Anda di halaman 1dari 50

PTA

By: KAY

1. Cara Kerja Pestisida 2 X


2. Interaksi Pestisida dan Lingkungan 2X
3. Perijinan Pestisida
4. Jenis dan Penggunaan Alat yang berhubungan dgn
penggunaan pestisida 2X
5. Perhitungan Kalibrasi dalam penggunaanpestisida
6. UAS
Proses Perijinan Pestisida
By: KAY
2021
XI. Peraturan Penggunaan Pestisida di
Indonesia
Pada dasarnya pestisida adalah bahan
racun yang dapat membahayakan
manusia, masyarakat, dan lingkungan
hidup, oleh karena hal tersebut maka
dalam penggunaan pestisida perlu diatur
dan dibatasi oleh peraturan perundang-
undangan.
• Peraturan perundang-undangan
tidak saja pada penggunaan
pestisida tersebut,
• tetapi sejak pestisida tersebut
diproduksi di pabrik, kemudian
dalam pendaftaran, dan dalam
pemberian ijin untuk
didistribusikan.
• Di Indonesia peraturan yang mengatur
penggunaan pestisida sudah dikeluarkan dalam
bentuk Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973
tentang Pengawasan atas Peredaran,
Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida.

• Yang kemudian diikuti oleh Keputusan Menteri


Pertanian tentang Prosedur Permohonan
Pendaftaran dan Ijin Pestisida dan tentang
syarat syarat Pembungkusan dan Pemberian
Label Pestisida.
Apa saja yang ditetapkan dalam Peraturan tersebut

1. Semua formulasi dan macam kegunaan serta


cara penggunaan masing masing pestisida
harus didaftarkan dan mendapat ijin Menteri
Pertanian
2. Pestisida yang boleh beredar dan digunakan
adalah formulasi pestisida yang sudah terdaftar
dan mendapat ijin Menteri Pertanian
3. Pestisida yang penggunaannya sudah
terdaftar dan mendapat ijin Menteri Pertanian
hanya boleh disimpan, diedarkan, dan
digunakan menurut ketentuan yang sudah
ditetapkan dalam ijin tersebut

4. Tiap pestisida harus diberi label dalam


Bahasa Indonesia yang berisi keterangan sesuai
ketentuan yang ditetapkan dalam pendaftaran
dan ijin masing masing pestisida
• Dalam pelaksanaan pendaftaran suatu
pestisida, sipemohon (perusahan atau
pemilik/ pembuat formulasi) harus
memberikan semua data pestisida yang
didaftarkan kepada Komisi Pestisida.
• Seperti: Hama target, data residu, kemasan,
hasil pengujian resistensi, bagaimana
pengaruh terhadap hama non target, hasil uji
lapangan.
• Kemudian Komisi Pestisida akan menetapkan
apakah pestisida tersebut dapat ijin atau tidak.
• Yang memutuskan pemberian ijin adalah
Menteri Pertanian
• Menteri Pertanian memutuskan apakah ijin
tersebut berstatus ijin percobaan, ijin
sementara, atau ijin tetap
• Ijin percobaan, jika data dianggap belum
cukup, atau belum lengkap. Dan pestisida ini
belum boleh diedarkan.
• Ijin sementara jika data pestisida tersebut telah
menunjukkan efektivitas dan keamanannya, tetapi
masih ada data yang belum lengkap.
• Pestisida ini boleh digunakan dan diedarkan untuk
tujuan dan dengan cara penggunaan tertentu, dan
dalam jumlah terbatas.
• Ijin sementara, diberikan agar pemohon dapat
melengkapi data dan informasi sesuai dengan
persyaratan teknis dan administrasi yang ditetapkan,
• apabila pemohon tidak dapat melengkapi
persyaratan teknis dan administrasi tersebut di atas,
maka permohonan dianggap ditarik kembali.
• Pestisida yang telah memperoleh izin
sementara dapat diproduksi /diedarkan dan
digunakan dalam jumlah yang terbatas yang
ditetapkan melalui Keputusan Menteri sesuai
dengan jumlah komoditi, dosis atau
konsentrasi dan aplikasi.
• Apabila penggunaan pestisida sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) terbukti menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan manusia
dan lingkungan hidup, izin sementara dapat
ditinjau kembali atau dicabut.
• Pestisida yang telah memperoleh ijin tetap dapat
diproduksi/ diedarkan dan digunakan.
• Pestisida dengan Ijin tetap dapat diperluas
penggunaannya pada komoditi lain yang belum
terdaftar.
• Ijin perluasan penggunaan ditetapkan oleh Menteri
Pertanian atas saran dan pertimbangan Komisi
Pestisida, setelah pemohon memenuhi semua
persyaratan teknis dan administrasi yang ditetapkan.
• Apabila penggunaan pestisida tsb, terbukti
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
manusia dan atau kelestarian lingkungan, izin tetap
dapat ditinjau kembali atau dicabut.
• Pestisida dengan ijin tetap, boleh
beredar dan digunakan dalam
waktu tertentu (5 tahun), sepanjang
tidak menimbulkan bahaya
• Jika waktu sudah habis, maka
perusahaan tersebut harus
mendaftarkan kembali.
• Pestisida beredar, yang masa nomor
dan ijin pendaftarannya telah
berakhir, harus ditarik dari
peredaran oleh pemegang
pendaftaran, paling lambat dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan sejak
berakhirnya nomor pendaftaran dan
ijin pestisida.
• Peraturan ini sebagai dasar hukum untuk penyelenggaraan
pendaftaran termasuk pengujian dan perizinan serta
pengawasan pestisida.

• Apa Tujuan dari Peraturan ini


1. melindungi masyarakat dan lingkungan hidup dari pengaruh
yang membahayakan sebagai akibat penyimpanan, peredaran dan
penggunaan pestisida;
2. meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan pestisida;
3. mendukung penerapan sistem Pengendalian Hama terpadu
(PHT)
4. memberikan kepastian hukum dalam melakukan kegiatan
pengadaan penyimpanan dan peredaran pestisida.
Pada kemasan produk pestisida  tercantum keterangan mengenai
spesifikasi produk tersebut dan keterangan lainnya sebagaimana diatur
oleh Peraturan Pemerintah.

Secara komposisi, setiap produk pestisida yang diperdagangkan terdiri


atas tiga bagian utama yaitu:

1. Bahan aktif (active  ingredient)


2. Bahan-bahan pembantu (adjuvant)
3. Bahan pembawa (carrier).

Satu jenis bahan aktif (bahan aktif generik) dijual dengan nama dagang dan
formulasi yang bermacam-macam. 
• Jumlah kandungan bahan aktif dan bentuk
formulasi produk dicantumkan menjadi satu
kesatuan dengan merk dagangnya
• Ditulis tepat di belakang atau di bawahnya.
Biasanya ukuran hurufnya tertulis lebih kecil
dari merk dagangnya.
• Komposisi bahan pembantu dan bahan
pembawa tidak dicantumkan di label kemasan
produk.
Beberapa Pengertian
• Bahan aktif adalah bahan kimia sintetik atau bahan
alami yang terkandung dalam bahan teknis atau
formulasi pestisida yang memiliki daya racun atau
pengaruh biologis lain terhadap organisme sasaran.
• Formulasi adalah campuran bahan aktif dengan
bahan tambahan dengan kadar dan bentuk
tertentu yang mempunyai daya kerja sebagai
pestisida sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
• Residu pestisida adalah sisa pestisida,
termasuk hasil perubahannya yang terdapat
pada atau dalam jaringan manusia, hewan,
tumbuhan, air, udara atau tanah.
• Batas Maksimum Residu / BMR adalah
merupakan batas dugaan maksimum residu
pestisida yang diperbolehkan yang terdapat
dalam berbagai hasil pertanian.
• Efikasi adalah efektivitas pestisida terhadap
organisme sasaran yang didaftarkan berdasarkan
pada hasil percobaan lapangan atau laboratorium
menurut metode yang berlaku.
• Resurjensi adalah peningkatan populasi organisme
sasaran setelah diperlukan dengan pestisida.
• Resistensi adalah penurunan tingkat kepekaan
populasi organisme sasaran terhadap pestisida
yang dapat menyebabkan pestisida yang semula
efektif untuk mengendalikan organisme sasaran
tersebut menjadi tdk efektif lagi.
• Secara garis besar, formulasi pestisida dibagi menjadi 2
bentuk yaitu :
• Formulasi cair (EC, SC, SL, dll.)
• Formulsi Padat (GR,WP, dll.).
• Untuk bisa memahami berbagai macam formulasi
pestisida, perlu diketahui beberapa istilah kimia
• Solution/Larutan
• Suatu larutan dihasilkan bila suatu benda dilarutkan dalam
cairan. Komponen pembentuk larutan tidak bisa dipisahkan
secara mekanis. Setelah larutan terbentuk dengan cara
diaduk, komponennya tidak akan memisah, tidak perlu
pengadukan lagi agar tetap menjadi larutan. Contoh yang
biasa kita jumpai adalah memasukan gula ke dalam air,
kemudian diaduk, maka akan menjadi suatu larutan.
• Suspension/Suspensi
• Suspensi merupakan campuran yang mudah
dipisahkan, di dalamnya terdapat partikel padat
yang menyebar dalam cairan. Partikel padat
tersebut tidak bisa terlarut, sehingga perlu
pengadukan yang terus-menerus supaya
partikel itu menyebar merata dalam cairan.
Maka dari itu, terkadang produk pestisida yang
formulasinya berbentuk suspensi,  tertulis
dalam kemasanya “kocok sebelum digunakan”.
• Emultion/Emulsi
• Emulsi terjadi jika suatu cairan yang
berbentuk droplet/butiran
ter-dispersi/menyebar dalam larutan lainnya.
Tidak perlu pengadukan yang terlalu lama
supaya emulsi tidak memisah. Pestisida
berbentuk emulsi, bahan aktifnya di larutkan
dulu dengan pelarut berbasis minyak,
kemudian ditambah dengan pengemulsi,
sehingga ketika dicampur dengan air untuk
disemprotkan akan terbentuk emulsi.
• Formulasi emultion biasanya terlihat
seperti cairan “susu”.
• Formulasi suspension biasanya terlihat
“keruh/buram”
• Formulasi solution biasanya terlihat
“transparan”
• Jika formulasinya dalam bentuk padat, berupa
tepung atau butiran, angka di belakang nama
merk dagang menunjukkan kandungan bahan
aktif dan persentase. Sebagai contoh :
• Dithane M-45 80WP artinya mengandung
80% bahan aktif (mankozeb) sisanya 20%
adalah bahan-bahan pembawanya, dan
diformulasikan dalam bentuk WP ( Wettable
Powder). 
• Furadan 3GR berarti insektisida ini mengandung bahan
aktif (karbofuran) 3% dan diformulasikan dalam bentuk GR
yaitu butiran yang bisa langsung diaplikasikan.
• Jika kemasan jual Furadan adalah 2 kg, maka kandungan
bahan aktifnya hanya 0,06 kg atau 60 gram dalam tiap
kemasan 2 kg dan sisanya 1,94 kg adalah bahan
pembawanya.

