal emas dan perak 73.800.000 :
86.100.000 = 85%), maka harta tijaroh dihitung berdasarkan prosentase perbedaan tersebut dengan menggunakan
(rumus) yaitu 1/3 standar perak dan 2/3 harta tijaroh dihitung dengan standar emas sebagai berikut:
Rp. 278.000.000 x 1/3 = Rp. 92.666.666 (standar perak)
Rp. 278.000.000 x 2/3 = Rp.185.333.333 (standar emas)
Karena berdasarkan hasil perhitungan dengan standar emas dan perak, maka cara menghitung zakatnya
yaitu:
Rp. 278.000.000 – 159.900.000 = 118.100.000 (laba)
Rp. 92.666.666 x 2,5% = 2.316.666 atau 14,35 gram
Rp. 185.333.333 x 2,5% = 4.633.333 atau 2,05 gram
Rp. 118.100.000 x 2,5% = 2.952.500
Jadi total zakatnya adalah = Rp. 9.902.499,-
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)

Contoh nomor 3.b.2 (nilai modal tidak sebanding antara modal dari emas dan perak namun nilai harta tijaroh
dari kedua jenis modal tersebut hanya sebagian yang mencapai nisab) 
Mario mempunyai modal berupa emas (murni) 82 gram untuk berdagang/bisnis sepatu dan perak 574 gram untuk
berdagang/bisnis baju, jika harga 1 gram emas murni=Rp.900.000,- dan harga 1 gram perak murni=Rp. 150.000,-
maka nisab harta tijaroh adalah
Rp.900.000,- x 77,58 gram = Rp. 69. 822.000,- dan
Rp.150.000,- x 543,06 gram = Rp. 81.459.000,-.
Total nisab sebesar = Rp. 151.281.000,-. Sedangkan modal yang dimiliki yaitu
82 gram x 900.000 = Rp. 73.800.000 (modal emas)
574 gram x 150.000 = Rp. 86.100.000 (modal perak)
maka total modal = Rp. 159.900.000,-
 Jika saat haul ternyata setelah dihitung nilai dari harta tijaroh Mario sebesar Rp. 143.754.321,- (memperoleh
kerugian) dan dikarenakan terdapat perbedaan sekitar 85% (antara modal emas dan perak 73.800.000 :
86.100.000 = 85%), maka harta tijaroh dihitung berdasarkan prosentase perbedaan tersebut dengan menggunakan
(rumus) yaitu 1/3 standar perak dan 2/3 harta tijaroh dihitung dengan standar emas sebagai berikut:
Rp. 143.754.321 x 1/3 = Rp. 47.918.107 (standar perak)
Rp. 143.754.321 x 2/3 = Rp. 95.836.214 (standar emas)
Karena berdasarkan hasil perhitungan dengan standar emas dan perak hanya modal emas yang mencapai
nisob, maka cara menghitung zakatnya yaitu:
Rp. 143.754.321 – 159.900.000 = -16.145.679 (selisih modal/kerugian)
Rp. 95.836.214 x 2,5% =Rp. 2.395.905,- atau 2,05 gram
Jadi total zakatnya adalah = Rp. 2.395.905,-
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)

4. Nisab harta tijaroh disamakan dengan nisab emas atau perak yang lebih dominan
 Jika modal (alat penukar pertama) untuk memiliki harta tijaroh berupa selain nuqud
(selain emas dan perak atau mata uang emas (dinar) dan mata uang perak (dirham) seperti
mata uang rupiah, rumah dsb, maka nisabnya disamakan dengan salah satu nilai nisabnya
emas atau perak yang lebih dominan didaerah (negara) tersebut. Namun, ulama lebih
cenderung menggunakan standar emas untuk ukuran nisab harta tijaroh.

Adapun cara menentukan kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah:


(Nilai seluruh harta tijaroh dibagi 40 atau dikalikan 2,5%) hasilnya adalah zakat
yang wajib dikeluarkan.
Penjelasan Syarat wajib Zakat Perdagangan (Tijaroh)

Contoh 4 (Nisab harta tijaroh disamakan dengan nisab emas atau perak tergantung mana yang
lebih dominan didaerah muzakki, jika modalnya bukan emas atau perak seperti uang, tanah,
rumah dll) 
Lola mempunyai modal berupa uang tunai Rp. 76.000.000,- sedangkan jika harga 1 gram emas
murni=Rp.900.000,- dan harga 1 gram perak murni=Rp. 150.000,-
maka nisab harta tijaroh dengan standar emas dan dengan standar perak adalah
Rp.900.000,- x 77,58 gram = Rp. 69. 822.000,-
Rp.150.000,- x 543,06 gram = Rp. 81.459.000,-
Dalam hal ini mayoritas ulama cenderung (dominan) menggunakan emas sebagai standar nisab untuk
modal selain emas atau perak baik berupa uang, atau aset lainnya.
 Jika saat haul ternyata setelah dihitung nilai dari harta tijaroh Mario sebesar Rp. 143.754.321,-
(memperoleh keuntungan), maka Rp. 143.754.321 - Rp. 69. 822.000 = Rp. 73.932.321,- (laba)
Maka zakatnya adalah Rp. 143.754.321 x 2,5% = Rp. 3.593.858,- (zakat dari harta tijaroh)
dan Rp.1.848.308,- (zakat dari laba) karena keduanya mencapai nisob. Jika modal yang berupa
modal uang atau aset tersebut tidak mencapai nisab Emas atau Perak (dalam hal ini yang
dominan memakai emas), maka tidak wajib zakat.
MENGHITUNG HARTA TIJAROH

Cara menentukan harga (nilai) dari harta tijaroh saat haul adalah dengan memakai
harga kontan secara borongan (grosir) yaitu dikira-kira antara harga beli dan harga
jual secara eceran.

Contoh: pada saat haul sisa pakaian yang belum terjual 500 potong, setiap potong dibeli
dengan harga Rp. 20.000,- dan biasanya dijual secara eceran dengan harga Rp. 30.000,-
setiap potong. Cara menentukan harga dari 500 potong pakaian tersebut adalah dikira-kira,
seandainya 500 potong pakaian dibeli semuanya (borongan) dengan tunai, penjual dan
pembeli saling rela pada harga berapa, tentunya tidak sepakat pada nilai Rp. 20.000 atau
Rp. 30.000.
Seandainya sepakat pada harga Rp. 25.000 maka setiap potong pakaian dihargai dengan
nilai Rp, 25.000 (jadi 25.000 x 500 =12.500.000), dan seandainya sepakat pada harga
23.000, maka setiap potong pakaian dihargai dengan nilai Rp. 23.000 (jadi 23.000 x 500 =
11.500.000) dan seterusnya.
MENGHITUNG HARTA TIJAROH

