Laporan Tim Adhoc GKI
Laporan Tim Adhoc GKI
4. Pasal 13
Kebaktian
Usul
Diusulkan ada penambahan klausula di pasal 13, tentang kebaktian daring, agar
majelis jemaat punya dasar tata gereja untuk melaksanakan kebaktian daring tersebut. Jika
kita baca pada pasal 184 draft amandemen tata gereja yang baru tentang persidangan
majelis jemaat sudah diatur persidangan melalui daring. Seperti kita ketahui, majelis
jemaat dilingkup GKI, melaksanakan kebaktian online atau hybrid selama masa
pandemi. Hal ini dimaksudkan agar kebaktian memiliki landasan dalam tata gereja.
Mengingat fenomena covid 19 yang masih terjadi sampai sekarang, mengakibatkan gereja
harus mengadakan kebaktian secara daring.
5. Pasal 17 ayat 5 dan 6
Liturgi Pelantikan dan Liturgi Institusionalisi
Pertimbangan – pertimbangan
Dalam buku Liturgi disebut dengan Liturgi Ordinasi dan Institusionalisasi, apakah bisa
digunakan Bahasa Indonesia. Dalam buku Liturgi Pelantikan Badan Pelayanan Jemaat
masuk dalam Liturgi Institusionalisas, dalam usul amandemen masuk dalam Liturgi
Pelantikan
Usul
Digunakan istilah dalam Bahasa Indonesia: Liturgi Pelantikan untuk Liturgi Ordinasi
dan Liturgi pelembagaan untuk Liturgi Institusionalisasi. Buku Liturgi disesuaikan
dengan perubahan istilah dan perubahan sistematikanya
6. Pasal 32 ayat 4 bagian b
Pelaksanaan Kebaktian Peneguhan dan Pemberkatan
Pernikahan
Pertimbangan – pertimbangan
Rumusan yang terbuka akan memungkinkan banyaknya penafsiran dalam praktek,
perlu perumusan yang lebih specific berkaitan dengan alasan yang bisa
dipertanggungjawabkan
Usul
Dirumuskan dalam pedoman pelaksanaan berkaitan dengan alasan yang bisa
dipertanggungjawabkan disertai ketentuan-ketentuan yang mengaturnya
7. Pasal 71 ayat 2 bagian F
Menjadi peninjau dalam Persidangan Majelis Jemaat dan
Persidangan Majelis Klasis
Pertimbangan – pertimbangan
Perlunya anggota baptisan mengetahui perkembangan jemaat dan majelis klasis
sehingga bisa memberi usulan terhadap perkembangan jemaat
Usul
Penambahan di draft amandemen pasal 71 ayat 2 bagian f ini, sudah diatur di pasal 184
dan pasal 185, lalu di pasal 186 tentang persidangan majelis sinode wilayah, dan dipasal
187 tentang persidangan majelis sinode juga diatur bahwa anggota baptisan dapat
hadir ditiap persidangan tersebut. Seharusnya dalam draft amandemen pasal 71
ayat 2 bagian f ini, anggota baptisan juga bisa hadir di persidangan majelis sinode
wilayah atau persidangan majelis sinode. Dan bilamana draft amandemen pasal 71
ayat 2 bagian f ini tidak mencantumkan bahwa anggota baptisan bisa hadir di
persidangan sinode wilayah dan majelis sinode, sebaiknya pasal 186 ayat 6 bagian
b dan pasal 187 ayat 1 bagian b didrop, karena tata laksana seolah olah tidak
sistematis dan bertentangan satu sama lain.
Menurut Pieter Coertzen, Tata Gereja adalah suatu aturan yang disusun secara sistematis
oleh gereja atau beberapa gereja (masih dalam sinode yang sama).
8. Pasal 91 ayat 4 bagian a
Administratif (Tidak berada dalam status
penggembalaan khusus)
Pertimbangan – pertimbangan
Bahwa tata gereja itu adalah penata layanan, bukan merupakan aturan hukum positif
yang memiliki sanksi. Di pasal 25 ayat 2 tentang perjamuan kudus, bahwa seorang
anggota sidi yang berada dalam penggembalaan khusus tidak boleh ikut perjamuan
kudus. Dalam draft amandemen tata gereja yang baru, anggota sidi dalam
penggembalaan khusus tetap disertakan dalam perjamuan kudus. Ini adalah
pertimbangan sesuai dengan firman Tuhan dan terpenuhinya Hak Asasi Manusia.
Usul
Supaya ayat 4 bagian a ini didrop karena didalam draft amandemen yang baru,
penggembalaan khusus ini sudah dihilangkan. Kenapa di ayat ini masih tercantum?
Karena Pasal 91 ayat 4 bagian a ini sudah diserap oleh pasal 91 ayat 2 (tentang tingkah laku
seorang penatua).
9. Pasal 91 ayat 4 bagian c
Syarat Administratif (Sekurang-kurangnya sudah 1 (satu) tahun atestasi dari
jemaat GKI yang lain.)
Usul
Agar Jangka waktu minimal Atestasi dari jemaat GKI yang lain, dirubah menjadi 2
(dua) tahun. Hal ini dikarenakan, jika hanya 1 tahun, tidaklah cukup untuk kita menilai calon
penatua tersebut, apakah telah memenuhi kriteria karakter yang tercantum di pasal 91 ayat
2, yaitu rendah hati, rela berkurban untuk orang lain, peduli kepada mereka yang lemah,
jujur, rajin, tulus, pengampun, tidak membeda-bedakan orang lain dan dapat dipercaya.