• Jika formulasinya dalam bentuk cair,  angka di belakang


nama merk dagang menunjukkan jumlah gram bahan aktif
untuk setiap liter produk. Contoh:
• Endure 120sc bearti kandungan bahan aktifnya
(spinoteram) adalah 120 gram setiap liter produk.
• Untuk produk yang mengandung bahan aktif
lebih dari satu macam, maka kandungan
bahan-bahan aktifnya dicantumkan semua
dan dipisahkan dengan garis miring.
• Contoh, Nurelle 500/50 EC mengandung 500
g/L bahan aktif klorfiripos dan 50 g/L bahan
aktif sipermetrin yang diformulasikan dalam
bentuk EC.
Pada produk-produk pestisida yang beredar di toko-toko
pertanian, tersedia pestisida dengan berbagai macam
formulasi yang ditulis dengan kode tertentu berupa
singkatan huruf kapital seperti EC, SC, SL, WP,GR, WG,
dan lain-lain.

Setiap bahan aktif pestisida memiliki daya larut yang


bermacam-macam.

Ada yang mudah larut dalam air, ada mudah larut


dalam minyak, ada juga yang tidak mudah larut baik
dalam air ataupun minyak.
Karakteristik daya larut dan target pasar adalah
hal yang menjadi pertimbangan perusahaan
produsen pestisida dalam memformulasikan
suatu bahan aktif menjadi produk jadi yang siap
dipasarkan. 

