Anda di halaman 1dari 16

KELEMBAGAAN

PERKOTAAN
PERKOTAAN
pergeseran urbanisasi
Jumlah Kota Menurut Tipologi Kota Tahun 2011-2050

Jumlah Kota metropolitan


70

tumbuh dengan cepat, disusul


60
oleh kota besar

50 Penurunan yang terjadi sangat


cepat ada pada kota menengah.
40
Sedangkan kota kecil tidak
menurun
30
Artinya terjadi pergeseran
kebutuhan tingkat pelayanan
20 pada kawasan perkotaan pada
10-15 tahun mendatang
10

0
2011 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Sumber : Bappenas - KSPPN
urbanisasi ke metropolitan
Proyeksi Jumlah Penduduk Kota di Indonesia
Menurut tipologi Kota Tahun 2011-2050

80
Perkembangan penduduk
70
perkotaan terjadi terutama di
wilayah Metropolitan,
60
sedangkan pada kota besar
justru mengalami penurunan.
50
Persentase (%)

40 Penurunan yang paling tajam


ada pada kota menengah.
30 Kawasan perkotaan kecil tidak
mengalami penurunan
20

Artinya terjadi ketidak


10
seimbangan sistem perkotaan
-
2011 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Sumber : Bappenas - KSPPN


profile perkotaan kini

KAWASAN PERKOTAAN DI INDONESIA

KOTA OTONOM
93 kota

11 IBU KOTA KABUPATEN


% 3% 11% 402 kota
26 KAWASAN BERCIRIKAN
PERKOTAAN DI KABU-
%
PATEN
48 219 kawasan
% KOTA BARU 91 kota

KAWASAN YANG DIREN-


CANAKAN MENJADI KOTA
BARU

24 kota
Dari sejumlah kawasan perkotaan tersebut, terdapat beberapa
diantaranya telah pula beraglomerasi membentuk 10 kawasan
perkotaan metropolitan.
sebaran kota kini dan yad
Sebaran kota 2010 Tipologi Kota 2011
Jumlah
Kota Sebaran kota metropolitan pada tahun
Metropolitan
Besar
11
2050 tanpa intervensi akan kembali
16
Sedang 56 membebani pulau jawa dan hanya
Kecil 11 sedikit tersebar di pulau-pulau lainnya

Jumlah
Sebaran kota 2050 Tipologi Kota 2050
Kota
Metropolitan 24
Besar 17
Sedang 47
Kecil 6

kemacetan lalulintas merupakan bagian


nyata dari perkotaan menengah-besar
Sumber : Bappenas - KSPPN dan metropolitan
Kebijaksanaan dan strategi Pengembangan
Perkotaan Nasional

Dalam pengembangan perkotaan, Pemerintah


dan Pemerintah Daerah wajib
mengembangkan sistem hierarki
perkotaan untuk mewujudkan distribusi fungsi
ruang nasional dan daerah. Yg mencakup
perkotaan kecil, perkotaan sedang,
perkotaan besar, perkotaan
metropolitan, dan perkotaan
megapolitan.

Pengitegrasian hierarki perkotaan nasional


yang bersifat lintas pulau, dan lintas
kementerian/lembaga, tertuang dalam
kebijakan dan strategi
pembangunan perkotaan nasional
(KSPPN).
KSPPN
Kebijakan dan strategi pembangunan perkotaan nasional (KSPPN)
menekankan pada roadmap pengembangan pada :
a. keintegrasian pembangunan perkotaan secara sosial, ekonomi, budaya,
dan jaringan infrastruktur antarperkotaan nasional yang mendukung
ketahanan nasional dan kesejahteraan masyarakat, dan mengurangi
ketimpangan antarwilayah;
b. pembangunan perkotaan berbasis pengembangan dan penguatan
individu perkotaan atau kelompok perkotaan dalam wilayah geografis
yang sama dengan berdasarkan pada klasifikasi perkotaan, status, peran,
dan fungsi setiap perkotaan terhadap wilayah kabupaten yang
melingkupinya; dan
c. pembangunan perkotaan dengan menekankan pada pemanfaatan
teknologi masa depan dan renewable energi yang ramah lingkungan
Perencanaan Pengelolaan

Perencanaan Pengelolaan Perkotaan


a. perencanaan penyediaan pelayanan

perkotaan sesuai dengan standard


pelayanan perkotaan; dan
b. perencanaan dan pengaturan aspek-
aspek strategis dalam pengelolaan
perkotaan.
UU 23 thd PP 14/2016
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya wajib melaksanakan
pengelolaan perkotaan dengan
memperhatikan kepentingan strategis
nasional

Perencanaan pengelolaan perkotaan


dilaksanakan secara terintegrasi dengan:
a. rencana tata ruang wilayah;
b. rencana detil tata ruang;
c. peraturan zonasi;
d. rencana kawasan permukiman; dan
e. rencana lingkungan hunian.

Keintegrasian perencanaan pengelolaan


perkotaan diselenggarakan sebagai
kesatuan rencana pembangunan
perkotaan nasional
Perencanaan pengelolaan perkotaan
meliputi:
• perencanaan penyediaan pelayanan
perkotaan sesuai dengan standard
pelayanan perkotaan;
• perencanaan dan pengaturan aspek-aspek
strategis dalam pengelolaan perkotaan

Dokumen Pengelolaan Perkotaan terdiri


atas:
• kebijakan dan strategi pengembangan dan
pengelolaan perkotaan;
• rencana keterpaduan penyediaan
pelayanan perkotaan sesuai dengan
standard pelayanan perkotaan; dan
• indikasi program pembangunan dan
pelayanan perkotaan.
Pengendalian
a. pemberian insentif untuk mendorong
pemanfaatan pelayanan perkotaan sesuai
cakupan dan jangkauan pelayanan perkotaan
b. pengenaan disinsentif untuk membatasi
pemanfaatan pelayanan perkotaan sesuai
dengan cakupan dan jangkauan pelayanan
perkotaan;
c. pengenaan sanksi terhadap setiap
pelanggaran penyelenggaraan pengelolaan
pelayanan perkotaan

Tim Pengendali Penyelenggaraan


Pengelolaan Perkotaan (TP4)
Hubungan Pengelola-penghuni

1. Hak2 perdata dan hak milik pembeli


jarang diberikan kepada warga
apart/rusun

2. Sertifikat unit banyak yang belum


ada walaupun sudah ber tahun2 .

3. Asset milik bersama tidak diserahkan


kepada warga.

4. Sertifikat induk/tanah tidak dibalik


nama

7. PBB tidak jelas, serta sertifikat


unit belum ada dengan pertelahan
dan npp juga belum ada.
Penghuni dan sarana

1. IPL/ service charge….mahal dan ditentukan


sepihak oleh pengembang serta tanpa laporan
keuangan.

2. Tarif parkir yang mahal padahal lahan parkir


milik warga apartemen…

3. Listerik mark up…mahal dan diatas tarif dasar


listerik PLN

4. Sinking fund tanpa laporan keuangan dan tidak


jelas penggunaannya. .

5. Asset milik bersama tidak diserahkan kepada


warga.

6. Sertifikat induk/tanah tidak dibalik nama..


Pengembang - Penghuni

1. Perubahan guna lahan pada perumahan secara sepihak, baik oleh


pengembang maupun oleh penghuni

2. Lahan PSU yang berub ah fungsi atau dialih tangankan

3. Pelayanan sarana dan prasarana setelah akhir masa pengembang

4. Peeubahan lahan gijau ubtujk komersial

5. Kesesuaian PSU terhadap standar pelayanan perkotaan


Pertumbuhan
Rumah Susun
1. Harga lahan diperkotaan semakin mahal
menuntut adanya efisiensi

2. Tumbuh rumah susun baik secara


private dengan tingkat kemewahan
tinggi, sampai dengan rumah susun
social.

3. Pemerintah mendorong Rusunawa yg


bersifat tanpa beli dan sewanya murah.

4. Kenyataan dilapangan hidup di


apartemen komersial tidak nyaman…
dipenuh dengan biaya2 bermacam2 dan
mahal/ tinggi
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai