Anda di halaman 1dari 20

IMUNOLOGI

SOAL DAN JAWABAN TAKE HOME EXAM UTS IMUNOLOGI

OLEH :

NAMA : INTAN PERMATA PUTRI

NIM : O1A1 15 031

KELAS : A

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
SOAL TAKE HOME EXAM UTS IMUNOLOGI FAKULTAS

FARMASI UHO TAHUN 2017

Petunjuk Menjawab Soal :

a. Jawablah soal berdasarkan urutan nomor.


b. Jawablah soal selengkap-lengkapnya dengan menuliskan sumber

referensi jawaban.
c. Jawaban dikirim paling lambat 4 (Empat) Hari setelah soal

diterima Keting.
d. Jawaban dikirim ke Email : ilyasyusufmuhammad.apt@gmail.com.

SOAL :

1. Perbedaan antara imunitas alami (innate immunity) dan imunitas

adaptif (adaptive immunity) !

2. Sel-sel yang berperan pada imunitas alami (innate immunity) dan

Imunitas adaftif !

3. Uraikan tentang molekul MHCserta fungsi dan peran pada proses

presentasi Antigen !

4. Teori Pembentukan antibodi ada 2. Uraikan keduanya !

5. Proses pembentukan molekul rantai Ringan dan rantai Berat dari

Antibodi !

6. Perbedan Antigen dan Super Antigen serta proses Imunogenisitas

dari Antigen !

7. Proses aktivasi Komplemen, serta peran komplemen proses imunitas

non spesifik dan spesifik !


8. Uraikan organ Limphoid Primer dan Sekunder serta fungsi pada

proses maturasi sel-sel imunokompeten !

9. Uraikan Sitokin dan fungsinya pada proses Maturasi sel Imunitas !

10. Uraikan proses respon imun Humoral dan Seluler spesifik imunitas !

---------Selamat Bekaeja-------

JAWABAN

1. Perbedaan antara Imunitas alami ( innate immunity) dan Imunitas

adaptif (adatif imunity) ?


a. Imunitas alami (innate immunity)
Merupakan mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik yang

mencegah masuk dan menyebarnya mikroorganisme dalam tubuh

serta mencegah terjadinya kerusakan jaringan. Respons imun

alamiah terhadap bakteri ekstraselular terutama melalui

mekanisme fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag

jaringan. Mekanisme Imunitas alami adalah sebagai berikut :

Ketika Mikroba atau patogen masuk melewati dinding epitel,

maka tubuh akan menyiapkan diri untuk melakukan pertahanan

pertama terhadap patogen tersebut yaitu melalui mekanisme


fagositosis oleh sel makrofag, monosit dan neutrofil dalam darah

serta NK-sel yang berujung pada lisisnya dinding sel bakteri.


b. Imunitas adaptif (adaptive immunity)
Merupakan mekanisme pertahanan kedua apabila sel patogen

berhasil melewati pertahanan alami ( innate immunity). Bila

mikroorganisme dapat melewati pertahanan nonspesifik/innate

immunity, maka tubuh akan membentuk mekanisme pertahanan

yang lebih kompleks dan spesifik. Mekanisme Imunitas adaptif

adalah sebagai berikut :

(Zakiudin, M., 2001, Respons Imun Terhadap Infeksi Bakteri,

Sari Pediatri, Vol. 2 (4). )

2. Sel-sel yang berperan pada Imunitas alami ( innate immunity) dan

Imunitas adaptif (adatif imunity) ?


Sistem imun alamiah terdiri dari sel dendritik, makrofag,

sel NK (natural killer cells). Sedangkan sel-sel dalam sistem

imun non spesifik meliputi granulosit yang berfungsi memfagosit

atau mencerna, natural killer cells khusus untuk sel kanker,

makrofag dan komplemen yang berfungsi sebagai pertahanan

pertama terhadap adanya infeksi.


(Arina, Y. M. D., 2003, Pengaruh Aging Terhadap Sistem Imun,

JKM, Vol. 3 (1).)


3. Uraikan tentang molekul MHC serta fungsi dan peran pada

proses presentasi Antigen ?

A.Pengertian MHC

MHC (Mayor Hystrocompatibility Complex) atau HLA

(Human Leucocyt Antigent) adalah suatu molekul protein yang

terdapat pada hampir semua permukaan sel-sel tubuh suatu

organisme. Pengkode genetik dari MHC terletak pada region-

region dari Kromosom. Pemetaan lokasi pengkode genetic MHC

atau HLA telah diketahui sejak tahun 1960. MHC terdiri atas

MHC kelas I dan MHC kelas II (Utami,1997).

a. MHC Kelas I

MHC kelas I merupakan rangkaian glycoprotein dengan

perkiraan berat molekul 45 KD. Rantai ini merupakan protein

berat yang transmembran, dimana 80 % dari rangkaian

terletak dibagaian luar membrane dan sisanya terletak pada

membrane dan didalam sel. Bagian luar membran terbagi

menjadi 3 globulus alfa-1,alfa-2 dan alfa-3 masing-masing

globulus memiliki kurang dari 90 asam amino.

b.MHC kelas II

MHC kelas II terdiri dari 2 rantai, rantai berat alfa

dengan perkiraan berat molekul 35 Kd dan rantai ringan beta

dengan perkiraan berat molekul 28 KD. Pada kedua ujunganya

diakhiri dengan NH2 dan COOH. Tiap rantai terbagi 4 segmen ,

2 globus ekstra seluler , alfa-1, alfa-2 dan beta-1, beta-2.


B. Fungsi MHC

a. Fungsi MHC I yaitu untuk reaksi penolakan

jaringan,stimulasi produksi antibodi, prosesing dalam

interaksi antigen dengan sel limfosit T (Utami,1997).

b. Fungsi MHC II yaitu untuk prosesing antigen sebelum

antigen berinteraksi dengan sel limfosit T, sel limfosit B

dan makrofag (Utami,1997).

C. proses presentasi Antigen

1.Proses ikatan antigen dengan MHC I

Didahului dengan proses penghancuran dari

antigen dan MHC sendiri. Hal ini sangat diperlukan,

karena pada proses ini epitop yang mempunyai potensi

untuk berinteraksi dengan MHC akan terbuka. Sedangkan

difahak MHC, setelah mengalami degradasi akan

mengalami sintesa kembali dengan bentuk yang sesuai

dengan epitop dari peptide hasil pecahan antigen.

Setelah terjadi bentuk kompleks MHC peptide, peptida

akan dibawa dalam permukaan sel untuk dipresentasikan


pada limfosit T, untuk proses ikatan antigen dengan MHC

I diperlukan rantai invariant non polimorik yang

disimbolkan (li) (Utami,1997).

2.Proses ikatan antigen dengan MHC II

Setelah MHC II berada didalam RE , MHC II akan

mengalami degradasi dan resintesam dan akan

berasosiasi dengan li. Kompleks ini kemudian masuk ke

dalam apparatus golgi, dan akan memasuki vakuola yan

sudah berisi peptida hasil pemecahan antigen. Kompleks

MHC II-li berdisosiasi. MHC II akan berikatan dengan

peptida untuk dipresentasikan ke permukaan sel.

Sedangkan li akan mengalami degradasi. Pada proses ini

fungsi dari li yang masih belum jelas fungsinya

(Utami,1997).

(Proses ikatan antigen dengan MHC)


(Utami,B.S., 1997, Mayor Hystrocompatibility Complex:

Sturktur, Fungsi, Hubungan denganpenyakit dan pemanfaatan

dalam respon imun,Media Litbangkes, Vol.7(3).)

4. Teori Pembentukan antibodi ada 2. Uraikan keduanya ?


a. Clonal Selection Theory : menjelaskan bahwa sejak lahir di

dalam tubuh individu telah dipersiapkan berjuta-juta jenis

Antibodi, sehingga bila ada Antigen yang memasuki tubuh

individu maka Antigen tersebut akan berikatan dengan

Antibodi yang spesifik.


b. Instructive Theory : menjelaskan bahwa pada individu yang

baru lahir, di dalam tubuhnya tidak dilengkapi dengan

Antibodi. antibodi baru terbentuk bila individu tersebut

dirangsang oleh Antigen yang berada di lingkungannya.