Setiap jenis formulasi suatu produk


mempengaruhi cara aplikasinya dan juga
mempengaruhi tata cara teknik pencampuran
pestisida 
• Ada suatu produk dengan merk dagang yang
sama yang diproduksi satu perusahaan, dijual
dengan formulasi yang berbeda
• contohnya Regent 50SC, Regent 80WG dan
Regent 0,3GR.
• Karena formulasinya berbeda, maka cara
aplikasinya juga berbeda.
Formulasi Cair
No Kode Formulasi Kepanjangan Kode Contoh Produk
1 EC Emulsible Concentrate Clincher 100EC
2 SC Suspension Concentrate Endure 120SC
3 WSC Water Soluble Concentrate Agrogibb 40WSC
4 L Liquid Agristick 400L
5 SL Soluble Liquid Ares 100SL
6 AS Aquaeous Solution Agrifos 400AS
7 F Flowable Indar 240F
8 FW Flowable in Water Gesapax 500FW
9 FS Flowable Suspension Cruiser 350FS
• Produk pestisida formulasi cair umumnya diaplikan
dengan cara disemprotkan, dicampur dengan air.
1.   EC
• EC merupakan formulasi yang berbentuk pekatan
(konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif
yang cukup tinggi, menggunakan solvent berbasis
minyak dan jika dicampur dengan air akan
membentuk emulsi (butiran benda cair yang
melayang dalam air/media cair lainya). Formulasi
EC biasanya diaplikan dengan cara disemprotkan
dengan menggunakan air. Formulasi EC ( dan juga
WP) merupakan formulasi produk pestisida yang
paling banyak diproduksi oleh perusahaan
agrochemical.
• Formulasi EC dalam aplikasinya memerlukan
sedikit pengadukan karena mudah bercampur
dengan air.
• Tapi karena konsentrasinya tinggi, kemungkinan
terjadinya fitotoksik (meracuni tanaman) lebih
besar.
• Jika penggunaannya overdosis, daun tanaman
yang terpapar larutan semprot akan menjadi
kaku atau terlihat seperti terbakar.
• Formulasi EC mudah terserap kulit manusia,
sehingga jika mengenai kulit dapat
menyebabkan gatal-gatal atau kulit menjadi
terasa panas.
• 2. SC dan WSC
• Formulasi SC dan WSC mirip dengan EC, tapi
menggunakan solvent berbasis air, jadi jika
dicampur dengan air tidak membentuk emulsi,
melainkan akan membentuk suspensi.
• Formulasi ini diaplikasikan dengan cara
disemprotkan menggunakan alat sprayer.
• Produk pestisida dengan formulasi SC, bila
mengenai kulit tidak menimbulkan rasa panas di
kulit dan kemungkinan menyebabkan fitotoksik
lebih rendah daripada formulasi EC.
• Sehingga, di kalangan petani, pestisida formulasi
SC dianggap sebagai “obat adem” sedangkan
formulasi EC dianggap sebagai “obat panas”.
• 3. SL dan L
• Formulasi SL dan L  jika dicampur dengan air
akan membentuk larutan. Cara aplikasinya
dengan cara disemprotkan.
• Tidak seperti formulasi EC yang jika
dituangkan ke dalam air, maka air akan
menjadi “putih keruh” seperti cairan susu,
sedangkan formulasi SL jika dituangkan ke
dalam air akan larut, terlihat transparan tidak
ada perubahan yang mencolok pada air
tersebut.
• Bagi petani, ada perasaan kurang puas jika
larutan semprot tidak putih-keruh.
• 4.  F, FS, dan FW
• Formulasi F, FS atau FW merupakan konsentrat cair
yang sangat pekat mendekati seperti pasta, tapi masih
bisa dituangkan. Jika dicampur air, akan
membentuk suspensi ( partikel padat yang melayang
dalam media cair ). Karena bentuknya seperti pasta,
memerlukan pengadukan yang terus-menerus supaya
tidak mengendap. Jika sudah tersimpan terlalu lama,
produk pestisida formulasi F kemungkinan akan
memadat.
• 5.  AS
• AS merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air,
umumnya pestisida berbahan aktif dalam bentuk garam
yang memiliki kelarutan tinggi dalam air.
Cara aplikasinya dengan cara disemprotkan.
Formulasi Padat
No Kode Formulasi Kepanjangan Kode Contoh Produk
1 D Dust Perigen 0,5D
2 GR Granule Furadan 3GR
3 GB Granule Bait Agrita GB
4 TP Tracking Powder Racumin 0,75TP
5 RB Ready Bait Ratkill RB
6 RMB Ready Mix Bait Klerat RMB
7 WG Wettable Granule Closer 50WG
8 WDG Wettable Dispersible Granule Ally 20WDG
9 SG Soluble Granule Proclaim 5SG
10 WP Wettable Powder Antracol 70WP
11 SP Soluble Powder Cyrrotex 75SP
12 T Tablet AgroGibb 20T
13 WT Wettable Tablet Gibralic 25/5WT
14 SD Seed Dressing Saromyl 35SD
• Produk pestisida formulasi padat umumnya diaplikan
dengan cara disemprotkan, dicampur dengan air. Ada juga
yang sudah siap pakai bisa langsung diaplikasikan.

•  D/Tepung Hembus
• Pestisida dengan formulasi D berbentuk tepung merupakan
produk yang siap pakai, dalam aplikasinya tidak perlu
dicampur dengan air. Ukuran partikelnya sangat kecil 10-30
mikron dengan konsentrasi bahan aktif rendah sekitar 2%.
Cara aplikasinya dengan dihembuskan (dusting) dengan alat
tertentu.

  GR
• Pestisida dengan formulasi GR umumnya merupakan produk
yang siap pakai dengan cara ditaburkan. Dalam aplikasinya
biasanya dicampur dengan pupuk butiran. Kandungan
bahan aktifnya relatif rendah sekitar 3%.
• B (Bait/Umpan)
• Formulasi ini banyak digunakan untuk produk
rodentisida. RB atau RMB merupakan umpan
yang siap pakai, sudah dicampur dengan pakan.
•  WG, WDG dan SG
• Formulasi WG dan WDG ini berbentuk butiran,
seperti formulasi G, namun kandungan bahan
aktifnya relatif lebih tinggi dan dalam
penggunaannya harus diencerkan terlebih
dahulu dengan air, diaplikasikan dengan cara
disemprotkan. Sedangkan formulasi SG bedanya
jika dicampur dengan air akan membentuk
larutan sempurna.
• WP
• WP merupakan formulasi berbentuk tepung dengan
ukuran partikel sangat kecil (satuan mikron) dan
mengandung bahan aktif yang relatif tinggi hingga 80%.
Diaplikasikan dengan cara disemprotkan, jika dicampur
dengan air akan membentuk suspensi, dan perlu
pengadukan yang lebih lama supaya dapat tercampur
dengan air.
•   SP
• SP merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika
dicampur dengan air akan membentuk larutan
homogen. Diaplikasikan dengan cara disemprotkan.
•    SD
• SD merupakan formulasi khusus berbentuk tepung yang
digunakan dalam perawatan benih.
Formulasi Khusus

• Ultra Low Volume (ULV)


Formulasi ini merupakan formulasi khusus untuk
penyemprotan dengan volume ultra rendah, volume
semprot antara 1-5 liter/hektar. Umumnya, formulasi
ULV sudah siap pakai yang tidak harus dicampur air lagi.
Dalam aplikasinya menggunakan alat khusus yang
menghasilkan butiran semprot sangat halus, sehingga
formulasi ini berbasis minyak. Karena butiran berbasis air
yang sangat halus akan mudah mengalami penguapan
LABELING
• SETIAP WADAH PESTISIDA HARUS DIBERI
LABEL

• LABEL MERUPAKAN SUMBER INFORMASI


TERPENTING DALAM PENANGANAN
DAN PENGGUNAAN PESTISIDA

• LABEL MEMUAT BERBAGAI PETUNJUK


PETUNJUK PENGGUNAAN, PERINGATAN
BAHAYA, PERTOLONGAN PADA
KECELAKAAN, DSB.)
Bagian Pokok Label
• Bagian I: Informasi Teknis Suatu
Produk
• Bagian II : Bagaimana dan Kapan
Menggunakan Suatu
Produk
• Bagian III: Pencegahan dan
Pertolongan Pertama
INFORMASI TEKNIS SUATU PRODUK

- JENIS PESTISIDA
- NAMA DAN KADAR BAHAN AKTIF
- NAMA DAGANG FORMULASI
- ISI ATAU BERAT BERSIH DALAM KEMASAN
- PERINGATAN KEAMANAN
- KLASIFIKASI DAN SIMBOL BAHAYA
- PETUNJUK KEAMANAN
- GEJALA KERACUNAN
- P3K
- PERAWATAN MEDIS
- PETUNJUK PENYIMPANAN
- PETUNJUK PENGGUNAAN
- PIKTOGRAM
- NOMOR PENDAFTARAN
- NAMA DAN ALAMAT SERTA NOMOR TELEPON
PEMEGANG NOMOR PENDAFTARAN
-NOMOR PRODUKSI, BULAN DAN TAHUN
PRODUKSI (BATCH NUMBER), SERTA BULAN DAN
TAHUN DALUWARSA
- PETUNJUK PEMUSNAHAN
KALIMAT YANG WAJIB DICANTUMKAN

• BACALAH LABEL SEBELUM MENGGUNAKAN


PESTISIDA INI

• SIMPAN DI TEMPAT YANG AMAN DAN JAUH


DARI JANGKAUAN ANAK-ANAK

• BACALAH PETUNJUK YANG LENGKAP PADA


LEMBARAN TERPISAH YANG MENYERTAI
WADAH INI
BAGAIMANA DAN KAPAN MENGGUNAKAN
SUATU PRODUK

• BAGAIMANA MENGAPLIKASIKAN SUATU


PRODUK
• DIMANA SUATU PRODUK DIAPLIKASIKAN
DAN BERAPA KALI
(APLIKASI TERAKHIR SEBELUM PANEN)
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai