Anda di halaman 1dari 52

MANAJEMEN FT

PADA BRAIN
INJURY AND
SPINAL CORD
BRAIN INJURY
Pendahuluan

Cedera kepala pada anak merupakan penyebab kematian dan cacat yang tinggi.
Kurang lebih 25% cedera yang dapat meneybabkan kematian pada anak disebabkan
oleh cedera kepala (Huttlenlocher, 1987; Evans, 1987). Di Inggris jumlah anak yang
masuk ke rumah sakit karena cedera kepala meningkat 6 kali dalam 20 tahun yang
terakhir (Menkes, 1985). Menurut Blaskey setiap tahun terdapat 200.000 anak yang
dirawat karena cedera kepala dan diperkirakan 15.000 anak memerlukan perawatan
jangka panjang. Pada anak dengan cedera kepala yang berat ± 50% mempunyai gejala
sisa neurologik dan ± 2%-5% meninggalkan cacat yang berat.
Anatomi
1

 Otak manusia kira-kira merupakan 2 % dari berat badan
orang dewasa . Otak menerima 20% dari curah jantung
dan memerlukan 20 % pemakaian oksigen tubuh.
 Metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinu
tanpa masa istirahat.
 Fungsi otak sbg pusat integrasi dan koordinasi organ-
organ sensorik dan sistem efektor perifer tubuh, dan fungsi
sebagai pengatur informasi, simpanan pengalaman, impuls
yang keluar dan tingkah laku.
Pengertian
◉ Traumatic Brain Injury (TBI, disebut juga cedera intracranial)
terjadi ketika ada benturan atau trauma dari luar yang
menyebabkan cedera otak .

• CEDERA kepala traumatik didefinisikan sebagai kelainan


nondegeneratif (bukan proses penuaan) dan nonkongenital
(tidak diturunkan) yang terjadi pada otak.
Etiologi
Jenis cedera yang dapat menyebabkan kerusakan kepala dan jaringan
otak sangat bervariasi dari tekanan yang paling ringan sampai kecelakaan
lalu lintas. Pada anak kurang dari 4 tahun cedera kepala sering disebabkan
oleh jatuh dari meja, kursi, tangga, tempat tidur dan lain-lain. Sedangkan
pada anak yang lebih besar sering disebabkan oleh mengendarai sepeda
atau karena kecelakaan lalu lintas (McLaurin RL and Towbin R, 1990).

Cedera kepala paling sering ditemukan pada anak-anak yang berumur


kurang dari 1 tahun dan pada remaja diatas 15 tahun, serta lebih
banyak terjadi pada anak laki-laki.Setiap cedera kepala berpotensi
menimbulkan akibat yang serius, karena itu setiap anak yang
mengalami cedera kepala sebaiknya diperiksa secara seksama.
Berdasarkan derajat keparahan penyakit, maka Traumatic
Brain Injury dikelompokkan berdasarkan tingkat kesadaran
seseorang menurut Glasgow Coma Scale, (GCS) yaitu:

1. TBI Berat :
GCS <8

2. TBI Sedang:
GCS 9-12

3. TBI Ringan :
GCS >13
◉ TBI sedang – berat terjadi kurang lebih 10% dari keseluruhan kasus cedera
Kepala, menimbulkan komplikasi seperti perdarahan intrkcranial, fraktur
tulang tengkorak, edema (pembengkakan) dan herniasi otak.

◉ Perdarahan intracranial dan edema akan menyebabkan meningkatan


tekanan intracranial yang akan merusak otak lebih luas lagi.  Peningkatan
tekanan ini akan meimbulkan herniasi otak.

◉ TBI ringan merupakan mayoritas kasus Cedera Kepala (85%-90%).
Karakteristik gejala adalah: sakit kepala, pusing, kesadaran tidak atau
kurang menurun, sehingga perhatian terhadap TBI ringan kurang.
Ternyata pada TBI ringan ini tetap timbul nekrosis setelah terjadi trauma
atau benturan keras yang juga menimbulkan kesulitan dalam
berhubungan social, aktifitas sehari-hari, gangguan emosi dan performa
akademik.

◉ Proses penyembuhan TBI sangat tergantung dari tipe, lokasi, kerusakan


otak yang menetap atau tidak dan variasi tiap individu dalam
mengorganisasikan kerja otak. Ha ini dapat terlihat dari performa anak di
sekolah.
Jika anak menderita cedera kepala, hal penting untuk diketahui
orangtua agar anak cepat dibawa ke rumah sakit

Anak tidak Kesadaran


langsung menurun: mulai Anak mual
menangis dari mengantuk dan muntah.
setelah terjadi sampai koma.
benturan.
Monitor anak selama 3 hari, jika
Sample
salah satu gejalaThis
di atas text
muncul, Sakit kepala yang hebat dan

In xt h
se e
te
is a sample text. semakin memberat.

ed
rt re
cepat bawa
Insertke rumah
desiredsakit.

ir
yo .

es
ur
your text here.

re r d
d

he ou
es
ire

xt t y

.
te ser
d

In
Sample text

Pola pernafasan tidak seperti


Rasa lemah, baalSample text Sample text

In xt h
se e
atau kejang

te
ed

rt re
biasa text.
(lebih cepat, lebih

yo .
sir

pada bagian anggota tubuh. text.


This is a sample This is a sample

ur
e
re r d

de
Insert yourlambat, tidak
here.teratur).
he ou

Insert your desired text here. desired text

sir
xt t y

ed
te ser
In

◉ Perubahan fisik, perilaku, atau mental yang mungkin dihasilkan dari
trauma kepala tergantung pada area otak yang mengalami cedera.

◉ Cedera kepala tidak hanya berdampak secara fisik, seperti luka,


perdarahan, koma dsb. Tetapi juga bisa berdampak psikologis, seperti
gangguan dalam hubungaan sosial, emosi, prilaku.  Jika cedera
terdapat di lobus frontalis, maka terjadi gangguan dalam fungsi
eksekutif (berpikir) dan atensi, jika mengenai lobus temporalis maka
akan menimbulkan penurunan dalam proses belajar dan memori. Hal
ini menyebabkan penurunan dalam performa akademik anak.
Pemeriksaan segera setelah cedera
 Memar
 Tanda fraktur basis kranii
o Hematom preorbital bilateral
o Hematom Subkonjungtiva darah mengalir dari orbita
o Keluarnya cairan serebrospinal dari telinga
o Tingkat kesadaran
o Pemeriksaan Neurologis Menyeluruh
Pemeriksaan penunjang

Radiografi
CT-Scan
Treatment

Medikamentosa
Bedah
( Antikonvulsan, Bolus
(Ekstrakranial dan Manitol, Antibiotik
Intrakranial) Profilaksis)
Komplikasi

◉ Koma
◉ Seizure
◉ Infeksi
◉ Kerusakan saraf
◉ Hilangnya kemampuan kognitif
SPINAL CORD
INJURY

Spinal Cord Injury (SCI) didefinisikan sebagai lesi
traumatik akut elemen saraf dari kanal tulang
belakang, termasuk sumsum tulang belakang dan
cauda equina, yang menghasilkan defisit sensorik,
motorik, atau disfungsi kandung kemih sementara atau
permanen (Oteir et al, 2014).
Tipe paralisis
Tipe paralisis
1. Hemiplegi

Hemiplegi berasal dari bahasa yunani yaitu “hemi” yang berarti setengah
dan “plegia” yang berarti kelumpuhan. Jadi, hemiplegi adalah
kelumpuhan yang dialami oleh salah satu sisi dari bagian tubuh.

◉ Hemiplegi berarti kelumpuhan total dari satu sisi tubuh termasuk


lengan dan kaki
Etiologi hemiplegi

1. vaskular; hemoragic cerebri, stroke,neuropati


diabetic
2. Invektif; ensefalitis, meningitis, dan abses otak
3. Neoplastik; glioma, meniglioma
4. Genetic; cerebral palsy
5. Diseminata; multiple sclerosis
Tanda dan gejala

 Mati rasa
 Perasaan kesemutan
 Perubahan penglihatan
 Kesulitan berbicara (afasia)
 Masalah keseimbangan
 Gangguan metabolisme
Patofisiologi

◉ Hemiplegi paling banyak terjadi karena adanya rupture arteri yang


memperdarahi korteks motoric primer. Darah yang seharusnya
berada di dalam arteri merembes keluar sehingga mengurangi
suplai nutrisi terutama suplai oksigen, hal itu yang memungkinkan
sel saraf mengalami kematian yang dapat menyebabkan
kelumpuhan lesi.
2. Paraplegi

Paraplegi adalah kondisi dimana bagian tubuh (ekstremitas bawah)


mengalami kelumpuhan atau paralysis yang disebabkan Karena lesi
transversal pada medulla spinalis.