(I Ketut Sudiana, 2008, Patobiologi Molekuler Kanker)

5. Proses pembentukan molekul rantai Ringan dan rantai Berat dari

Antibodi ?
Sel B mensintesis rantai protein immunoglobulin yang

mampu berikatan secara spesifik dengan epitop. Sel B

membentuk rantai ringan (light chain) sebesar 30 dalton

berjenis lambda atau kappa, yang merupakan dasar struktur

molekul. Kedua rantai ringan akan berikatan dengan dua rantai

berat (heavy chain), jenis mu, gamma, delta, alpha, atau epsilon,

yang berukuran 60 dalton, untuk membentuk molekul

imunoglobulin. Dalam merespons rangsang antigen, maka molekul

yang terbentuk ini disebut antibodi. Bagian antibody yang


bereaksi secara spesifik dengan dengan epitop disebut idiotip

(idiotype) (Hastuti, 2011).


- Rantai Ringan
Rantai ringan terdiri dari dua bagian yaitu bagian lestari

(conserved/Fc) dan bagian variabel (Fab). Bagian lestari adalah

bagian yang mempunyai urutan asam amino yang hampir sama

antar antibodi yang dikeluarkan akibat respon antigen yang

berbeda, bahkan bagian lesatari ini hampir sama antar spesies.

Bagian variabel merupakan bagian yang mempunyai urutan asam

amino yang berbeda. Meskipun jenis antibodinya sama, tetapi

urutan asam amino bagian variabel akan berbeda jika antigen

yang direspon oleh antibodi tersebut berbeda. Lebih detail lagi,

bagian variabel dapat dibagi menjadi enam bagian yang berupa

bagian frame work (FR) dan complementarity determining region

(CDR) yang terletak berselingan. sebagai contoh satu Fab akan

mempunyai urutan sebagai berikut FR1-CDR1-FR2-CDR2-FR3-

CDR3. CDR merupakan daerah yang lebih variatif antar antibodi

dibandingkan FR.
- Rantai berat
Juga terdiri dari Fc dan Fab. Terdapat satu bagian variabel

yang terdiri dari CDR dan FR serta terdapat tiga bagian lestari

yang disebut CH1 (constant high), CH2 dan CH3. CH1 mrupakan

bagian lestari yang lagsung berhubungan dengan bagian variabel,

CH2 merupakan bagian lestari yang befungsi sebagai efektor

(penyedia signal transduksi) untuk pembentukan antibodi dan

CH3 merupakan bagian yang dikenali oleh makrofag sebelum

terjadinya fagositosis. Struktur tersier antibodi menunjukan


bahwa fragmen Fv (fragment variable) yang terdiri dari bagian

variabel rantai berat dan rantai ringan melakukan folding

sehingga membentuk struktur loop . Bagian ini adalah bagian

yang berfungsi mengikat antigen. Sementara itu, bagian konstan

rantai berat melakukan folding untuk membantu menstabilkan

struktur loop di atas (Hastuti, 2011).

(Gambar struktur antibody)

(Hastuti, N. W. dan Humairah M. L. L., 2011, Manfaat Pemeriksaan

Imunohisto (Sito) Kimia, CDK, Vol. 38 (5).)

6. Perbedan Antigen dan Super Antigen serta proses

Imunogenisitas dari Antigen ?


Perbedaan antigen dan super antigen serta proses

imunogenisitas dari antigen (Kaemfer dkk., 2013)


a) Antigen
Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya

merupakan protein yang berkaitan dengan bakteri daan virus

yang masuk kedalam tubuh. Antigen yang berikatan dengan


imunogen disebut sebagai antibodi. Antibodi merupakan protein-

protei yang terbentuk sebagai respon terhadap antigen yang

masuk ke tubuh, yaang bereaksi secara spesifik dengan antigen

tersebut. Konfigurasi molekul antigen-antibodi sedemikian rupa

sehingga hanya antibody yang muncul sebagai respon terhadap

suatu antigen tertentu saja yang cocok dengan permukaan

antigen itu sekaligus bereaksi dengannya. Terdapat dua jenis

limfosit yang berperan yaitu limfosit B dan Limfosit T. Keduanya

berasal dari sel tiang yang sama dalam sumsum tulang.


b) Superantigen
Superantigen adalah eksotoksin pirogenik yang

disekresikan oleh strain bakteri Gram positif yang ada di mana-

mana, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes.

Superantigen membentuk keluarga luas dari lebih dari tiga lusin

racun beragam secara struktural yang sangat mematikan bagi

manusia.
Superantigen adalah salah satu protein yang paling stabil

yang diketahui, tahan panas dan tahan didih, pencernaan

protease, serta denaturasi asam. Meski pada konsentrasi sangat

rendah, dapat menyebabkan keracunan makanan yang parah.

