Anda di halaman 1dari 20

PENYELESAIAN METODE

ADJUSTMENT

Program Studi Teknik Geodesi


Universitas Diponegoro
Semarang, 2012
PENDAHULUAN
 Dalam survei dan pemetaan, setiap pengamatan yang
dilakukan selalu terdapat hubungan geometrik yang
dapat membentuk suatu persamaan.
 Misalkan pada pengamatan sudut dan jarak, terdapat
suatu hubungan geometrik, sehingga membentuk
persamaan koordinat.
 Atau pada pengamatan beda tinggi, terdapat suatu
hunbungan geometrik, sehingga membentuk persamaan
ketinggian suatu titik.

(Ghilani & Wolf, 2006 : 173)


PENDAHULUAN
 Perhatikan gambar berikut.

αAB
B
X B  X A  d AB sin  AB
A dAB
YB  YA  d AB cos  AB
YB
YA
XA

XB
PENDAHULUAN

 Perhatikan gambar berikut

S5
S6 S4
S1 + S2 + S3 + S4 + S5 + S6 = 360º
S3
S1
S2
PENDAHULUAN
 Perhatikan gambar berikut

HB = HA + ∆hAB
∆hAB

HB
HA
A B
PENDAHULUAN
 Hubungan geometris tersebut, dapat digunakan untuk
menyelesaikan persoalan perhitungan geodesi dengan
metode adjustment.
 Berdasarkan hubungan geometrisnya ada 3 metode
adjustment yang dapat digunakan, yaitu :
- Metode Kondisi,
- Metode Parameter, dan
- Metode Kombinasi
METODE KONDISI
 Prinsipnya persamaan yang dibentuk harus memenuhi
syarat geometris maupun matematis.
 Misalakan jika kita melakukan pengukuran poligon,
jumlah sudut seluruh titik yang kita ukur harus
berjumlah 360º.
 Atau pada pengkuran beda tinggi, jumlah seluruh hasil
pengukuran beda tinggi, jika kembali ke titik yang sama
akan berjumlah nol.
Contoh

 Perhatikan gambar berikut.

dh2
dh1

dh1 + dh2 + dh3 + dh4 = 0


dh3

dh4
MEMBENTUK PERSAMAAN KONDISI

 Dalam membentuk persamaan kondisi, perhatikan


jumlah pengukuran (n) dan jumlah minimum
pengukuran (u)
 Dimana jumlah pengukuran harus lebih besar dari
jumlah minimum pengukuran (n>u).
 Dan jumlah persamaan yang terbentuk (r) adalah hasil
pengurangan dari jumlah pengukuran dan jumlah
minimum pengukuran (r=n-u)
Contoh soal

 Perhatikan gambar berikut, diketahui tinggi titik A, akan


dicari tinggi titik B, C, dan D

B
dh2
dh1 C
dh5 n=5

dh3 u=3
A
r=n–u=5–3=2
dh4 D
Persamaan yang terbentuk

 dh1 + dh5 – dh4 = 0


 dh2 + dh3 – dh5 = 0

 dh1 + V1 + dh5 + V5 – dh4 – V4 = 0


 dh2 + V2 + dh3 + V3 – dh5 – V5 = 0

 Kemudian selesaikan persamaan di atas dalam


bentuk matriks, dengan bentuk persamaan :
BV+W=0
METODE PARAMETER

 Prinsipnya setiap pengukuran akan menjadi satu


persamaan.
 Setiap persamaan yang dibentuk ditentukan oleh
besarnya nilai parameter.
 Misalkan pada pengukuran jarak poligon, parameternya
adalah koordinat titik awal dan koordinat titik akhir dari
jarak tersebut.
 Atau pada pengukuran beda tinggi, parameternya adalah
tinggi titik awal dan tinggi titik akhir dari beda tinggi
tersebut.
Contoh

 Perhatikan gambar berikut

∆hAB = HB – HA
∆hAB

HB
HA
A B
MEMBENTUK PERSAMAAN PARAMETER

 Dalam membentuk persamaan parameter, perhatikan


jumlah pengukuran (n) dan jumlah parameter yang akan
ditentukan (u)
 Dimana jumlah pengukuran harus lebih besar dari
jumlah parameter yang akan ditentukan (n>u).
 Dan jumlah persamaan yang terbentuk (r) adalah sama
dengan jumlah pengukuran (r = n).
 Semakin besar jumlah pengukuran dibandingkan dengan
jumlah parameter yang akan ditentukan, hasilnya akan
semakin baik.
Contoh soal

 Perhatikan gambar berikut, diketahui tinggi titik A, akan


dicari tinggi titik B, C, dan D

B
dh2
dh1 C n=5
dh5
u=3
dh3
A Jadi jumlah persamaan yang
dh4 terbentuk adalah 5
D
Persamaan yang terbentuk

 dh1 = HB – HA
 dh2 = HC – HB
 dh3 = HD – HC
 dH4 = HD – HA
 dH5 = HD – HB

 dh1 + V1 = HB – HA
 dh2 + V2 = HC – HB
 …
 dH5 + V5 = HD – HB
 Kemudian selesaikan persamaan di atas dalam bentuk
matriks, dengan bentuk persamaan umum :
V=AX+L
METODE KOMBINASI

 Metode kombinasi merupakan perpaduan antara,


metode kondisi dengan metode parameter.
 Dimana faktor syarat geometris dan faktor parameter
yang ditentukan dimasukkan dalam satu persamaan.
MEMBENTUK PERSAMAAN KOMBINASI

 Dalam membentuk persamaan kombinasi, perhatikan :


- Jumlah pengukuran (n)
- Jumlah minimum pengukuran (n0)
- Jumlah parameter yang akan ditentukan (u)
- Jumlah persamaan yang terbentuk (r).
 Dimana jumlah pengukuran harus lebih besar dari
jumlah parameter yang akan ditentukan (n>u) dan lebih
besar dari jumlah minimum pengukuran (n>n0).
 Dan jumlah persamaan yang terbentuk adalah :
r = n – n0 + u
Contoh soal
 Perhatikan gambar berikut, diketahui tinggi titik A, akan
dicari tinggi titik B, C, dan D

B
dh2
dh1 C n=5
dh5
n0 = 3
dh3
A u=3
dh4 D R = n – n0 + u = 5
Persamaan yang terbentuk

 dh1 + dh5 – dh4 = 0


 dh2 + dh3 – dh5 = 0
 dh1 – HB + HA = 0
 dh4 – HD + HA = 0
 dh1 + dh2 – HC + HA = 0

 dh1 + V1 + dh5 + V5 – dH4 – V4 = 0


 …
 dh1 + V1 + dh2 + V2 – HC’ – dHC + HA = 0

 Kemudian selesaikan persamaan di atas dalam bentuk


matriks, dengan bentuk persamaan umum :
BV+AX+W=0

Anda mungkin juga menyukai