Epidemiologi
Diperkirakan terjadi sekitar 10.000 kasus cedera medulla spinalis dalam
setahun di AS, terutama pada pria muda yang belum menikah. Dari jumlah
diatas, penyebab terbanyak karena kecelakaan mobil. Diikuti karena terjatuh,
luka tembak dan cedera olahraga. Penyebab traumatic yang paling sering
menyebabkan paraplegi adalh tumor tulang belakang
Etiologi

 Cedera tulang belakang


 Multiple sclerosis
 Spina bifida
 Herediter
 Kanker tulang belakang

Gejala
• Mati rasa
• Kesulitan menggerakkan otot panggul, kedua kaki, dan beberapa
bagian tubuh bawah
3. Quadraplegi
Tetraplegia atau yang biasa dikenal dengan Quadriplegia adalah
kondisi hilangnya gerakan sadar dan hilangnya sensasi pada
keempat ekstremitas.
Biasa juga dikenal dengan tetraplegia, merupakan kelumpuhan
yang disebabkan oleh penyakit atau cedera pada manusia yang
mengakibtkan hilangnya sebagian atau seluruh penggunaan
keempat anggota gerak dan trunk pun ikut mengalami gangguan

Epidemiologi
Sekitar 15-20% dari populasi spasticity. Ada sekitar 5000 serviks
cedera sumsum tulang belakang per tahun di AS.
Etiologi

 Kerusakan pada otak atau sumsum tulang belakang


 Trauma (kecelakaan mobil, jatuh atau cedera saat
berolahraga)
 Penyakit (myelitis tranversa, multiple sclerosis atau polio)
 Kelainan bawaan (distrofi otot)
Gejala

◉ Inkontinensia usus dan kemih


◉ Gangguan pencernaan
◉ Kesulitan berbafas
◉ Mati rasa dan kurang sensasi
◉ Otot kaku terutama pada tangan dan kaki
◉ Tidak dapat menggerakkan atau merasakan area yang
terpengaruh
Manajemen ft
Nama

Anamnesis umum

: Nona
Umur : 4 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln Sahabat
Agama : Islam
Hobi : --

Anamnesis
Khusus
 Khusus
o Keluhan utama : Kelemahan pada kedua tungkai tidak bias di
gerakkan
o Sifat keluhan : Lumpuh pada sesisi tubuh, badan lemah dan
cepat lelah, tidak bisa merasakan apa-apa .
o Sejak kapan : 1 minggu yang lalu (akut)
o Riwayat trauma : Kecelakaan mobil
o Konsul ke Dokter : Ya...di rujuk ke fisioterapi
ANAMNESIS Khusus

◉ Bagaimana kekuatan otot pada tungkainya? terasa lemah


dan tidak bisa digerakkan
◉ Bisa buang air kecil atau tidak ? Tidak bisa
◉ Apakah pernah kecelakaan / jatuh yang mengenai tulang 
belakang ? Pernah mengalami kecelakaan
◉ Apakah ada penyakit lain seperti Tumor ? Infeksi ?
Gangguan vaskuler ? Saya rasa tidak ada
INSPEKSI
◉ Statis
oMenggunakan kursi roda
o Tidak nampak tonus

◉Dinamis
oTidak ada pergerakan tungkai bawah
Pemeriksaan Spesifik
◉ Palpasi :semua otot-otot ditungkai dan bandingkan antara kiri dan
kanan
Tes kekuatan otot : nilai 2
◉ Tes tonus
◉ Tes sensorik ◉ Tes refleks
1. Tes rasa posisi ◉ Tes kesadaran/kognitif
sederhana/psikis sederhana
2. Tes rasa gerakan ◉ Vital sign
3.Tes rasa beda titik TD : 150/90mmHg
DN : 76x/menit
Pernafasan : 32x/mnt
Suhu : 37derajat
Pemeriksaan penunjang

MRI
LAB
PEMERIKSAAN PENUNJANG

◉ RO                          :  Ditemukan fraktur vertebrae

◉ Laboratorium   :
a) Darah  :  Tidak spesifik
b)Urine   :  Ada infeksi, sehingga leukosit dan eritrosit
meningkat

Sistem Sensorik
Untuk menentukan level dari 
paraplegia terutama digunakan
sistem sensoris.
Penilaian kekuatan otot :
Nilai Kontraksi Persentase
0 Tidak ada
1 Ada, tanpa gerakan yang 0 – 10 %
nyata
2 Dapat menggeser / 11 – 25 %
menggerakkan lengan
tanpa beban dan tahanan