Membangun konsentrasi racun yang lebih tinggi, seperti yang

terjadi selama infeksi stafilokokus atau streptokokus, akan

menyebabkan keracunan, dengan konsekuensi mematikan.


Struktur superantigen adalah sebbagai berikut:
Mekanisme kerja superantigen melibatkan CD28adalah sebagai

berikut:

- Mengikat secara langsung, sebagai protein utuh, ke molekul

kelas II histokompatibilitas utama (MHC-II) pada sel

pembawa antigen dan reseptor sel-T (TCR) pada sel T, tanpa

kebutuhan untuk pengolahan antigen


- Melewati pembatasan yang khas untuk antigen konvensional
- Superantigen menyediakan jembatan antarmolekul, antara

molekul MHC-II dan TCR.

(Kaemfer, R., Gila A., Revital R., Dalia H., Iris N., dan Ziv R.,

2013, CD28: Direct and Critical Receptor for Superantigen

Toxins, Toxins,Vol.5 (1). )

7. Proses aktivasi Komplemen, serta peran komplemen proses

imunitas non spesifik dan spesifik:


Saat terjadi aktivasi komplemen, ternyata setiap

komplemen mempunyai lokasi kerja sendiri-sendiri, seperti

kelompok komplemen yang bekerja diluar membran sel, antara


lain komplemen (C1,2,3, dan 4) dan komplemen yang kerjanya

menempel pada membran sel, antara lain (C5, 6, 7, 8, dan 9).

Altivasi komplemen terjadi secara berurutan. Aktivasi

komplement dapat melalui dua jalur, yaitu jalur klasik yang dipicu

oleh adanya ikatan antigen-antibodi dan jalur alternatif yang

tidak dipicu oleh adanya ikatan antigen-antibodi. Aktivasi

komplemen jalir klasik dimulai dari C-1 sampai C-9, sedangkan

aktivasi komplemen melalui jalur alternatif dimulai dari c-3 yang

dibantu oleh suatu mediato yang disebut faktor B, faktor D dan

properdin.
a. Aktivasi komplemen melalui jalur klasik
Aktivasi komplemen melalui jalur ini dimulasi dari C-1.

Pada umumnya dalam aktivitas komplemen, komplemen

terurai menjadi dua molekul besar yang diberi kode huruf

b dan molekul kecil yang diberi kode huruf a. namun

dari uraian komplemen tesebut ada suatu pengecualian

khusus, yaitu C-1 akan terurai menjadi C-1q, C-1r dan C-1s.

demikian juga halnya C-2, jika teraktibvasi dia akan

terurai menjadi dua molekul besar yang bersifat

enzimatis yang berperan dalam menguraikan

komplemenberikutnya adalah kompleks dari komponen

komplemen yang berukuran besar.

Apabila terjadi aktivasi komplemen sampai C-9, maka

dapat mengakibatkan terjadinya lisis dari suatu sel yang

bersangkutan. Misalnya, bila antigen dipermukaan sel diikat oleh

suatu antibodi yang spesifik maka ikatan tersebut akan memicu


terjadinya aktivasi komplemen mulai dari C-1. C-1 akan terurai

menjadi 3 komponen yaitu C-1q, C-1r, dan C-1s (komponen ini

disebut sebagai C-1 aktif yang bersifat sebgai enzim). Enzim ini

kemudian mengaktivasi secara bersamaan C-2 dan C-4, dimana C-

2 diuraikan menjadi C-2a dan C-2b, sedangkan C-4 diuraikan

menjadi C-4b. Selanjutnya komponen dari C-2 dan C-4 yang

mempunayai ukuran molekul besar akan membentuk kompleks

sehingga menjadi C4bC2a (ditulis C4b2a). C4b2a ini bersifat

sebagai enzim terhadap C-3, sehingga C4b2a ini disebut C-3

convertase. Adanya enzim ini mengakibatkan C-3 terurai menjadi

C-3a dan C-3b. Dari hasil tersebut molekul besarnya akan

membentuk kompleks menjadi C4bC2aC3b (ditulis: C4b2a3b).

