Pendidikan:
S1 Kesehatan Masyarakat, Unhas
Latar Belakang
Stunting adalah kondisi Perpres 72 Tahun 2021, tentang Percepatan Penurunan Stuntinh,
gagal tumbuh pada anak maka Kepala BKKBN diberikan mandat oleh Presiden RI sebagai
Ketua pelaksana percepatan penurunan Stunting dari 27,67%
(pertumbuhan badan dan menjadi 14% Tahun 2021-2024.
otak) akibat kekurangan
●Prevalensi stunting di Indonesia yaitu 27,67% (Riskesdas,2018),
gizi kronis dalam waktu dan Sulteng masuk 10 besar nasional yaitu 32,5% (Riskesdas, 2018).
lama sejak kehamilan
●BKKBN dengan core keluarga memiliki peranan dalam
hingga anak berusia 2 pemberdayaan keluarga melalui POKTAN (BKB, BKR,BKL, UPPKA
tahun. dan PIKR).
Dewasa
Pendek
REMAJA, CATIN/CALON PUS, DAN
STUNTING
PENYEBAB
LANGSUNG*
Faktor Anak
PREVENTIF 1
PREVENTIF 2 Skrining, Edukasi, dan Anak Stunting
Pendampingan Catin/ C
Edukasi kespro, gizi,
alon PUS
dan penyiapan kehidu-
pan berkeluarga
Faktor Ibu**
Calon pengantin Usia saat hamil terlalu muda
Usia saat hamil terlalu tua
Remaja Jarak antarkehamilan terlalu rapat
Frekuensi kehamilan/paritas
Anemia
Indeks massa tubuh rendah/kurus
Tinggi badan kurang
* Conceptual framework showing distal intermediate and proximate determinant of Orangtua yg merokok (dlm bbrp penelitia
stunting, UNICEF
***Kramer, 1987; UNICEF, 1990; Kramer, 1998; Achadi, 20
n)
21
PIKR/GenRe/BKR
Remaja Cegah Stunting 3M ala
GenRe
3M Ala GenRe
1
2
Memenuhi Gizi Seimbang 3
Mengembangkan Potensi Diri
Mengkonsumsi lemak,
protein, karbohidrat, Menikah Usia Ideal
serat, vitamin, mineral Mengasah kemampuan
yang seimbang dalam dengan melatih skill dan
kehidupan sehari-hari. mengikuti kegiatan- 21 Wanita 25 Pria
kegiatan positif & produktif
1
G i zi
n u h i
e
M eimbang
em
S
4 Pilar Gizi Seimbang
Mengembangkan
Potensi Diri
Fisik
Adversity Mental
Life skill
Vocational Emosional
Spiritual
Keterampilan Keterampilan
Hidup Fisik
Kemampuan untuk dapat Kemampuan seseorang
berperilaku positif dan untuk memahami situasi
beradaptasi dengan lingkungan, dan kondisi tubuhnya
yang memungkinkan seseorang sendiri. Termasuk kepekaan
mampu menghadapi berbagai terhadap kebutuhan untuk
tuntutan dan tantangan dalam hidup sehat, memilih
hidupnya makanan yang bergizi
sehari-hari secara efektif seimbang, berolahraga,
(DEPDIKNAS, 2002) beristirahat, dan tidur yang
cukup.
Keterampilan Mental
Kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungan dan stressor, menjalankan
kapasitasnya selaras dengan lingkungannya, merasa nyaman dengan diri sendiri, terus
menerus tumbuh, dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi
masalah-masalah dalam hidupnya.
1. Ingat Tuhan
7. Rutin berolahraga
2. Atur emosi
8. Gunakan media social dengan bijak.
3. Jangan hiarukan omongan orang lain
9. Hargai diri sendiri
4. Asah kemampuan diri
10. Beraktivitas di luar ruangan
5. Menghadapi orang yang ‘sulit’
11. Menjadi pengguna social media yang bijak
6. Menerima kegagalan
Kecerdasan Emosional
Menggambarkan kemampuan,
kapasitas, keterampilan diri
untuk mengidentifikasi, menilai,
dan mengelola emosi diri
sendiri, orang lain, dan
kelompok
Meningkatkan Kecerdasan Emosional
21 Wanita – 25 Pria
1,220,900
Atau (11,21%) perempuan umur 20-24 tahun
menikah sebelum berusia 18 tahun (2018)
10
Indonesia salah satu dari 10 negara dengan angka
absolut perkawinan anak tertinggi di dunia.
6/34
Provinsi Sulawesi Tengah berada di peringkat ke 6 dengan angka
perkawinan anak tertinggi di Indonesia (BPS 2020).
PERNIKAHAN DINI/ANAK
Median Usia Kawin Pertama Perempuan
Pernah Kawin Usia 25-49 Tahun
Proporsi Perempuan Umur 20-24
tahun Status Kawin sebelum umur
15 tahun dan 18 tahun menurun dari
19,5 tahun (SDKI 2012) 18,09 % (2016) Menjadi 16,25%
20,9 Tahun (SDKI 2017) (2019)
Susenas BPS
Pendidikan Psikologis
Ekonomi
Kesehatan
Kependudukan
10 KESIAPAN BERKELUARGA
Fungsi Pembinaan
Fungsi Ekonomi Lingkungan
Fungsi
Fungsi Cinta
Perlindungan
Kasih
Fungsi Sosial dan Budaya Bab 2
Pola Komunikasi
Gaya Komunikasi
Gaya Pengasuhan
1001 Cara Bicara Orangtua
dengan Remaja
Bab 3
Bab 1 Cara Bicara
Pola Asuh Cara Pertemanan dan Relasi
Gaya Pengasuhan Sosial
Membangun Kepercayaan Perilaku Berisiko
Remaja Cara Literasi Digital
Gaya Komunikasi
Warisan Pola Asuh 1.Asertif (Pesan Jelas, Lugas, dan
Menghormati Hak Lawan)
2.Agresif (Intimidasi dan Kuasai
Lawan)
3.Pasif Agresif (Mirip agresif dan
Komunikasi:
Mengambil Keuntungan)
1.Hayati
4.Manipulatif (Penuh drama,
2.Diterima
Membuat Pihak lain merasa
3.Didengarkan
bersalah, Seni peran)
4.Ditanggapi
5.Submisif (Menyengkan orang lain,
menyerahkan pd orang lain, tidak
peduli aturan)
6.dll
Gaya Pola Asuh Cara Bicara
1. Otoriter (menuntut, tidak 1.Rumah dan Keluarga (Aturan,
responsif, menghukum saat Pembagian pekerjaan,
tidak patuh, lebih menghargai pelaksanaan dan Pemantauan)
prestasi) 2.Pertemenan dan Relasi Sosial
2. Permisif (Tidak Menuntut, (Memilih teman, Pengaruh Teman
Responsif, Mengabulkan semua Sebaya)
permintaan) 3.Kesehatan Mental (Mengenali
3. Apresiatif (Reponsif, stres, Mengenali depresi)
Menerapkan standar dan
Harapan, Memberi Ruang
Berekspresi)
THANK
YOU!