3 Dapat mengangkat lengan 26 – 50 %


melawan gaya berat dan
tanpa tahanan

4 Dapat mengangkat lengan 51 – 75 %


dengan tahanan ringan

5 Dapat mengangkat lengan 76 – 100 %


melawan gaya berat
dengan beban tahanan
berat
REFLEKS

b. Reflek Patologik
Reflek patologik yang sering diperiksa di dalam klinik
ialah “Ekstensor Plantar Response” atau tanda Babinski.
METODE-METODE PERANGSANGAN :
1. Refleks Chaddock
Penggoresan terhadap kulit dorsum pedis pada bagian lateralnya
atau penggoresan terhadap kulit di sekitar malcolus eksterna.
2. Refleks Oppenheim
Pengurutan dari proksimal ke distal secara keras dengan jari
telunjuk dan ibu jari tangan terhadap kulit yang menutupi os. telunjuk
dan ibu jari tangan terhadap kulit yang menutupi os. tibia atau
pengurutan itu dilakukan dengan menggunakan sensi interfalangeal
jari telunjuk dan jari tengah dari tangan yang mengepal.
METODE-METODE PERANGSANGAN :
3. Refleks Gordon
Cara membangkitkan Ekstensor Plantar Response ialah
dengan menekan betis secara keras.
4. Refleks Scaeffer
Cara membangkitkan respon tersebut adalah dengan
menekan tendon Achilles secara keras.
METODE-METODE PERANGSANGAN :

5. Refleks Bing
Dibangkitkan dengan memberikan rangsangan tusuk pada
kulit yang menutupi metatarsal kelima.

DIAGNOSA
FISIOTERAPI

Gangguan aktivitas fungsional gerak


dan sensoris ekstremitas inferior
akibat paraplegia karena cedera L1
stadium akut 1 minggu yg lalu.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI FASE AKUT

◉ Menjaga Fungsi Respirasi


◉ Breathing exercise, strenthening, stretching, chest PT.
◉ Perubahan Posisi
◉ Pencegahan pressure sores, kontraktur, inhibisi spastisitas
◉ ROM exercise & penguluran dan penguatan bagian yang sehat
◉ Orientasi pada posisi vertikal sedini mungkin setelah cedera stabil
◉ Perhatian terhadap gerak yang boleh & tidak boleh.
◉ Support mental
PROGRAM FISIOTERAPI

No Problem FT Modalitas Metode/Tekhnik Dosis


Terpilih
1 Penurunan rasa Komunikasi Tanya Jawab, F = 3x sehari
percaya diri Terapeutik Mendengarkan, Motivasi, I = Penderita fokus
Visualisasi M= Kontak langsung
T = 1-2 menit
2. Respiratory Problem Breathing Abdominal & Diafragma F = 3x sehari
Exercise, breathing, I = 6 x pengulangan dan
Aktivitas deep inspirasi
fungsional T = 3 menit
meniup
No Problem FT Modalitas Terpilih Metode/Tekhnik Dosis

3. Pressure Sores Perubahan Posisi supine/sidelying/ F = 6x sehari


pronelying/sitting/sta I = 2 jam/posisi
nding M= Padding Position
T = 2 jam/posisi
No Problem FT Modalitas Terpilih Metode/Tekhnik Dosis
4. Penurunan Tonus Aproximasi F = 3x sehari
(Flaccidity) I = 6-10
gerakan/sendi
T = 30 s/sendi
Muscle Belly F = 3x sehari
Fascilitation I = 6-10 gerakan/
muscle belly
M= prime mover
muscle
T = 3-5 menit
Passive Exercise Relax Passive Exercise F = 3x sehari
I = 3x/gerakan
T = 15 –
30s/gerakan
Strenthening Assisted Active, Free F = 3x sehari
Active I = 3x/gerakn
T = 5 menit
No. Problem FT Modalitas Terpilih Metode/Tekhnik Dosis
5. Penurunan Exercise Strenthening F = 3x sehari
Kekuatan & exercise, PNF I = 2x
Ketahanan otot pengulangan+
tahanan
minimal-
moderate
T= 2-3
menit/posisi
6. Penurunan Stabilizing Exercise Sitting and F = 3x sehari
Ketidakstabilan Standing Stability I = 2x
pengulangan/
posisi
M= Sitting,
standing
T= 2-3 mnt/posisi
THANKS!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai