Anda di halaman 1dari 30

Gangguan Keb.

eliminasi urine akibat


patologis pada klien dengan BPH

Sri Hidayati, M.Kep. Sp. KMB


Pendahuluan

 Hypertrophy/hyperplasia cell prostate


 Terjadi akibat ketidak seimbangan
hormonal, infeksi, PMS
 Resiko 50% diatas usia 50 tahun
 Resiko 75% diatas usia 75 tahun
 Pertumbuhan kasus terus meningkat
 Tidak terkait dengan kebiasaan sex
 Takdir seorang laki-laki
 Tidak bisa dicegah, hanya bisa dideteksi
 Perkembangan ke arah keganasan perlu
dicurigai
 Berkembang secara lambat namun pasti
Patofisiology

 Pembesaran prostate
 Hambatan aliran urine di kandung kemih
 Hambatan aliran urine di urether
 Hambatan aliran urine dari ginjal

G I NJ A L
GA G A L
BPH

 Malfungsi saluran perkemihan akibat lesi


(benign/malignat) dari kelenjar prostat
 Hiperplasi ≠ hipertropi
Faktor resiko
 Benign
 Perubahan kadar estrogen/androgen
 Laki-laki > 50 th

 Malignant
 Genetik
 Faktor hormonal
 Diet ↑ lemak
 Terpapar karsinogen kimia
Patofisiolologi
Pembesaran prostat (↑ jumlah sel)

Resistensi pada leher kandung kemih dan prostat ↑


Otot destrusor menebal dan merenggang (fase kompensasi)

Destrusor menjadi lelah dan mengalami dekompensasi, tdk dpt


berkontraksi

Retensio urin

Hydroureter, hidronephrosis
Komplikasi

 Gangguan pengeluaran urin


 Refluks urin
Gejala
 Gejala iritatif :
 Frekuensi (sering miksi)
 Nokturia
 Urgensi
 disuria
 Gejala obstuktif
 Pancaran melemah
 Rasa tidak puas setelah miksi
 Harus menunggu lama jika ingin miksi
 Mengedan, kencing terputus-putus, waktu miksi
memanjang
 Retensi urin
 Inkontinen
Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan fisik : rectal examination
 Laboratorium
 Darah
 Urin
 Fungsi renal
 Radiologis
 Foto polos abdomen
 USG
 BNO-IVP
 Cystography
 Kateterisasi dan cystoscopy
Penatalaksanaan Medis
 Terapi medika mentosa
 Terapi bedah, Indikasi :
 Retensio urin berulang
 Hematuria
 Tanda penurunan fungsi ginjal
 Infeksi saluran kemih berulang
 Tanda obstruksi berat : divertikel,
hidroureter dan hidronefrosis
 Ada batu saluran kemih
Pembedahan

 TURP ( Trans Urethral Resection


Prostate)
 Suprapubic prostatectomy
 Retropubic prostatectomy
 Perineal prostatectomy
 Laparoscopic radical prostatectomy
 Robotic-assisted radical prostatectomy
Bakri, 2004 – di RS Sardjito
Pengkajian

 Data Subyektif
 sulit bak –sedikit
 BAK menetes

 Sering –urgency

 Nocturia

 Retensi

 Hematuria
 Data Objektif
 Residu urin : 25 – 50 ml setelah BAK
 Distensi kandung kemih

 Pembesaran prostat

 Lab :
 Urin : ↑ RBC, WBC
 Darah : ↑ creatinin
Dx. Keperawatan

 Pre operasi :
 Retensi urin b/d adanya sumbatan,
tingginya tekanan urethral karena lemahnya
otot destrusor
 Kerusakan eliminasi urin b/d obtruksi
anatomis
 Nyeri akut b/d agen injury fisik
Dx. Keperawatan/masalah
kolaboratif
 Post operasi
 Nyeri akut b/d agen injury fisik
 Resiko infeksi

 Cemas b/d perubahan status kesehatan

 Kurang pengetahuan b/d keterbatasan


pemahaman tentang proses penyakit
Resiko infeksi

Definiton :
The state in which an individual is at
increased risk for being invaded by
pathogenic organism
NOC
 Immune Status
 Knowledge : Infection control
 Risk control
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… pasien
tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas normal
 Menunjukkan perilaku hidup sehat
 Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas
normal
NIC
 Pertahankan teknik aseptif
 Batasi pengunjung bila perlu
 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
 Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
 Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
 Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
 Tingkatkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik:.................................
NIC
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
Kasus 1
Th J, 64 th. Masuk ke RS dengan keluhan nyeri saat
BAK. Hari ini hari 1 post operasi open prostatectomy.
Saat ners Juli melakukan pengkajian, Tn J mengeluh
adanya nyeri di tempat operasi, Skala nyeri 4 .
Terdapat luka operasi di bagian bawah abdomen,
panjang 10 cm, letak vertikal. Terpasang folley kateter
untuk iragasi. Output irigasi berwarna merah. Tn J
mengatakan takut untuk bergerak, khawatir luka
operasinya terbuka. Dari instruksi post operasi klien
sudah boleh mulai miring kiri-kanan sejak jam 10 tadi
pagi, Irigasi 70 – 80 tpm. Injeksi Ceftriaxone 1 x 1gr,
Pronalges 3 x 1 ampul.
Kasus 2
 Pasien dengan BPH (pre operasi) dirawat
diruang penyakit dalam, klien direncanakan
akan menjalani esok hari. Klien terpasang
infus RL 20 tts/menit, minum 2 gelas per 8
jam, makan habis ½ porsi, terpasang foley
kateter dengan jumlah urine 300 cc/8 jam,
TTV dalam batas normal, klien belum BAB
sejak dirawat, tidak muntah, tidak mengalami
perdarahan, dan tidak terpasang NGT, hitung
balance cairan pasien tersebut.
 Catatan tambahan : Cara menghitung
tetesan infus
 Faktor tetesan : mikro : 60 tts
Makro : 20 tts

Brp tts/mnt = infus (ml) x faktor tetesan


jam (dlm menit)
 Pasien BPH diinfus RL 500 cc, di
sarankan dokter infus tersebut habis
dalam 5,5 jam, berapa tetes pemberian
infus tersebut? (makro)
 Pasien BPH mengalami sedikit
dehidrasi, diinfus RL 500 cc, pemberian
infus 40 tetes/menit, berapa jam infus
tersebut habis?
Tugas

 Identifikasi diagnosa keperawatan/


masalah kolaboratif yang muncul pada
Tn. J !
 Buat perencanaan Asuhan Keperawatan
untuk Tn J !

Anda mungkin juga menyukai