C4b2a3b bersifat sebagai enzim terhadap C-5, sehingga

C4b2a3b ini disebut C-% concertase. Adanya enzim ini

mengakibatkan C-3 terurai menjadi C-3a dan C-3b.. selanjutnya

C-5 menempel pada bagian luar permukaan membran sel, maka

dikenal dengan sebutan MC-5b kemudian secara berturut-turut

mengaktivasi C6, C-7, C-8 dan terakhir C-9 sehingga sel yang

mengandung kompleks dengan antigenpantibodi tersebut menjadi

lisis. C-3a dan C-5a dapat bersifat Macrophafe Chemotactic

Factor (MCF). Sehingga dapat menginduksi proses migrasi sel

makrofag.

b. Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif


Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif dimulai

dari komplemen-3 (C-3). Pada mulanya di dalam tubuh


terdapat cadangan C-3 dalam jumlah yang sangat rendah

dimana diawali dengan adanya berbagai komponen dari

protein permukaan sel bakteri, baik bakteri gram positif

maupun gram negatif, ataupun virus sebagai akibat dari

kerja enzim proteolitik tubuh. Kehadiran sedikit serum C3

yang mengandung thioester yang tidak stabil akan

menghidrolisis C3 sehingga terbentuk C3 yang teurai

menjadi C3d. dengan adanya aktivitas suatu enzim, C-3

terurai menjadi C-3d, C-3b dan C-3c. Selanjutnya C-3b

didalam tubuh dipengaruhi oleh faktor B, sehingga

terbentuk C-3bB. Molekul ini distabilkan oleh propedin,

selanjutnya C-3bB dipengaruhi oleh faktor d sehingga

terbentuk C-3bBD kemudian mengaktivasi C-3 menjadi

C3b(n). BD dalam jumlah yang banyk. Selanjutnya

C3b(n)BD mengaktivasi C-5 menjadi C-5 dan C-5b. Oleh

karena C-5b berada pada membran sel, maka C-5b disebut

sebagai MC-5b yang akhirnya mengaktivasi komplemen

berikutnya secara berturut-turut mulai dari C-6, C-7, C-8,

dan C-9 yang mengakibatkan terjadinya perforasi

membran sel yang bersangkutan, sehingga sel menjadi

lisis. Untuk lebih jelasnya tentang aktivasi komplemen

dapat dilihat pada gambar 6.3.


(Sumber : I Ketut Sudiana, 2008, Patobiologi Molekuler Kanker)

8. Uraian organ Limphoid Primer dan Sekunder serta fungsi pada

proses maturasi sel-sel imunokompeten


Organ Limphoid Primer dan Sekunder serta fungsi pada proses

maturasi sel-sel imunokompeten (Rahmaningsih, 2016).


a. Organ limfoid primer atau sentral diperlukan untuk

pematangan sel T dan sel B menjadi limfosit yang dapat

mengenal antigen. Ada dua organ limfoid primer utama, yaitu

kelenjar timus dan bursa fabricius atau dan ekuivalen.


b. Organ limfoid sekunder diperlukan untuk proliferasi dan

diferensiasi limfosit yang sudah disentisasi ( antigen commite

lymphocyte. Organ limfoid sekunder utama adalah limp,

kelenjar limfoid dan peyers patches yang tersebar di dinding

saluran cerna, tonsil dan ependiks. Organ limfoid sekunder


mempunyai dua fungdi utama yaitu menangkap dan

mengumpulkan bahan asing dengan efektif dan merupakan

tempat utama prodeuksi antibodi dan sentisisasi sel T dan

antigen spesifik.
(Rahmaningsih S., 2016, Diktat Mata Kuliah Hama dan

Penyakit Ikan, CV. Budi Utama : Yogyakarta.)

9. Uraian Sitokin dan fungsinya pada proses Maturasi sel Imunitas

a. Sitokin

Sitokin adalah golongan protein /sel limfosit yang larut dan

diproduksi oleh sel limfosit dan sel-sel lain seperti makrofag,

eosinofil, sel mast dan sel endotel. Sitokin berfungsi sebagai sinyal

interseluler yang mengatur hampir semua proses biologis penting

seperti halnyaaktivasi, pertumbuhan, proliferasi, diferensiasi,

aktivasi, pertumbuhan, proliferasi, diferensiasi, jaringan ataupun

morfogenesis. Kesemuanya terjadi akibat rangsangan dari luar.

Sitokin mempunyai berat molekul rendah, sekitar 8-40 KD, di

samping kadarnya juga sangat rendah.

(Soeroso A., 2007, Sitokin, Jurnal Oftalmologi Indonesia,Vol. 5

(3).)

b. Fungsi sitokin

Fungsi fisiologis yang utama dari sitokin yang dihasilkan oleh

makrofag adalah merangsang inflamasi non-spesifik serta

meningkatkan aktivasi limfosit spesifik oleh antigen bakteri.

