Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR LINGKUNGAN

KULTUR JARINGAN

Dyah Nuning Erawati, SP. MP.


Kebutuhan Cahaya
 Tanaman memerlukan cahaya untuk fotosintesa, sebagai
pengendali dan pemicu respon morfogenesis
 Panjang gelombang cahaya matahari yang berperan dalam
fotosintesis adalah antara 400-700 nm
 Jumlah cahaya efektif dalam fotosintesis dinamakan fluks foton
fotosintesis (PPF).
 Pada berbagai habitat, 80-90% PPF (400-500 nm) akan diserap
oleh daun dan 10-20% (550-700 nm) akan diteruskan ke daun
yang lebih bawah atau diteruskan ke tanah atau dipantulkan ke
lingkungan sekitar.
 Tanaman hanya menggunakan 5% cahaya yang ditangkap untuk
fotosintesis dan lebih dari 95% hilang dalam bentuk panas.
Spektrum cahaya
Kualitas cahaya
 Cahaya putih merupakan cahaya yang baik untuk
pertumbuhan kultur.
 Lampu fluorescent biasa digunakan sebagai sumber
cahaya dalam ruang kultur. Keseimbangan
spektrum lampu fluorescent sangat baik dan sangat
efisien dalam penggunaan energi bila dibandingkan
dengan lampu pijar.
 Bentuk lampu memungkinkan penyebaran cahaya
yang baik, dengan panas yang dikeluarkan relatif
rendah.
 Pada lampu pijar, hampir 90 persen merupakan
Intensitas cahaya
 Intensitas cahaya yang
baik dari lampu
fluorescent adalah antara
1000-400 ft-c (1000-
4000 lux).
 Intensitas cahaya diatur

dengan menempatkan
jumlah lampu dengan
kekuatan tertentu pada
jarak antara 40-50 cm
dari tabung kultur
Panjang penyinaran
 Total cahaya yang dibutuhkan suatu tanaman
merupakan fungsi dari periode penyinaran
 Berapa lama cahaya harus diberikan, tergantung

dari jenis tanaman dan respon yang diinginkan.


 Ada kultur yang membutuhkan penyinaran terus-

menerus, tapi banyak juga penelitian yang


memperoleh hasil bahwa penggunaan panjang
penyinaran selama 14-16 jam memberikan hasil
yang baik.
Temperatur 1

 Tanaman umumnya tumbuh pada lingkungan


dengan suhu yang tidak sama setiap saat,
misalnya pada siang dan malam hari tanaman
mengalami kondisi dengan perbedaan suhu yang
cukup besar
 Temperatur yang digunakan dalam kultur in vitro
lebih tinggi dari kondisi suhu in vivo.
Tujuannya adalah untuk mempercepat
pertumbuhan dan morfogenesis eksplan.
Temperatur 2
 Suhu yang digunakan adalah konstan, yaitu
25C (kisaran suhu 17 - 32C).
 Tanaman tropis umumnya dikulturkan pada suhu

yang sedikit lebih tinggi dari tanaman empat


musim, yaitu 27C (kisaran suhu 24 - 32C).
 Suhu ruangan di negara tropis dapat diturunkan

dengan pemasangan AC. Pemakaian AC mutlak,


karena ruang kultur merupakan ruang tertutup
yang sedikit sekali mempunyai aliran udara
bebas
Temperatur 3

 Bila suhu siang dan malam diatur berbeda, maka


perbedaannya umumnya adalah 4 - 8C, variasi
yang biasa dilakukan adalah 25C siang dan 20C
malam, atau 28C siang dan 24C malam.
 Pada suhu ruang kultur dibawah optimum,

pertumbuhan eksplan lebih lambat, namun pada


suhu diatas optimum pertumbuhan tanaman juga
terhambat akibat tingginya laju respirasi eksplan.
Kelembaban Relatif
 Kelembaban relatif dalam botol
kultur dengan mulut botol yang
ditutup umumnya cukup tinggi, yaitu
berkisar antara 80 - 99%.
 Jika mulut botol ditutup agak longgar

maka kelembaban relatif dalam botol


kultur dapat lebih rendah dari 80%.
 Kelembaban relatif di ruang kultur

umumnya adalah sekitar 70%.


 Kelembaban dalam botol kultur

terlihat adanya kondensasi (titik air)


pada dinding botol
Kelembaban Relatif
 Jika RH ruang kultur berada dibawah 70% maka akan
mengakibatkan media dalam botol kultur (yang tidak
tertutup rapat) akan cepat menguap dan kering sehingga
eksplan dan plantlet yang dikulturkan akan cepat
kehabisan media.
 Jika RH dalam botol kultur yang terlalu tinggi
menyebabkan tanaman tumbuh abnormal yaitu
daun lemah, mudah patah, tanaman kecil-kecil
namun terlampau sukulen
 RH tinggi meningkatkan resiko infeksi kontaminan

dan media cepat kehilangan air melalui evaporasi


Oksigen
 Kebutuhan oksigen in vitro
lebih tinggi daripada in vivo
karena pertumbuhan akar
adventif dipacu oleh adanya
suplai oksigen yang memadai
 Penambahan oksigen dapat
dilakukan dengan
penggunaan media cair yang
dikombinasikan tempat
inkubasi yang bergerak
(shaker)
Karbondioksida
 Kebutuhan karbondioksida in vitro lebih rendah
dibandingkan in vivo karena intensitas radiasi sangat
rendah
 Sumber karbon yang baik pada in vitro adalah sukrosa

Sukrosa Monosak
enzim intervase (efektif pada pH rendah)

Fungsi : 1. sumber energi


2. tekanan osmotik media
Terimakasih……

Anda mungkin juga menyukai