 Sedangkan harta tijaroh yang telah dihargai secara pasti


(dinota), maka nilainya disesuaikan dengan harga yang telah
ditentukan tersebut, kecuali jika harta tijaroh yang ada
dipasaran ditarik kembali terlebih dahulu sebelum haul.
Contoh: seseorang memiliki kain sarung yang belum terjual 1000
potong. Setiap potong dibeli dengan harga Rp. 50.000 dan diecerkan
dengan harga Rp. 75.000. Pada saat haul 500 potong sudah berada
dipasaran, dan 500 potong berada digudang (toko sendiri). Maka
harga 500 potong kain sarung yang berada dipasaran Rp. 75.000.
setiap potong (sesuai nota) dan harga 500 potong kain sarung yang
berada di toko sendiri adalah dikira-kira antara harga jual dan harga
beli.
HAL-HAL YANG IKUT DIHITUNG SAAT HAUL
HARTA TIJAROH

1) Harta dagangan; semua harta dagangan atau barang yang diperjualbelikan saat haul
harus dihitung, sedangkan untuk jasa atau profesi (manfaat) yang dihitung hanya hasil
(keuntungan) yang masih tersisa saat genap satu tahun. Sedangkan barang yang menjadi
sarana jual beli jasa tidak ikut dihitung.
2) Keuntungan (laba); laba yang dihasilkan dari tijaroh, perhitungan dan haulnya
disamakan dengan harta tijaroh pertama (modal) kecuali apabila laba tersebut diwujudkan
emas atau perak (yang menjadi modal awal) dan jumlahnya mencapai nisab. Jika laba
sudah diwujudkan emas atau perak dan jumlahnya mencapai nisab, maka haulnya dihitung
sendiri yaitu sejak diwujudkan emas atau perak.
3) Harta yang dipinjam (dihutang); harta dagangan atau labanya yang dipinjam orang
lain, apabila sudah jatuh tempo dan peminjam dalam kondisi mampu untuk membayar,
maka diikutkan dalam perhitungan nisab. Jika jumlahnya mencapai nisab maka wajib
dizakati semuanya.
HAL-HAL YANG IKUT DIHITUNG SAAT HAUL HARTA TIJAROH

Jika hutang belum jatuh tempo, atau peminjam dalam kondisi belum mampu membayar
hutang, maka saat haul hutang tidak wajib dizakati saat itu.
Jika harta yang lain mencapai nisab dan hutang sudah dikembalikan, maka wajib
dikeluarkan zakatnya secara tersendiri (jika memenuhi syarat wajibnya zakat)
Contoh: Iwan pada bulan Muharram membuka usaha perdagangan. Dipertengahan tahun
sebagian harta dagangan atau labanya senilai Rp. 5.000.000 dipinjam oleh Jarwo. Nilai
harta dagangan saat haul yaitu Rp. 50.000.000. Jika saat haul, hutang sudah jatuh tempo
dan peminjam (Jarwo) dalam kondisi mampu melunasi hutang ke Iwan, maka metode
penghitungan zakatnya yaitu:
Nilai harta tijaroh = Rp. 50.000.000
Nilai hutang = Rp. 5.000.000
Jumlah = Rp. 55.000.000
Maka zakatnya  55.000.000 x 2,5% = Rp. 1.375.000,-
Jika saat haul, hutang belum jatuh tempo atau peminjam (Jarwo) belum mampu
melunasi hutang, maka metode zakatnya yaitu:
Zakat bulan Muharram = 50.000.000 x 2,5% = 1.250.000,-
Benda-Benda Produktif Yang Dibeli Dengan Harta
Dagangan

Barang atau benda yang dibeli dengan memakai harta tijaroh ada dua, yaitu
bersifat produktif dan bersifat konsumtif.
Jika benda yang dibeli dengan harta tijaroh bersifat produktif (berkembang),
misalnya digunakan modal untuk usaha baru maka diikutkan dalam perhitungan
nisab dan zakat
 Jika benda yang dibeli dengan harta tijaroh bersifat konsumtif, misalnya
digunakan untuk keperluan sehari-hari, melengkapi kebutuhan hidup, maka tidak
dihitung dalam nisab dan tidak wajib dizakati.
PENGARUH HUTANG PADA ZAKAT TIJAROH

 Ada dua pendapat tentang 2)Hutang dapat mempengaruhi


nisab dan kadar zakat yang
pengaruh hutang pada dikeluarkan.
zakat tijaroh, antara lain:
 Jika saat haul jumlah harta
1)Hutang yang ditanggung tijaroh mencapai nisab, maka
wajib mengeluarkan zakatnya
pemilik harta pada saat
sebesar 2,5%. Walaupun nilai
haul tidak mempengaruhi harta tijaroh jika dikurangi
nisab dan prosentase zakat hutang yang ditanggung
tijaroh yang harus pemilik, nilai harta tijaroh yang
dikeluarkan. tersisa tidak mencapai nisab.
PENGARUH HUTANG PADA ZAKAT TIJAROH

Contoh: Dengan memakai modal pinjaman (hutang) seseorang membuka usaha


perdagangan, setelah satu tahun nilai harta tijaroh sebesar Rp. 15.000.000,- , laba sebesar
Rp. 10.000.000,- , hutang sebesar Rp. 20.000.000,-. Pada saat haul, jika harga 1 gram emas
murni = Rp. 100.000,- (maka nisabnya => 100.000 x 77,58 = Rp.7.758.000)
Jika saat haul hutang belum dilunasi, maka perhitungannya yaitu: 15.000.000 +
10.000.000 = 25.000.000, maka zakat tijarohnya adalah
25.000.000 x 2,5% = 625.000
Jika sebelum haul hutang sudah dilunasi, maka perhitungannya yaitu: 15.000.000 +
10.000.000 = 25.000.000 --------------
25.000.000 – 20.000.000= 5.000.000, karena nilai harta tijaroh tidak mencapai nisab, maka
tidak wajib zakat.
USAHA BARU DARI MODAL HARTA TIJAROH

H A RTA T I J A R O H H A RTA P R I B A D I

 Jika modal yang digunakan  Jika modal yang


untuk membuka usaha baru
digunakan untuk
berasal dari harta tijaroh
(laba), maka apapun bentuk membuka usaha yang
usaha baru tersebut nilainya baru berasal dari harta
diikutkan dalam perhitungan pribadi (simpanan), tidak
nisabnya harta tijaroh. Dan jika dari harta tijaroh, maka
sudah memenuhi syaratnya
maka wajib dizakati. Baik
usaha baru tersebut tidak
usaha baru itu disertai niat masuk dalam hitungan
tijaroh ataupun tidak, terdapat nisab, haul dan zakatnya
tukar menukar ataupun tidak tijaroh sudah dilakukan.
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA TIJAROH

HARTA TIJAROH
A. Jika komoditas usaha baru berupa barang yang secara dzatiah wajib
zakat, seperti peternakan kambing, sapi, unta, atau perkebunan kurma,
anggur dll, maka metode zakatnya adalah sebagai berikut:
Jika masing-masing dari usaha baru dan tijaroh (usaha awal) mencapai nisab,
dan waktu zakatnya bersamaan atau waktu zakatnya usaha baru lebih dulu, maka
usaha baru zakatnya dikeluarkan sendiri dengan standar zakat dzatiahnya barang
itu sendiri (peternakan, pertanian, atau perkebunan).
Jika usaha baru tidak mencapai nisab (atau tidak memenuhi syarat), maka nilai
(harga) dari usaha baru dijadikan satu dengan nilai tijaroh yang pertama,
kemudian dizakati secara bersamaan dengan zakat tijaroh.
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA TIJAROH

Contoh usaha baru peternakan kambing yang modalnya dari harta tijaroh/laba dari
usaha awal:
Zayan adalah seorang pedagang Gamis (usaha awal) menggunakan keuntungan dari
usahanya untuk membeli 30 ekor kambing dan membuat usaha peternakan (usaha baru).
Setelah genap satu tahun, hasil dari usaha awal dan usaha baru adalah sebagai berikut:
Nilai harta tijaroh (usaha awal) = Rp. 50.000.000
Usaha baru = 30 ekor kambing
Zakatnya adalah:
Tijaroh => 50.000.000 x 2,5% = Rp. 1.250.000
Peternakan=> 40 ekor kambing= 1 ekor kambing
Dengan demikian, jumlah zakatnya adalah uang Rp.1.250.000,- dan 1 ekor kambing.
Jika jumlah kambing dalam usaha baru tersebut hanya 20 ekor (atau kurang dari nisab),
maka perhitungan zakatnya yaitu:
Nilai usaha awal (harta tijaroh) = Rp. 50.000.000
Nilai usaha baru (20 ekor kambing) x @Rp. 250.000 = Rp. 5.000.000
maka zakatnya yaitu 55.000.000 x 2,5 = Rp. 1.3750.000,-
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA TIJAROH

Contoh usaha baru perkebunan yang modalnya dari harta tijaroh/laba dari usaha
awal:
Zayan adalah seorang pedagang Kerudung (usaha awal) menggunakan keuntungan dari
usahanya untuk membeli 500 batang pohon kurma untuk membuat usaha perkebunan
(usaha baru). Setelah genap satu tahun, hasil dari usaha awal dan usaha baru adalah
sebagai berikut:
Nilai harta tijaroh (usaha awal) = Rp. 30.000.000
Nilai pohon kurma ([usaha baru)= Rp. 10.000.000
Hasil panen kurma (usaha baru)= 2.000 kg
Zakatnya adalah:
Tijaroh => 40.000.000 x 2,5% = Rp. 1.000.000,-
Perkebunan =>
Jika tanpa biaya perawatan  2000 x 10% = 100 kg kurma
Jika dengan biaya perawatan  2000 x 5% = 50 kg kurma
Jika sebagian memerlukan biaya  2000 x 7,5% = 75 kg kurma
Dengan demikian, jumlah zakatnya adalah
Rp.1.000.000,- dan 100 kg kurma, atau
Rp.1.000.000,- dan 50 kg kurma, atau
Rp.1.000.000,- dan 75kg kurma.
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA TIJAROH

Contoh usaha baru perkebunan yang modalnya dari harta tijaroh/laba dari usaha
awal:
Seandainya jumlah hasil panen kurma 500 kg (kurang dari nisab) maka zakatnya:
Nilai harta tijaroh (usaha awal) = Rp. 30.000.000
Nilai 500 batang pohon kurma (usaha baru) = Rp. 10.000.000
Nilai 500 kg kurma x @ Rp. 5.000,- = Rp. 2.500.000
Maka perhitungan zakatnya yaitu 42.500.000 x 2,5%= Rp. 1.062.500,-
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA TIJAROH

B. Jika komoditas usaha baru berupa barang yang secara dzatiah tidak wajib zakat,
seperti peternakan ayam atau perkebunan mangga, apel, durian dsb, maka nilai
usaha awal dan usaha baru dijadikan satu. Jika jumlahnya mencapai nisab dan
sudah memenuhi syarat-syaratnya, maka wajib dizakati dengan metode zakat
tijaroh.

Contoh usaha baru peternakan ayam yang modalnya dari harta tijaroh/laba dari
usaha awal:
Seseorang pedagang batik (usaha awal) menggunakan laba dari usahanya untuk membeli
5.000 ekor ayam untuk membuat usaha peternakan ayam (usaha baru). Setelah genap satu
tahun, hasil dari usaha awal (batik) dan usaha baru (ayam) adalah sebagai berikut:
Nilai harta tijaroh (usaha awal) = Rp. 25.000.000
Nilai hasil usaha baru = Rp. 24.000.000
Maka zakatnya =49.000.000 x 2,5% = Rp. 1.225.000
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA TIJAROH

Contoh usaha baru perkebunan apel yang modalnya dari harta tijaroh/laba
dari usaha awal:
Zayan adalah seorang pedagang batik (usaha awal) menggunakan keuntungan
dari usahanya untuk membeli 500 batang pohon apel untuk membuat usaha
perkebunan (usaha baru). Setelah genap satu tahun, hasil dari usaha awal dan
usaha baru adalah sebagai berikut:
Nilai harta tijaroh (usaha awal) = Rp. 30.000.000
Usaha baru (nilai pohon apel) = Rp. 10.000.000
Hasil panen apel (usaha baru) = Rp. 10.000.000
Zakatnya adalah: 50.000.000 x 2,5% = Rp. 1.250.000,-
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA PRIBADI

HARTA PRIBADI (SELAIN TIJAROH)


Jika modal yang digunakan untuk membuka usaha yang baru berasal dari harta
pribadi (simpanan) atau bukan dari harta tijaroh, maka usaha baru tersebut tidak
masuk dalam hitungan nisab, haul dan zakatnya tijaroh yang sudah dilakukan.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika usaha baru berbentuk perdagangan, memenuhi syarat tijaroh, dan
komoditas usaha baru secara dzatiah tidak wajib zakat, maka wajib zakatnya
sesuai ketentuan zakat tijaroh. Namun haul, nisab dan zakatnya tidak
dijadikan satu dengan usaha yang pertama.
2) Jika usaha baru berupa peternakan atau perkebunan (selain perdagangan),
dan komoditas usaha baru secara dzatiah wajib dizakati, maka jika memenuhi
syarat wajibnya zakat peternakan atau perkebunan, maka wajib dizakati
dengan metode zakatnya ternak atau perkebunan.
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA PRIBADI

HARTA PRIBADI (SELAIN TIJAROH)


 contoh 1: Sandra adalah seorang pedagang batik (usaha awal) dan ingin membuka
usaha baru yaitu berdagang sarung dengan menggunakan modal pribadi (simpanan).

Setelah genap satu tahun, hasil dari berdagang batik dan nilai tijaroh sarung (usaha baru)
tersebut adalah sebagai berikut:
Nilai tijaroh batik (usaha awal) = 70.000.000
Nilai tijaroh sarung (usaha baru) = 40.000.000,
maka hitungan zakatnya yaitu:
70.000.000 x 2,5% =1.250.000 (usaha awal/batik)
40.000.000 x 2,5% = 1.000.000 (usaha baru/sarung)
Jadi perhitungan zakatnya dipisah antara zakat usaha awal dan usaha baru
METODE ZAKAT USAHA BARU YANG MEMAKAI
MODAL DARI HARTA PRIBADI

HARTA PRIBADI (SELAIN TIJAROH)


 contoh 2: Sandra adalah seorang pedagang batik (usaha awal) dan ingin membeli kebun sekaligus
tanaman 500 batang pohon kurma yang ada diatasnya dengan menggunakan modal pribadi (simpanan).
Jika harga 1 gram emas = 900.000, maka nisabnya yaitu
900.000 x 77,58 gram = 69. 822.000.
Setelah genap satu tahun, hasil dari berdagang batik tersebut dan nilai tijaroh kurma (usaha baru)
tersebut adalah sebagai berikut:
Nilai tijaroh batik (usaha awal) = 70.000.000
Nilai kebun & 500 batang pohon kurma = 40.000.000
Hasil sekali panen kurma = 15.000.000
maka zakatnya adalah:
70.000.000 x 2,5% =1.250.000
Adapun nilai usaha baru (40.000.000 + 15.000.000=55.000.000) tidak digabungkan dengan nilai
usaha awal (baik dalam nisab dan prosentase zakat tijarohnya) dan tidak wajib zakat karena
tidak memenuhi persyaratan dan nisab.
Jika nilai kebun, 500 batang pohon kurma, dan buah kurmanya mencapai nisab, maka
dikenakan zakatnya secara terpisah dari zakat usaha awal (batik)
Zakat Perdagangan Jasa dan Manfaat

Komoditas perdagangan (harta dagangan) jika sudah memenuhi syarat-syaratnya maka


wajib dizakati. Zakat tijaroh dibagi menjadi dua jenis, antara lain:

1. Materi (benda) yaitu aqad tijaroh yang mempertukarkan benda atau materi, langsung
atau tidak langsung, kontan maupun hutang, baik berupa makanan, mainan, perhiasan,
kendaraan, dan lain-lain. Tijaroh yang menggunakan benda atau materi, saat haul seluruh
harta tijaroh dihitung dalam nisab. Sedangkan alat yang menjadi sarana perdagangan
tersebut (etalase tempat dagang, mobil pengangkut dll) tidak diikutkan dalam perhitungan
nisab

2. Non Materi (Jasa-manfaat) yaitu aqad tijaroh yang mempertukarkan jasa, profesi atau manfaatnya
suatu barang. Misalnya, menyewakan kendaraan berarti menjual jasa atau manfaatnya kendaraan,
bukan menjual kendaraannya. Menyewakan tenaga berarti menjual jasa atau keahlian (profesi)
seseorang. Bagi orang yang menjual jasa atau manfaat, jika ada unsur tijaroh (mempertimbangkan
untung rugi) maka apabila saat haul mencapai nisab maka wajib dizakati kecuali barang yang menjadi
sarana jual belinya itu tidak wajib dizakati
ZAKAT PERHOTELAN

Contoh :
Nasir adalah seorang pengusaha perhotelan (jual beli manfaat hotel), saat haul hasil dari
usaha perhotelannya adalah sebagai berikut:
Pendapatan selama satu tahun = Rp. 175.000.000
Pengeluaran selama satu tahun= Rp. 45.000.000
Saldo saat haul = Rp. 130.000.000
Jika saat haul, harga 1 gram emas yaitu 900.000 maka nisab tijarohnya adalah 77,58 x
900.000 = 69.822.000. Adapun zakat perhotelannya adalah 130.000.000 x 2,5% =
3.250.000
ZAKAT USAHA TRANSPORTASI

Contoh :
Nasir adalah seorang pengusaha bidang angkutan/transportasi (jual beli manfaat angkutan),
saat haul hasil dari usaha angkutannya adalah sebagai berikut:
Pendapatan selama satu tahun = Rp. 195.754.321
Pengeluaran selama satu tahun= Rp. 45.334.665
Saldo saat haul = Rp. 150.419.656
Jika saat haul, harga 1 gram emas yaitu 900.000 maka nisab tijarohnya adalah 77,58 x
900.000 = 69.822.000. Adapun zakat perhotelannya adalah 150.419.656 x 2,5% =
3.760.491
ZAKAT KONTRAKTOR

Contoh :
Nasir adalah seorang kontraktor perumahan (jual beli jasa dan material), saat haul hasil
dari usaha perumahannya adalah sebagai berikut:
Pendapatan selama satu tahun = Rp. 995.754.321
Pengeluaran selama satu tahun= Rp. 345.334.665
Saldo saat haul = Rp. 650.419.656
Jika saat haul, harga 1 gram emas yaitu 900.000 maka nisab tijarohnya adalah 77,58 x
900.000 = 69.822.000. Adapun zakat perhotelannya adalah 650.419.656 x 2,5% =
16.260.491
ZAKAT USAHA SABLON ATAU PERCETAKAN

Contoh :
Nasir adalah seorang pengusaha bidang cetak dan sablon (jual beli jasa dan kertas/kaos),
saat haul hasil dari usaha percetakannya adalah sebagai berikut:
Pendapatan selama satu tahun = Rp. 65.754.321
Pengeluaran selama satu tahun= Rp. 34.334.665
Saldo saat haul = Rp. 31.419.656
Jika saat haul, harga 1 gram emas yaitu 900.000 maka nisab tijarohnya adalah 77,58 x
900.000 = 69.822.000. Adapun zakat perhotelannya adalah 31.419.656 x 2,5% =
785.491
ZAKAT BINATANG TERNAK

Dosen pengampu:
Samsul anwar, s.hi., m.m.

I N S T I T U T A G A M A I S L A M C I PA S U N G
2022
JENIS BINATANG TERNAK

S E C A R A D Z AT I A H WA J I B S E C A R A D Z AT I A H T I D A K
Z A K AT WA J I B Z A K AT

 Unta  Kuda
 Sapi  Ayam
 Ikan
 Kambing
 Peranakan silang dari
 Peranakan dari ketiga binatang yang secara dzatiah
jenis binatang diatas, wajib zakat (unta, sapi,
misalkan: peranakan kambing) dengan binatang
unta dengan sapi atau yang secara dzatiah tidak
wajib zakat, misalkan:
peranakan sapi dengan
peranakan kuda dengan sapi.
kambing.
SYARAT WAJIB ZAKAT TERNAK

 Islam
 Merdeka
 Milik sempurna
 Mencapai nisab
 Haul (genap satu tahun hijriyah); hikmahnya agar
harta tersebut dapat berkembang terlebih dahulu.
 Saum (digembalakan)
 Tidak dipekerjakan
SYARAT WAJIB ZAKAT TERNAK

Note:
 Haul atau masa satu tahun hijriyah dihitung sejak jumlah
binatang mencapai nisabnya, tidak dihitung dari saat
pertama memiliki ternak yang tidak mencapai nisab. Selain
itu, selama masa satu tahun jumlah ternak tidak pernah
kurang dari nisabnya.
 Apabila dalam masa satu tahun jumlah ternak pernah
kurang dari nisab, maka masa satu tahun yang terhitung
dari waktu sebelumnya menjadi batal (rusak), dan masa satu
tahun dihitung kembali jika jumlah ternak telah mencapai
nisab lagi.
SYARAT WAJIB ZAKAT TERNAK

Contoh :

Pada Bulan Muharram, Umar memiliki (membeli) kambing 30


ekor kemudian bulan Safar membeli lagi 10 ekor. Pada bulan Rajab
15 ekor dijual, kemudian bulan Syawal membeli lagi kambing 20
ekor.

Keterangan:
Masa satu tahun (haul) terhitung sejak bulan Safar, kemudian haul
yang terhitung dari bulan Safar batal (rusak) dibulan Rajab. Dan
haul dihitung lagi dari bulan Syawal. Jika sampai bulan Syawal
tahun berikutnya jumlah ternak tidak pernah berkurang dari nisab,
maka zakat wajib dikeluarkan pada bulan Syawal.
SYARAT WAJIB ZAKAT TERNAK

Note:
Dalam masa satu tahun ternak diberi makan dengan cara
digembalakan di ladang rumput yang mubah (atau
dibolehkan). Pada rumput yang mubah adalah lahan kosong
yang tidak bertuan dan belum pernah difungsikan.
Sedangkan padang rumput yang dibolehkan adalah lahan
yang diberi izin oleh pemiliknya untuk diambil rumputnya,
seperti lahan yang disediakan untuk menggembala.
 Jika binatang ternak tidak digembalakan (makanan
ternak tersebut hasil dari pembelian, maka tidak wajib zakat
atas binatang ternak tersebut.
SYARAT WAJIB ZAKAT TERNAK

Note:
Jika makanan ternak tersebut sebagian dari pembelian dan
sebagian lagi dari penggembalaan di padang rumput yang
mubah, maka hukum (zakat) nya sebagai berikut:
1) Jika makanan ternak yang berasal dari pembelian hanya
sebagian kecil (diperkirakan tanpa adanya makanan tersebut
pun binatang ternaknya masih bisa hidup dan tanpa adanya
bahaya) maka tetap wajib dizakati. Demikian juga binatang
ternak yang sebagian kecil makanannya berasal dari
pembelian yang tidak disertai niat tidak digembalakan lagi
(tidak wajib zakat).
SYARAT WAJIB ZAKAT TERNAK

Note:
2) Jika sebagian besar makanan ternak berasal dari
pembelian, atau hanya sebagian kecil namun diperkirakan
tanpa adanya makanan hasil pembelian binatang ternak
akan mati atau setidaknya timbul bahaya yang nyata, maka
tidak wajib zakat.
 Jika binatang ternak digunakan sebagai alat bekerja,
misalnya untuk membajak sawah atau sebagai sarana
angkutan maka tidak wajib zakat. Sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW: “Tidak (wajib) zakat pada sapi yang
digunakan untuk bekerja.” (HR. Abu Dawud dan
Daruquthni)
SYARAT BINATANG YANG
DIGUNAKAN ZAKAT
B I N ATA N G T I D A K
B I N ATA N G S E J E N I S SEJENIS

 Binatang yang digunakan untuk  Binatang yang digunakan


zakat adakalanya sejenis dengan untuk zakat adakalanya tidak
ternak yang dipelihara seperti sejenis dengan ternak yang
sapi yang digunakan untuk dipelihara seperti kambing
zakatnya sapi.
yang digunakan untuk
 Binatang yang digunakan zakat zakatnya unta.
tidak disyaratkan harus baik
(sempurna) secara mutlak  Binatang yang digunakan
bahkan standar minimal (sahnya) zakat harus baik, sehat, tidak
binatang yang digunakan zakat cacat walaupun ternak yang
adalah sama dengan kebanyakan dipelihara tersebut tidak baik
ternak yang dipelihara. (kurus), tidak sehat atau cacat.
STANDAR MINIMAL SAHNYA BINATANG
TERNAK DIGUNAKAN UNTUK ZAKAT

1)Apabila semua ternak baik, maka binatang yang


digunakan zakat harus baik.
2)Jika sebagian baik, maka binatang yang digunakan
zakat harus yang baik. Contoh: seseorang
mempunyai 40 ekor kambing, yang 30 kambingnya
besar/induk, dan yang 10 nya adalah anak kambing.
Jika 40 kambing sudah haul maka zakatnya 1 ekor
kambing (besar/induk) bukan anak kambing.
STANDAR MINIMAL SAHNYA BINATANG
TERNAK DIGUNAKAN UNTUK ZAKAT

3)Apabila sebagian ternak baik dan sebagian lainnya tidak


baik, maka binatang yang digunakan zakat harus
kamilah (tidak cacat) dengan mempertimbangkan
harganya binatang yang sehat dan tidak sehat.
Contoh :
Harga 1 ekor kambing yang baik = Rp. 1.000.000,-
Harga 1 ekor kambing yang kurang baik = Rp. 500.000,-
Zakatnya = binatang kambing yang harganya = Rp.
750.000,-
STANDAR MINIMAL SAHNYA BINATANG
TERNAK DIGUNAKAN UNTUK ZAKAT

4)Apabila semua ternak tidak baik, maka binatang yang


digunakan zakat tidak harus baik. Diperbolehkan
mengeluarkan zakat dengan menggunakan binatang yang
kurus dari ternak yang semuanya kurus, walaupun yang
lebih baik dengan menggunakan binatang yang tidak
kurus. Cara mengeluarkan zakatnya ternak yang tidak
dalam satu daerah (ada di beberapa daerah) itu sama
dengan ternak yang berada dalam satu daerah.
Contoh :
 Di satu daerah seseorang memiliki kambing 80 ekor maka
zakatnya 1 ekor kambing dan dikeluarkan di daerah
tersebut.
STANDAR MINIMAL SAHNYA BINATANG
TERNAK DIGUNAKAN UNTUK ZAKAT
Contoh :
 Seseorang memiliki kambing 80 ekor, berada di dua tempat. 40 ekor di
daerah A dan 40 ekor di daerah B, maka zakatnya tetap 1 ekor
kambing. Menurut pendapat yang kuat, zakat boleh dikeluarkan di
salah satu daerah yang digunakan untuk beternak.
5) Jika seseorang mengeluarkan zakat dengan memakai ternak yang
jenisnya lebih rendah dari ternak yang dimiliki, atau menggunakan
binatang yang kecil sebagai zakatnya binatang ternak yang besar,
maka harus membandingkan harga dari kedua jenis binatang
tersebut.
Contoh: seseorang mempunyai 40 ekor kambing, 30 ekor jenis domba
dan 10 ekor jenis kambing kacang. Harga 1 ekor domba Rp. 200.000,-,
harga 1 ekor kambing kacang Rp. 100.000,-. Maka zakat yang harus
dibayarkan adalah 1 ekor kambing jenis domba atau 1 ekor kambing
kacang dengan nilai Rp. 125.000,-
HAUL ANAK BINATANG TERNAK
 Haul binatang ternak itu terhitung sejak jumlah ternak mencapai
nisab, tidak dihitung dari waktu pertama memiliki ternak yang
jumlahnya kurang dari nisab.
 Jika dalam masa satu tahun jumlah ternak bertambah, baik dengan
cara membeli atau sebab beranak maka haul dari binatang
tambahan tersebut antara lain:

1) Jika jumlah ternak saat pertama dimiliki kurang dari nisab,


kemudian membeli atau beranak sehingga jumlahnya mencapai
nisab, maka masa satu tahun dari binatang tambahan (dan semua
ternak) terhitung sejak mencapai nisab.

Contoh:
Bulan Muharram memiliki kambing 20 ekor, kemudian bulan Jumadil
Ula beranak 10 ekor dan membeli lagi 10 ekor. Maka haul dari ternak
kambing tersebut dihitung dari bulan Jumadil Ula.
HAUL ANAK BINATANG TERNAK
2) Jika jumlah ternak sebelum adanya ternak tambahan
sudah mencapai nisab, maka haulnya ternak tambahan
sebagai berikut:
a) Jika binatang tambahan merupakan anak dari ternak
yang telah dimiliki, maka haulnya disamakan dengan haul
induknya.

Contoh:
Seseorang memiliki kambing 120 ekor (zakatnya=1 ekor
kambing), kemudian sebelum genap haulnya (binatang
induk) beranak 1 ekor (= 121 ekor), maka zakat yang
dibayarkan adalah 2 ekor kambing.
HAUL ANAK BINATANG TERNAK
b) Jika binatang tambahan bukan anak dari ternak yang
telah dimiliki (misalnya hasil dari membeli), maka haulnya
tidak disamakan dengan haul binatang sebelumnya.

Contoh:
Seseorang mendapat warisan 120 ekor kambing, kemudian
sebelum genap satu tahun membeli lagi 1 ekor kambing,
maka zakat yang dikeluarkan saat haul (bulan ketika dapat
warisan) adalah 1 ekor kambing.
SYIRKAH (PERSEROAN) PETERNAKAN

Syirkah (Perseroan) Peternakan adalah menggabungkan dua


kelompok ternak (sejenis) yang dimiliki dua orang dalam
satu sistem pengelolaan dan penggembalaan. Tidak ada
pembedaan dalam peternakan, sehingga dapat menyatu
dalam peternakan dan metode zakat yang dikeluarkan.
SYARAT-SYARAT SYIRKAH PETERNAKAN

1) Kandang ternak menjadi satu


2)Tempat pelepasan sebelum digembalakan menjadi satu
3) Tempat penggembalaan menjadi satu
4) Pejantan untuk ternak tidak dibedakan
5) Tempat/lokasi minumnya ternak menjadi satu
6) Penggembala atau pemeras susu ternak menjadi satu
7) Tempat pemerasan susu ternak menjadi satu.
SYARAT WAJIB ZAKAT ORANG YANG BERSERIKAT
SYIRKAH PETERNAKAN

1) Orang yang berserikat harus ahli tasarruf


2)Jumlah gabungan ternak mencapai nisab
3)Dalam masa setahun kepemilikan ternak tidak
disendirikan (tidak dibeda-bedakan).
Contoh 1: (masing-masing pihak mendapat keringanan)
Dua orang yang masing-masing memiliki 40 ekor kambing,
menggabungkan ternaknya. Setelah satu tahun, zakat yang
wajib dikeluarkan hanya 1 ekor kambing. Jika tidak
digabung, maka masing-masing orang zakatnya adalah 1
ekor kambing. Jika tidak digabung, maka masing-masing
orang zakatnya 1 ekor kambing. Dengan demikian, kedua-
duanya mendapat keringanan.
SYARAT WAJIB ZAKAT ORANG YANG
BERSERIKAT SYIRKAH PETERNAKAN
Contoh 2: (masing-masing pihak mendapat kerugian)
Dua orang yang masing-masing memiliki 20 ekor kambing,
menggabungkan ternaknya. Setelah satu tahun, zakat yang wajib
dikeluarkan hanya 1 ekor kambing. Jika tidak digabung, maka masing-
masing orang tidak wajib zakat, karena tidak mencapai nisab. Dengan
demikian kedua-duanya mendapat kerugian.
Contoh 3: (salah satu untung dan yang lain rugi)
Abdullah mempunyai 40 ekor kambing, dan Umar mempunyai 20 ekor
kambing. Lalu keduanya menggabungkan ternak yang dimiliki, setelah
satu tahun maka zakat yang wajib dikeluarkan adalah 1 ekor kambing
yang ditanggung oleh keduanya yaitu 2/3 ditanggung Abdullah dan 1/3
ditanggung Umar. Jika ternak tidak digabung, maka Abdullah wajib
mengeluarkan zakat 1 ekor kambing, dan Umar tidak wajib zakat.
dengan demikian, satu pihak mendapat keuntungan /keringanan dan
pihak yang lain mendapat kerugian
SYARAT WAJIB ZAKAT ORANG YANG BERSERIKAT
SYIRKAH PETERNAKAN

Contoh 4; (masing-masing tidak diuntungkan dan tidak


dirugikan)
Contoh: Abdullah mempunyai 100 ekor kambing, dan Umar
juga memiliki 100 ekor kambing. Lalu keduanya
menggabungkan ternak yang dimiliki, setelah satu tahun
maka zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2 ekor kambing.
Jika tidak digabung, maka masing-masing wajib
mengeluarkan zakat 1 ekor kambing.
Dengan demikian, tidak ada yang diuntungkan dan tidak
ada yang dirugikan.
NISAB DAN ZAKAT UNTA
Jumlah Ternak Zakatnya Keterangan
1) 5 sd 9 ekor 1 ekor Domba Betina Domba betina genap umur 1 tahun
atau lebih atau kambing kacang
betina genap umur 2 tahun atau
lebih
2) 10 sd 14 ekor 2 ekor Domba betina Domba betina genap umur 1 tahun
atau lebih atau kambing kacang
betina genap umur 2 tahun atau
lebih

3) 15 sd 19 ekor 3 ekor Domba betina Domba betina genap umur 1 tahun


atau lebih atau kambing kacang
betina genap umur 2 tahun atau
lebih
4) 20 sd 24 ekor 4 ekor Domba betina Domba betina genap umur 1 tahun
atau lebih atau kambing kacang
betina genap umur 2 tahun atau
lebih
NISAB DAN ZAKAT UNTA
Jumlah Ternak Zakatnya Keterangan
5) 25 sd 35 ekor 1 ekor Unta Bintu Ma’khodz
Unta Bintu Ma’khodz: yaitu unta
betina genap umur 1 tahun, masuk
2 tahun

6) 36 sd 45 ekor 1 ekor Unta Bintu Labun


Unta Bintu Labun: yaitu Unta
betina genap umur 2 tahun, masuk
3 tahun

7) 45 sd 60 ekor 1 ekor Unta Hiqqoh


Unta Hiqqoh: yaitu Unta betina
umur 3 tahun, masuk 4 tahun.

8) 61 sd 75 ekor 1 ekor Unta Jadza’ah


Unta Jadza’ah: yaitu Unta betina
umur 4 tahun, masuk 5 tahun.
NISAB DAN ZAKAT UNTA
Jumlah Ternak Zakatnya Keterangan

9) 76 sd 90 ekor 2 ekor Unta Bintu Labun


Unta Bintu Labun: yaitu Unta
betina genap umur 2 tahun, masuk
3 tahun

10) 91 sd 120 ekor 2 ekor Unta Hiqqoh

Unta Hiqqoh: yaitu Unta betina


umur 3 tahun, masuk 4 tahun.

11) 121 ekor 3 ekor Unta Bintu Labun


Unta Bintu Labun: yaitu Unta
betina genap umur 2 tahun, masuk
3 tahun
NISAB DAN ZAKAT UNTA

Jumlah Ternak Zakatnya Keterangan


12) > 121 ekor Unta Hiqqoh (unta betina umur Jika lebih dari 121 ekor, yang
3 tahun atau lebih) mana jumlahnya habis dibagi 50,
dan setiap hasil pembagian 50
zakatnya unta hiqqoh
13) > 121 ekor Unta Bintu Labun (unta betina
umur 2 tahun atau lebih) Jika lebih dari 121 ekor, yang
mana jumlahnya habis dibagi 40,
dan setiap hasil pembagian 40
zakatnya unta bintu labun

14) > 121 ekor Unta Hiqqoh dan Bintu Labun Jika lebih dari 121 ekor, yang
mana jumlahnya tidak habis
dibagi 50 atau 40, namun bisa
habis dibagi dengan gabungan 50
dan 40 (dibagi 50 kemudian
sisanya dibagi 40 atau sebaliknya
maka zakatnya unta hiqqoh dan
bintu labun
CONTOH NISAB DAN ZAKAT UNTA

Jumlah Ternak Zakatnya Ketentuan


Contoh nomor 12, 13, 14 yaitu: a)Unta Hiqqoh (unta betina umur 3
Jika Unta > 121 ekor tahun atau lebih).
b)Unta Bintu Labun (unta betina
umur 2 tahun atau lebih).
c) Unta Hiqqoh dan Bintu Labun
Jumlah unta 150 ekor, maka = 150 : 50
= 3 ekor unta Hiqqoh Jika lebih dari 121 ekor, yang mana
jumlahnya habis dibagi 50, dan setiap
hasil pembagian 50 zakatnya unta
hiqqoh

Jumlah unta 160 ekor, maka = 160:40 = 4 ekor unta Bintu


Jika lebih dari 121 ekor, yang mana
Labun
jumlahnya habis dibagi 40, dan setiap
Jumlah unta 200 ekor, maka = 200 : 50 = 4 ekor Hiqqoh
hasil pembagian 40 zakatnya unta
atau
bintu labun
= 200:40 = 5 ekor Bintu Labun
Jumlah unta 140 ekor, maka = 140:50 = 2 ekor, sisa 40, maka =
40 : 40 = 1
sehingga zakatnya = 2 ekor Hiqqoh Jika lebih dari 121 ekor, yang mana
dan 1 ekor bintu labun. jumlahnya tidak habis dibagi 50 atau
Tidak boleh dibagi dengan cara 40, namun bisa habis dibagi dengan
berikut: gabungan 50 dan 40 (dibagi 50
140 : 40 =3 sisa 20 atau kemudian sisanya dibagi 40 atau
140 : 40 = 2 sisa 60 atau sebaliknya maka zakatnya unta
60 : 50 =1 sisa 10 hiqqoh dan bintu labun
NISAB DAN ZAKAT UNTA

Jumlah Ternak Zakatnya Keterangan

15) > 121 ekor a)Unta Hiqqoh (unta betina


umur 3 tahun atau lebih)

b)Unta Bintu Labun (unta Jika jumlahnya tidak bisa


betina umur 2 tahun atau dibagi habis dengan 50, 40
lebih). atau gabungan dari keduanya
(masih menyisakan bilangan
yang tidak bisa dibagi 50 atau
40), maka dibagi dengan cara
yang memungkinkan
menyisakan bilangan paling
sedikit. Dan sisa yang tidak
bisa dibagi, tidak
mempengaruhi zakat, dan
tidak perlu dizakati secara
tersendiri.
CONTOH NISAB DAN ZAKAT UNTA

Jumlah Ternak Zakatnya Ketentuan


Contoh nomor 15, yaitu: a)Unta Hiqqoh (unta betina
Jika Unta > 121 ekor umur 3 tahun atau lebih)
Jika jumlahnya tidak bisa dibagi
b)Unta Bintu Labun (unta habis dengan 50, 40 atau
betina umur 2 tahun atau lebih). gabungan dari keduanya (masih
menyisakan bilangan yang tidak
bisa dibagi 50 atau 40), maka
dibagi dengan cara yang
memungkinkan menyisakan
bilangan paling sedikit. Dan sisa
yang tidak bisa dibagi, tidak
mempengaruhi zakat, dan tidak
perlu dizakati secara tersendiri.

Jumlah unta 153 ekor = 153 : 50 = 3 sisa 3 (tidak bisa


dibagi), maka zakatnya 3 ekor
Hiqqoh sama dengan zakatnya
unta 150 ekor.
CONTOH NISAB DAN ZAKAT UNTA
Jumlah Ternak Zakatnya Ketentuan
Contoh nomor 15, yaitu: a)Unta Hiqqoh (unta betina
Jika Unta > 121 ekor umur 3 tahun atau lebih)
Jika jumlahnya tidak bisa dibagi
b)Unta Bintu Labun (unta habis dengan 50, 40 atau
betina umur 2 tahun atau lebih). gabungan dari keduanya (masih
menyisakan bilangan yang tidak
bisa dibagi 50 atau 40), maka
dibagi dengan cara yang
memungkinkan menyisakan
bilangan paling sedikit. Dan sisa
yang tidak bisa dibagi, tidak
mempengaruhi zakat, dan tidak
perlu dizakati secara tersendiri.

Jumlah unta 165 ekor = 165 : 40 = 4 sisa 5 (tidak bisa


dibagi), maka zakatnya 4 ekor
Bintu Labun sama dengan
zakatnya unta 160 ekor.
KETENTUAN NISAB DAN ZAKAT UNTA

Ketentuan Zakatnya
Metode pembagian diusahakan tidak menyisakan
bilangan, atau setidaknya menyisakan bilangan paling
sedikit , baik dibagi dengan 50, 40 atau gabungan angka
50 atau 40.

Jika saat mengeluarkan zakat tidak mempunyai unta yang  Bintu Ma’khodz boleh diganti dengan Ibnu Labun
menjadi standar zakatnya, maka (unta jantan umur 2 tahun masuk 3 tahun) atau
Hiqqun (unta jantan umur 3 tahun masuk 4 tahun)

Jika saat mengeluarkan zakat tidak mempunyai unta yang  1 ekor unta Hiqqoh boleh diganti dengan 2 ekor
menjadi standar zakatnya, maka Bintu Labun

Jika saat mengeluarkan zakat tidak mempunyai unta yang  1 ekor unta Jadza’ah boleh diganti dengan 2 ekor unta
menjadi standar zakatnya, maka Hiqqoh atau 2 ekor unta Bintu Labun

 Unta Bintu Labun tidak boleh diganti dengan Ibnu


Labun atau Hiqqoh
NISAB DAN ZAKAT SAPI
Nisab sapi yang wajib dizakati adalah 30 ekor, adapun kadar
zakatnya antara lain:
Jumlah Ternak Zakatnya

30 sd 39 1 ekor sapi jenis Tabi’ (sapi jantan umur 1


tahun masuk 2 tahun)
40 sd 59 1 ekor sapi jenis Musinnah (sapi betina umur
2 tahun masuk 3 tahun)
60 sd 69 2 ekor sapi jenis Tabi’

70 sd 79 2 ekor sapi (1 Tabi’ & 1 Musinnah)

80 sd 89 2 ekor sapi jenis Musinnah

90 sd 99 3 ekor sapi jenis Tabi’i

100 sd 109 3 ekor sapi (2 Tabi’ & 1 Musinnah)


NISAB DAN ZAKAT SAPI

Apabila jumlah sapi lebih dari 100 ekor, maka ketentuan


zakatnya antara lain:
Jumlah Ternak ketentuannya

1a) > 100 ekor Jika jumlahnya habis dibagi 30, maka setiap
hasil pembagian 30 (30 ekor sapi) maka
zakatnya 1 ekor sapi Tabi’
2b) > 100 ekor Jika jumlahnya habis dibagi 40, maka setiap
hasil pembagian 40 (40 ekor sapi) maka
zakatnya 1 ekor sapi jenis Musinnah
4c) > 100 ekor Jika jumlahnya tidak habis dibagi 30 atau
40, namun bisa dibagi habis dengan
gabungan 30 dan 40 (dibagi 30 lalu sisanya
dibagi 40 atau sebaliknya) maka zakatnya
sapi jenis Tabi’ dan Musinnah
NISAB DAN ZAKAT SAPI
Jumlah Ternak ketentuannya

5d) > 100 ekor Jika jumlahnya tidak bisa dibagi habis dengan
30,40, atau gabungan 30 dan 40 (masih
menyisakan bilangan yang tidak bisa dibagi 30
dan 40) maka dibagi dengan cara yang
memungkinkan menyisakan bilangan yang paling
sedikit. Dan sisa bilangan yang tidak bisa dibagi,
tidak mempengaruhi zakat yang dikeluarkan, dan
tidak perlu dizakati tersendiri.

Catatan: Tabi’ (sapi jantan umur 1 tahun masuk 2


tahun, boleh diganti dengan sapi tabi’ah (sapi
betina umur 1 tahun masuk 2 tahun), bahkan
menurut sebagian ulama sapi tabi’ah itu lebih
baik. Dan menurut pendapat yang shohih, 1 ekor
musinnah boleh diganti dengan 2 ekor tabi’
(tabi’ah)
CONTOH NISAB DAN ZAKAT SAPI
Jumlah Ternak Zakatnya Ketentuan
Contoh nomor 1a, 2b, dan 3, a) Sapi jenis Tabi’
4c yaitu: b) Sapi jenis Musinnah a) Jika jumlahnya habis dibagi 30,
Jika Sapi > 100 ekor c)Sapi jenis Tabi’ dan maka setiap hasil pembagian 30
Musinnah (30 ekor sapi) maka zakatnya 1
ekor sapi Tabi’
b) Jika jumlahnya habis dibagi
40, maka setiap hasil pembagian
40 (40 ekor sapi) maka zakatnya
1 ekor sapi jenis Musinnah
c) Jika jumlahnya tidak habis
dibagi 30 atau 40, namun bisa
dibagi habis dengan gabungan 30
dan 40 (dibagi 30 lalu sisanya
dibagi 40 atau sebaliknya) maka
zakatnya sapi jenis Tabi’ dan
Musinnah

Contoh 1a) = 90:30 = 4 maka zakatnya 4


Jumlah sapi 90 ekor ekor sapi Tabi’ a) Jika jumlahnya habis dibagi 30,
maka setiap hasil pembagian 30
(30 ekor sapi) maka zakatnya 1
ekor sapi Tabi’
CONTOH NISAB DAN ZAKAT SAPI
Jumlah Ternak Zakatnya Ketentuan
Contoh 2b: = 160:40 = 4 maka zakatnya 4
Jumlah sapi 160 ekor ekor sapi Musinnah

b) Jika jumlahnya habis dibagi


40, maka setiap hasil pembagian
40 (40 ekor sapi) maka zakatnya
1 ekor sapi jenis Musinnah

Contoh 3: = 120:30 = 4 maka zakatnya 4


Jumlah sapi 120 ekor ekor sapi Tabi’ atau
= 120:40 = 3 maka zakatnya 3
ekor sapi Musinnah
Jumlah Ternak Zakatnya Ketentuan
Contoh 4c) = 100:30 = 2 sisa 40
Jumlah sapi 100 ekor = 40:40 = 1
Zakatnya = 2 ekor sapi tabi’ dan
1 ekor sapi musinnah. c) Jika jumlahnya tidak habis dibagi
30 atau 40, namun bisa dibagi habis
dengan gabungan 30 dan 40 (dibagi
30 lalu sisanya dibagi 40 atau
sebaliknya) maka zakatnya sapi
jenis Tabi’ dan Musinnah.

Tidak boleh dibagi dengan cara 


100 : 30 = 3 sisa 10 atau
100: 40 = 2 sisa 20

Contoh 5d, yaitu:


Jumlah sapi 65 ekor maka =65:30= 2 sisa 5 (tidak bisa
dibagi) sehingga zakatnya yaitu 2
ekor sapi Tabi’ sama dengan
zakatnya sapi 60 ekor.

Jumlah sapi 85 ekor maka =85:40=2 sisa 5 (tidak bisa


dibagi) sehingga zakatnya yaitu 2
ekor sapi musinnah sama dengan
zakatnya 80 ekor sapi.
NISAB DAN ZAKAT KAMBING
Nisab kambing yang wajib dizakati adalah 40 ekor, adapun
kadar zakatnya antara lain:
Jumlah Ternak Zakatnya

40 sd 120 ekor

121 sd 200 ekor

Apabila menggunakan jenis domba, maka


201 sd 399 ekor domba umur 1 tahun masuk 2 tahun.
Apabila menggunakan jenis kambing
kacang, maka umur 2 tahun masuk 3 tahun.
400 sd 499 ekor

500 ekor
NISAB DAN ZAKAT KAMBING
Jumlah Ternak Zakatnya

> 400 ekor Setiap 100 ekor kambing zakatnya 1 ekor .


Jadi untuk 600 ekor zakatnya 6 ekor, 700
ekor zakatnya 7 ekor dan seterusnya.
Sedangkan sisa bilangan yang tidak habis
dibagi 100 tidak mempengaruhi kadar zakat
yang dikeluarkan alias tidak diperhitungkan.
Oleh karena itu, sisa bilangan tersebut tidak
wajib dizakati tersendiri.

Contoh: Maka zakatnya = 9 ekor sama dengan


Jumlah kambing 999 ekor = 999:100=9 sisa zakatnya kambing 900 ekor
99 (tidak bisa dibagi 100)
ZAKAT FITRAH
 Zakat fitrah adalah kadar harta yang wajib
dikeluarkan oleh setiap muslim yang mampu
sebab menemui (sebagian) bulan Ramadhan
dan (sebagian) bulan Syawal.
 Dasar hukum zakat fitrah yaitu QS. At
Taubah ayat 103 dan hadis Nabi Muhammad
SAW yang diriwayatkan oleh Bukhori dan
Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah

Anda mungkin juga menyukai