Anda di halaman 1dari 35

PARADIGMA BARU:

MENGULIK KARYA SASTRA,


MENGEMBANGKAN KARAKTER:

Rita Inderawati
Universitas Sriwijaya

KULIAH PAKAR KESUSASTRAAN


FKIP UNIVERSITAS PALANGKARAYA
12 SEPTEMBER 2022
… sastra diajarkan hanya sampai sekolah
menengah atas dan hanya pada pelajaran bahasa dan
sastra saja. Ketika melanjutkan ke jenjang pendidikan
tinggi, tidak ada lagi kesempatan bagi mahasiswa
untuk mengapresiasi karya sastra kecuali atas inisiatif
sendiri sebagai bagian dari kegemaran membaca.
Mungkin juga tidak banyak mahasiswa yang
meluangkan waktu untuk itu sehingga tidak
mengherankan bila apresiasi karya sastra menjadi
eksklusif bagi mahasiswa yang bergelut di bidang
sastra murni atau pendidikan bahasa dan seni
(Inderawati, 2010a).
“Gejolak dan berbagai fenomena yang terjadi di kalangan
pelajar menyudutkan dunia pendidikan yang gagal
menghantarkan peserta didik menjadi manusia yang
berkarakter. Saat ini percarian terhadap model pembelajaran
yang mampu mengembangkan kepribadian dan
menajamkan afeksi siswa sedang digalakkan. Seluruh
elemen bangsa berupaya di bidangnya masing-masing
menemukan cara yang efektif menghasilkan SDM yang
bermental dan bermoral baik.”
Paradigma
Baru?

Paradigma Lama yang


Mana?
PAST vs. NOW
OLD PARADIGM, BUT STILL USED NOW:
PENDEKATAN STRUKTURALISME

How
human- ism
is the new
paradigm
 Rosenblatt (1978:22-47) ,
“To teach literature
correctly is to emphasize
the aesthetic stance and to
de-emphasize the efferent.”
E
F
T
D E F
I R
B
A B E
C
A
A
W
R
A E
N
T
AESTHETIC
TERINTERNALISASI
LEBIH DARI DIBACA
Character Building in Indonesia Context

LOVE GOD &


RESPONSIBLE JUSTICE &
ALL
& DISCIPLINE LEADERSHIP
CREATURES

CONFIDENT,
CARING, RESPECT &
CREATIVE, &
EMPATHY POLITE
HARD WORK

TOLERANT,
KIND &
PEACEFUL,
HUMBLE
HONEST
UNITY
RRS
&VSR
RESPONS PEMBACA
Reader Response Strategy
(Beach & Marshall, 1991)

 Merinci
 Menafsirkan
 Memahami
 Menjelaskan
 Menghubungkan
 Menyertakan
 Menilai

COGNITIVE DOMAIN
AFFECTIVE DOMAIN
Describing and Interpreting
Responses

Describing Interpreting
1. The Characters 1. The characters’
2. The setting action
3. The plot
4. The point of view
2. The essential
5. The style
word
6. The theme
Con’t
Conceiving and Explaining

Conceiving Explaining

Make a sense
Explain the
of the
characters’
characters’
action
action
Con’t Connecting, Engaging, and Judging
Responses
Connecting Engaging
1. Experience 1. Feeling
2. Other story 2. Thought
3. Imaginatio
books n
3. Film
4. Social life Judging
5. Culture 4. The plot
6. Religion 5. The
author
6. The moral
values
2. Melibatkan Perasaan, Pikiran, dan Imajinasi
“Saya bisa merasakan apa yang tokoh utama cerita rasakan sebagai
pengendara emberdi musim dingin. Saya bahkan bisa merasa sangat
lapar karena tidak ada yang bisa dimakan. Saya juga akan berpikir
seperti yang dia pikirkan, yaitu mengunjungi toko yang menjual batu
bara. Seandainya saya menjadi orang tua yang hampir membeku itu dan
membutuhkan bantuan, saya akan melakukan hal yang sama. Saya akan
menemui pemilik toko batu bara dan berharap diberi beberapa batu bara
yang akan saya bayar ketika saya punya uang setelah musim dingin
berakhir. Jika saya adalah pria pengendara ember itu, saya akan
tertatih-tatih ke rumah pedagang batu bara dan memohon bantuannya.
Kasihan si pengendara ember karena wanita kaya istri pedagang batu
bara itu sama sekali tidak mau membantunya. Dia bahkan pura-pura
tidak melihat. Saya sangat membenci wanita itu. "

“I can feel what the main character of the story feels as a cold bucket rider. I could even feel
intense hunger because there was nothing to eat. I will also think like he thought, namely visiting
a shop that sells the coal. Had I been an old man who was very cold and needed help, I would
have done the same. I'm going to meet the coal shop owner and hope to be given some coal
which I will pay for when I have the money after winter ends. If I had been that bucket-riding man,
I would have limped off to the coal dealer ’s house and begged him for help. I feel sorry for the
bucket driver because the rich woman who is the coal dealer wife didn't want to help him at all.
She even pretended not to see. I really hate that woman. "
INQUIRIES ON RRS

Handbook of Reading Research by Barr (1991)


INQUIRIES ON RRS IN INDONESIA
Sastra mengembangkan kepribadian pembaca.

Setelah membaca karya sastra, subjek penelitian menanggapi positif


pertanyaan mengenai kemungkinan sastra diajarkan di seluruh fakultas
(89% dari 436 mhs)
Tanggapan positif responden terhadap fungsi sastra yang sangat
disadari oleh pembaca di mancanegara untuk menumbuhkan kepribadian
yang berkarakter baik.
Kotller (1990) bahwa majunya suatu
bangsa ditentukan oleh nilai dan
karakter yang menjadi modal
kehidupan sosial dan berbangsa
dimana kualitas dan perilaku
masyarakat sebagai faktor budaya yang
menjadi modal sosial (social capital).
Nilai dan karakter menjadi kunci
sukses keberhasilan sebuah negara
yang ditentukan oleh sejauh mana
negara tersebut mempunyai budaya
yang kondusif untuk maju.

425 mahasiswa (97%) memiliki sikap yang positif terhadap


pernyataan no.#25, masyarakat di mancanegara rajin membaca karya
sastra untuk membangun karakter.
Tanggapan mahasiswa di tiga universitas tentang sastra
mengembangkan karakter dan pentingnya sastra diajarkan di
setiap fakultas

81 responden menghendaki sastra diajarkan di setiap fakultas


dengan cara membaca dan mengapresiasinya.
Visual Symbol Response
ALAN PURVES, et al (1990)

GRAPH: ILLUSTRATION:
Socio gram, story poster
map, card,
photo
diagram,
calligraphy collage

FILM / VIDEO: PERFORMANCE ART:

script, Dance, music,


animation, film, pantomime,
special effect tableaux
BERKARAKTER LEWAT MENCIPTA
STUDENTS’ PERSONAL RESPONSE

This response creativity falsifies the


assumption that literature only a
recitation subject
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai