Anda di halaman 1dari 15

Rujukan Medik

dan Penanganan Kasus Anemia

Kelompok 4

1. Aprilia Setyorini
1986206001
2. Cantika Rofiqoh Azhar 1986206043
3. Yulianti Dewi 1986206010
4. Zulfa Hilmiyah 1986206059
6 A PGSD
Sistem Rujukan

Menurut Permenkes RI No. 001 Tahun 2012 tentang Sistem


Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan, sistem rujukan
pelayan kesehatan adalah penyelengaraan pelayanan kesehatan
yang mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan
secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata
sarana pelayanan kesehatan kestrata sarana pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar
sarana pelayanan kesehatan yang sama yang wajib dilaksanakan
oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial
dan seluruh fasilitas kesehatan.
Tujuan Sistem Rujukan

Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk


meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelayanan kesehatan secara terpadu (kebidanan
komunitas). Tujuan umum rujukan untuk
memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas
tentang pelaksanaan rujukan medis dalam rangka
menurunkan IMR dan AMR.
Tujuan khusus sistem rujukan yaitu:

Meningkatkan kemampuan puskesmas


1 dan peningkatannya dalam rangka
menangani rujukan resiko tinggi dan
gawat darurat yang terkait dengan
kematian ibu maternal dan bayi.

Menyeragamkan dan menyederhanakan


2 prosedur rujukan di wilayah kerja
puskesmas.
Jenis- Jenis Rujukan di Puskesmas

Rujukan Internal
Menurut tata
hubungannya
Rujukan Eksternal

Rujukan Medik
Menurut lingkup
pelayanannya
Rujukan Kesehatan
Masyarakat
Pendaftaran
Menurut tata hubungannya, system rujukan
terdiri dari rujukan internal dan rujukan
eksternal.
Klinik KIA
1. Rujukan internal adalah rujukan horizontal
yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
instiotusi, unit terkait dalam system Surat Bagan sistem
rujukan internal meliputi BP umum, KIA-KB, Rujukan rujukan internal
poli gigi, laboratorium, gizi, dan sanitasi.

BP Umum Gigi Konseling LAB

Apotek Pulang
2. Rujukan eksternal adalah rujukan Puskesmas
yang terjadi antar unit-unit dalam
jenjang pelayanan kertas, baik
horizontal (dari puskesmas rawat Pendaftaran
jalan ke puskesmas rawat inap)
maupun vertical (dari puskesmas
Klinik KIA
ke rumah sakit umum daerah).

Surat rujukan
Rujuk balik

Rumah sakit tipe D/C

Rumah sakit tipe B

Bagan sistem Rumah sakit tipe A


rujukan eksternal
Menurut lingkup pelayanannya, sitem rujukan terdiri
dari rujukan medik dan rujukan kesehatan.

1. Rujukan Medik

Rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal


balik atas secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih
berwenang dan mampu menangani secara rasional.

Jenis rujukan medik antara lain:


1. Transfer of patient Konsultasi penderita untuk keperluan
diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
2. Transfer of specimen Pengiriman bahan (spesimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3. Transfer of knowledge atau personal. Pengiriman tenaga
yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu
layanan setempat.
2. Rujukan Kesehatan Masyarakat

Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman,


pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang
lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya
pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan
teknologi, sarana dan opersional.
5. Pasien (pada point 4)
1. Melakukan anamnesis,
diantar dengan kendaraan
pemeriksaan fisik dan
ambulans, agar petugas dan
pemeriksaan penunjang
kendaraan pengantar tetap
Prosedur medik untuk menentukan
menunggu sampai pasien
Rujukan Klinis diagnosis utama dan
IGD mendapat kepastian
diagnosis banding.
pelayanan, apakah akan
2. Memberikan tindakan
dirujuk atau ditangani di
stabilitas sesuai kasus
fasilitas pelayanan
berdasarkan Standart
kesehatan setempat.
Prosedur Operasional
6. Rujukan kasus yang
(SPO).
memerlukan standart
3. Menentukan unit
kompetensi tertentu (sub
pelayanan tujuan rujukan.
spesialis) pemberi pelayanan
4. Untuk pasien gawat
kesehatan tingkat satu
darurat harus didampingi
(Puskesmas, Dokter Praktik,
tenaga kesehatan yang
Bidan Praktik, Klinik) dapat
kompeten dibidangnya
merujuk langsung ke rumah
yang mengetahui kondisi
sakit rujukan yang memiliki
pasien.
kompetensi tersebut.
PENANGANAN KASUS ANEMIA
Anemia defisiensi besi dapat menyebabkan
terjadinya berbagai komplikasi antara lain berupa
gangguan fungsi kognitif, penurunan daya tahan
tubuh, tumbuh kembang yang terlambat,
penurunan aktivitas, dan perubahan tingkah laku.
Cara penanganan dan pencegahan kasus anemea

• Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gejala pucat tanpa disertai


perdarahan maupun organomali.
• Pemeriksaan darah tepi menunjukkan anemia mikrositer hipokrom,
sedangkan jumlah leukosit, trombosit dan hitung jenis normal.
• Diagnosis dipastikan dengan pemeriksaan kadar besi dalam serum.
Pemberian preparat besi secara selama 3-5 bulan ditujukan untuk
mengembalikan kadar hemoglobin dan persediaan besi di dalam tubuh ke
keadaan normal.
• Mencari dan mengatasi penyebab merupakan hal yang penting untuk
mencegah kekambuhan.
• Antisipasi harus di lakukan sejak pasien dalam stadium I (stadium deplesi
besi) dan stadium II (stadium kekurangan besi). Dianjurkan pula untuk
memberikan preparat besi pada individu dengan risiko tinggi untuk
terjadinya ADB antara lain untuk individu dari keluarga dengan sosial
ekonomi rendah.
PENGOBATAN

Bila diagnosis defisiensi besi sudah ditegakkan, pengobatan


harus segera dimulai untuk mencegah berlanjutnya keadaan
ini. Pengobatan terdiri atas pemberian preparat besi secara
oral berupa garam fero (sulfat, glukonat, fumarat dan lain-lain),
pengobatan ini tergolong murah dan mudah dibandingkan
dengan cara lain. Pada bayi dan anak, terapi besi elemental
diberikan dengan dosis 3-6 mg/kg bb/hari dibagi dalam dua
dosis, 30 menit sebelum sarapan pagi dan makan malam;
penyerapan akan lebih sempurna jika diberikan sewaktu perut
kosong. Penyerapan akan lebih sempurna lagi bila diberikan
bersama asam askorbat atau asam suksinat. Bila diberikan
setelah makan atau sewaktu makan, penyerapan akan
berkurang hingga 40-50%.
Namun mengingat efek samping pengobatan besi secara oral
berupa mual, rasa tidak nyaman di ulu hati, dan konstipasi,
maka untuk mengurangi efek samping tersebut preparat besi
diberikan segera setelah makan.
THANKS!

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai