Untuk Mengetahui Adanya Suatu Tindak Pidana Melalui
Untuk Mengetahui Adanya Suatu Tindak Pidana Melalui
1. LAPORAN
2. PENGADUANA
3. TERTANGKAP TANGAN
4. DIKETAHUI SENDIRI MELALUI MEDIA/
DIBICARAKAN ORANG YG AKHIRNYA
PENYIDIK TAHU
Untuk mengetahui adanya suatu tindak pidana adalah melalui
• Laporan, yaitu pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau
kewajibannya berdasarkan UU kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau
sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana (Pasal 1 butir 24 KUHAP)
N
Faktor Laporan Pengaduan
o
1. Isinya Pemberitahuan yang Pemberitahuan disertai permintaan
telah, sedang, akan
terjadi peristiwa
pidana
2. Jenis Tindak Pidana Semua Jenis pidana Hanya yang tergolong tindak pidana
aduan (Pasal 27 KUH Perdata, Pasal
284, 287, 293, Bab XVI-XVII, Pasal 332,
367, 369, KUHP)
3. Waktu pengaduan Setiap waktu Tenggang waktu ditentukan (Pasal 74
KUHP: 6 bln di Indo dan 9 bln LN)
4. Pihak yang berhak Setiap orang Orang-orang tertentu (Pasal 72-73
KUHP)
5. Proses tindakan Tidak dapat dicabut Dapat dicabut kembali (Pasal 75
kembali KUHP: 3 bln sjk di adukan)
Pasal 284 KUHP
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
l. a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel), padahal diketahui bahwa pasal 27 BW
berlaku baginya,
b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku
baginya;
2. a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah
kawin;
b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui olehnya
bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku baginya.
(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar, dan bilamana bagi mereka
berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah-meja
dan ranjang karena alasan itu juga.
(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.
(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai.
(5) Jika bagi suami-istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan belum diputuskan
karena perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.
Pasal 72 KUHP
(1) Selama orang yang terkena kejahatan yang hanya boleh dituntut atas pengaduan, dan orang itu umurnya belum
cukup enam belas tahun dan lagi belum dewasa, atau selama ia berada di bawah pengampuan yang
disebabkan oleh hal lain daripada keborosan, maka wakilnya yang sah dalam perkara perdata yang berhak
mengadu;
(2) Jika tidak ada wakil, atau wakil itu sendiri yang harus diadukan, maka penuntutan dilakukan atas pengaduan
wali pengawas atau pengampu pengawas, atau majelis yang menjadi wali pengawas atau pengampu
pengawas; juga mungkin atas pengaduan istrinya atau seorang keluarga sedarah dalam garis lurus, atau jika
itu tidak ada, atas pengaduan seorang keluarga sedarah dalam garis menyimpang sampai derajat ketiga.
Pasal 73 KUHP
Jika yang terkena kejahatan meninggal di dalam tenggang waktu yang ditentukan dalam pasal berikut maka
tanpa memperpanjang tenggang itu, penuntutan dilakukan atas pengaduan orang tuanya, anaknya, atau
suaminya (istrinya) yang masih hidup kecuali kalau ternyata bahwa yang meninggal tidak menghendaki
penuntutan.
Pasal 75 KUHP
Orang yang mengajukan pengaduan, berhak menarik kembali dalam waktu tiga bulan setelah pengaduan
diajukan.
1. Laporan Polisi ( LP )
2. Surat Tanda Terima Laporan Polisi ( STTPLP )
3. Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP)
4. Surat Keterangan Tanda Lapor Kehilangan ( SKTLK )
5. Surat Keterangan Catatan Kepolisian ( SKCK )
6. Surat Tanda Terima Pemberitahuan ( STTP )
7. Surat Keterangan Lapor Diri ( SKLD )
8. Surat Ijin Keramaian
9. Surat Rekomendasi Ijin Usaha Jasa Pengamatan
10. Surat Ijin Mengemudi ( SIM )
11. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor ( STNK )
• pengaduan melalui telepon melalui 110, di dalam Pasal 11 huruf a
Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat
(Perkap 3/2015) diatur bahwa Kepolisian membuka dan menyediakan
akses komunikasi informasi tentang keluhan masyarakat yang ingin
melapor melalui call centre Polri 110, NTMC (National Traffic Manajement
Centre), dan TMC (Traffic Manajement Centre). Layanan 110 ini sama
seperti halnya layanan 911 yang berlaku di mancanegara, terutama di
kota-kota besar.
• Hal yang sama juga disampaikan melalui laman Call Center Polri 110
POLRI, dimana masyarakat yang nantinya melakukan panggilan ke nomor
akses 110 akan langsung terhubung ke agen yang akan memberikan
layanan berupa informasi, pelaporan (kecelakaan, bencana, kerusuhan,
dll.) dan pengaduan (penghinaan, ancaman, tindak kekerasan dll)
Masyarakat bisa menggunakan layanan call center 110 secara gratis.
Namun demikian, Polri menghimbau agar layanan 110 ini tidak dibuat
main-main, karena jika nantinya terjadi seperti itu, pihak Polri tentu akan
melacak masyarakat yang membuat laporan bohong.
• Layanan Contact Center 110 POLRI ditujukan untuk
memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat terhadap
terselenggaranya layanan keamanan publik. Penyelenggaraan
layanan contact center, telah disiapkan sebuah sistem aplikasi
yang dapat memungkinkan pencatatan /perekaman setiap
interaksi Polri & masyarakat, sehingga dimungkinkan
pengendalian response kebutuhan masyarakat terhadap Polri.
Sistem tersebut membuka saluran via : telepon, sms, email,
fax dan media sosial yang didukung oleh jaringan Telkom
Group di Indonesia.
• Polri telah melaunching aplikasi Polisiku, yaitu aplikasi
perantara bantuan polisi kepada masyarakat yang dapat
didownload di android play store dan apple app store.
• Aplikasi PolisiKu memiliki fitur antara lain :
1. Mencari pos polisi dan teleponnya di seluruh Indonesia
2. Melakukan pengaduan masyarakat
3. Memberikan aspirasi melalui fitur Halo Polisi
4. Fitur samsat online
5. Serta sebagai sarana penyaluran informasi dari Humas Polri
kepada masyarakat
• Kedepannya Polri akan terus mengembangkan aplikasi
Polisiku sebagai aplikasi bantuan layanan polisi tersentralisasi
dan nasional. Sehingga masyarakat tidak perlu menginstall
banyak aplikasi untuk mengakses layanan-layanan polisi.
Fungsi SPKT lainnya :
1. Pengkoordinasian dan pemberian bantuan serta pertolongan,
anatra lain penanganan tempat kejadian perkara ( TKP )
meliputi tindakan pertama di TKP ( TPTKP ) dan pengolahan
TKP, turjawali (pengaturan jalan dan pengawalan lalu-lintas),
dan pengamanan;
2. Pelayanan masyarakat antara lain melalui telepon, pesan
singkat, faksimili, internet ( jejaring sosial ), dan surat;
3. Penyajian informasi umum yang berkaitan dengan
kepentingan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.