Sitokin akan menginduksi adhesi neutrofil dan monosit pada

endotel vaskular pada tempat infeksi yang diikuti migrasi,


akumulasi lokal serta aktivasi sel inflamasi. Kerusakan jaringan

yang terjadi adalah akibat efek samping mekanisme pertahanan

untuk eliminasi bakteri tersebut. Sitokin juga merangsang demam

dan sintesis protein fase akut. Banyak fungsi sitokin yang sama

yaitu sebagai ko-stimulator sel limfosit T dan B yang menghasilkan

mekanisme amplifikasi untuk imunitas spesifik. Sitokin dalam

jumlah besar atau produknya yang tidak terkontrol dapat

membahayakan tubuh serta berperan dalam menifestasi klinik

infeksi bakteri ekstraselular. Yang paling berat adalah gejala klinis

oleh infeksi bakteri Gram-negatif yang menyebabkan disseminated

intravascular coagulation (DIC) yang progresif serta syok septik

atau syok endotoksin. Sitokin TNF adalah mediator yang paling

berperan pada syok endotoksin ini.

(Munasir, Z., 2001, Respons Imun terhadap Infeksi Bakteri, Jurnal

Sari Pediatri, Vol. 2 (4).)

10. Uraian proses respon imun Humoral dan Seluler spesifik imunitas

Sistem imun pada kebanyakan vertebrata umumnya dibagi

dalam dua komponen yaitu imunitas humoral dan imunitas spesifik.

Proses imunitas dari keduanya adalah sebagai berikut:

a. Proses imunitas humoral (Natadisastra dan Ridad, 2009)


Kekebalan humoral mempunyai peran penting dalam

respons kekebalan spesifik terhadap bakteri ekstraselular.

Imunitas humoral dengan memproduksi zat antibody dan

imunitas seluler (Cell MediatedImmunityl/CMI). Imunitas


humoral diprakarsai oleh suatu golongan limfosit yang disebut

sel-sel B Yang Bisa Diaktivasi Oleh Pengenalan suatu substansi

asing, berusaha menjadi sel plasma yang mensekresi antibodi.


Antibodi yang dihasilkan dalam respon terhadap suatu

substansi asing kemudian dapat bereaksi terhadap substansi ini

yang akan memprakarsai bermacam-mcam proses eliminasi.

Substansi asing yang memacu respon imun dengan menstimulasi

antibody spesifik disebut sebagai antigen. Antigen ini dapat

langsung merangsang sel limfosit B yang menghasilkan

imunoglobin (Ig)M spesifik yang kuat. Selain itu produksi IgG

juga dirangsang yang mungkin melalui mekanisme perangsangan

isotype switching rantai berat oleh sitokin. Respons imun ini

analog dengan reaksi hipersensitivitas tipe lambat.

(Natadisastra, D dan Ridad A., 2009, Parasitologi Kedokteran

Ditinjau Dari Organ Tubuh Yang Diserang, Buku Kedokteran

EGC: Jakarta.)

b. Proses imunitas seluler (Ferdinand dan Moekti )


Imunitas seluler bergantung pada peran langsung sel-sel

(sel limfosit) dalam menghancurkan patogen. Setelah kontak

pertama dengan antigen melalui makrofag, sekelompok

limfosit T tertentu dalam jaringan akan dimatangkan dalam

kelenjar timus. Dikelenjar timus limfosit T akan

berdiferensiasi menjadi citotoxic T cell, T helper cell, T


supressol Cell dan Memory T cell. Sel T sitotoksik berperan

membunuh sel yang terinfeksi. Sel T penolong berfungsi

mengaktifkan sel limfosit B dan Limfosit T. Sel supresol T

berfungsi dalam mengurangi produksi antibody oleh sel-sel

plasma dengan cara menghambat aktivitas sel T penolong dan

sel T sitotoksik. Sel T memori diproduksi untuk mengingat

antigen yang telah masuk kedalam tubuh. Jika kelak antigen

yang sama menyerang tubuh kembali maka dengan adanya sel

T memori akan terjadi respon sekunder yang lebih cepat dan

lebih kuat.

(Ferdinand, F dan Moekti A., 2009, Praktis Belajar Biologi 2,

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.)

Anda mungkin juga menyukai