Anda di halaman 1dari 11

The Major

Histocompatibility
Complex
Ester Setyaning Anjani Putri
1042011045
Pengertian
Major Histocompatibility Complex atau MHC adalah sekumpulan
gen yang ditemukan pada semua jenis vertebrata. Gen tersebut
terdiri dari ± 4 juta bp yang terdapat di kromosom nomor 6 manusia
dan lebih dikenal sebagai kompleks antigen leukosit manusia
(HLA). Protein MHC yang disandikan berperan dalam mengikat dan
mempresentasikan antigen peptida ke sel T.
Struktur protein MHC
Protein MHC kelas I
1. Protein MHC kelas I ditemukan pada semua permukaan sel berinti
2. Protein ini bertugas mempresentasikan antigen peptida ke sel T sitotoksik (Tc)
yang secara langsung akan menghancurkan sel yang mengandung antigen asing
tersebut.
3. Protein MHC kelas I terdiri dari dua polipeptida, yaitu rantai membrane
integrated alfa (α) yang disandikan oleh gen MHC pada kromosom nomor 6, dan
non-covalently associated beta-2 mikroglobulin(β2m).
4. Rantai α akan melipat dan membentuk alur besar antara domain α1 dan α2 yang
menjadi tempat penempelan molekul MHC dengan antigen protein. Alur
tersebut tertutup pada pada kedua ujungnya dan peptida yang terikat sekitar 8-
10 asam amino.
5. MHC kelas satu juga memiliki dua α heliks yang menyebar di rantai beta sehingga
dapat berikatan dan berinteraksi dengan reseptor sel T.
1. Protein MHC kelas II terdapat pada permukaan sel B, makrofag, sel
dendritik, dan beberapa sel penampil antigen (antigen presenting cell atau
APC) khusus. Melalui protein MHC kelas II inilah, APC dapat
mempresentasikan antigen ke sel-T penolong (Th) yang akan menstimulasi
reaksi inflamatori atau respon antibodi.
2. MHC kelas II ini terdiri dari dua ikatan non kovalen polipeptida integrated-
membrane yang disebut α dan β. Biasanya, protein ini akan berpasangan
untuk memperkuat kemampuannnya untuk berikatan dengan reseptor sel T.
Domain α1 dan β1 akan membentuk tempat untuk pengikatan MHC dan
antigen.
Gen MHC dan polimorfisme
Pada manusia, gen yang mengkodekan MHC terletak pada
kromosom nomor 6 dan terbagi menjadi dua kelas gen, yaitu kelas I
untuk MHC I dan kelas II untuk MHC II. Kelompok gen yang termasuk
kelas I terdiri dari tiga lokus mayor yang disebut B, C, dan A, serta
beberapa lokus minor yang belum diketahui. Setiap lokus mayor
menyandikan satu polipeptida tertentu. Pada gen pengkode rantai
alfa, terdapat banyak alel atau dengan kata lain bersifat polimorfik.
[4] Rantai beta-2-mikroglobulin dikodekan oleh gen yang terletak di
luar kompleks gen MHC, namun apabila terjadi kecacatan pada gen
tersebut maka antigen kelas I tidak bisa dihasilkan dan dapat terjadi
defisiensi sel T sitotoksik. Kompleks gen kelas II terdiri dari tiga lokus
yaitu DP, DQ, dan DR yang masing-masing mengkodekan satu rantai
alfa atau beta. Rantai polipetida yang dihasilkan akan saling
berikatan dan membentuk antigen kelas II. Seperti halnya antigen
kelas II, antigen kelas II juga bersifat polimorfik (unik) karena lokus
DR dapat terdiri atas lebih dari satu macam gen penyandi rantai beta
fungsional.
Aturan Histokompatibilitas
1. Individu yang identik secara genetik menerima
cangkok dari satu sama lain
2. Keturunan dari dua yang berbeda secara genetik
tetapi orang tua yang secara genetik homozigot
Misalnya pada dua galur tikus inbrida yang berbeda
akan menerima cangkok dari kedua indukan
3. Indukan dari keturunan ini (dalam 2 ) akan tidak
menerima cangkok dari keturunannya
Mekanisme MHC kelas 1

Molekul MHC kelas I mengikat peptida yang dihasilkan terutama dari degradasi protein sitosol oleh
proteasome . Kompleks MHC I:peptida kemudian dimasukkan melalui retikulum endoplasma ke dalam
membran plasma eksternal sel. Peptida epitop terikat pada bagian ekstraseluler dari molekul MHC kelas I.
Dengan demikian, fungsi MHC kelas I adalah untuk menampilkan protein intraseluler ke sel T sitotoksik
(CTLs). Sel normal akan menampilkan peptida dari pergantian protein seluler normal pada MHC kelas I,
dan CTL tidak akan diaktifkan sebagai respons terhadapnya karena mekanisme toleransi pusat dan perifer.
Ketika sel mengekspresikan protein asing, seperti setelah infeksi virus, sebagian kecil dari MHC kelas I
akan menampilkan peptida ini pada permukaan sel. Akibatnya, CTL yang spesifik untuk kompleks
MHC:peptida akan mengenali dan membunuh sel yang ada. Atau, MHC kelas I sendiri dapat berfungsi
sebagai ligan penghambat untuk sel pembunuh alami (NK). Pengurangan tingkat normal MHC kelas
permukaan I, mekanisme yang digunakan oleh beberapa virus [4] dan tumor tertentu untuk menghindari
respons CTL, mengaktifkan pembunuhan sel NK.
Mekanisme MHC kelas 2

Tidak seperti MHC I, MHC II dimaksudkan untuk menghadirkan patogen ekstraseluler daripada intraseluler.
Selanjutnya, langkah pertama adalah memperoleh patogen melalui fagositosis. Patogen kemudian dipecah
dalam lisosom dan komponen yang diinginkan kemudian diperoleh dan dimuat ke molekul MHC II. Molekul
MHC II kemudian bergerak ke permukaan untuk mempresentasikan antigen ke sel T pembantu . Sel T
pembantu aktif MHC II yang membantu melepaskan sitokin dan hal-hal lain yang akan membantu
menginduksi sel-sel lain yang membantu memerangi patogen di luar sel.
Contoh Kasus
Respons Imun pada Infeksi Cryptosporidium

Cryptosporidium sp. adalah parasit Coccidia yang menginfeksi sel-sel epitel


usus vertebrata dan merupakan agen penyebab kriptosporidiosis. Individu
imonokompeten dapat mengontrol dan mengeliminasi infeksi sehingga diare
yang ditimbulkan dapat sembuh dengan sendirinya. Sementara itu, individu
yang memiliki defek imunitas selular, sering mengalami diare kronis atau
peresisten.dan kemungkinan ekstraintestinal seperti saluran empedu. Infeksi
oleh parasit ini di kontrol oleh sistem imun alami dan didapat terutama
imunitas yang diperantarai oleh sel respon imun alami dan didapat terutama
respon imun dengan perantaraan selular sangat berperan dalam
pertahanan terhadap infeksi Cryptosporidium sp. Sitokin selain berperan
sebagai pertahanan juga berperan dalam timbulnya manifestasi klinik
THANKS

Anda mungkin juga menyukai