Anda di halaman 1dari 21

bochins.

paw

Journal Reading ECE

Maulidatus sabrina
(195070601111004)
Vignette
Seorang remaja putri, umur 18 tahun datang ke PMB bersama ibunya untuk periksa dan
konsultasi. Ibunya mengatakan bahwa remaja putri tersebut selama 3 bulan terakhir tidak
mengalami menstruasi. Terakhir mengalami menstruasi 4 bulan yang lalu selama 15 hari
dengan darah yang sangat banyak, sebelumnya pernah mengalami tidak menstruasi
selama 5 bulan, tidak pernah dismenore. Saat ini tidak mengalami mual muntah, tidak
memiliki pacar dan tidak pernah melakukan hubungan intim dengan lawan jenis.
Beberapa hari terakhir remaja tersebut merasakan lebih gemuk dari biasanya, nafsu
makan tidak terkontrol, dan mengaku sedang banyak beban pikiran. Tidak ada riwayat
anemia. Hasil pemeriksaan: TB 157 cm, BB 75 kg, TD 110/70 mmHg, N 78 x/menit. IMT
30,4
Analysis Journal 1
Journal Biography Population Intervention
“The Relationship Between --
Body Mass Index (BMI) and Populasi penelitian mencakup semua siswa
Menstrual Disorders at perempuan tingkat sekolah dasar, sekolah menengah
Different Ages of Menarche
and Sex Hormones” pertama, dan menengah atas di distrik 4 Shiraz. Total
seluruh sampel diperkirakan mencapai 2000 dengan
Author: Naeimeh Tayebi, kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan
M.Sc., Zahra Yazdanpanahi,
M.Sc., Shahrzad Yektatalab, dalam jurnal
Ph.D., Saeedeh Pourahmad,
Ph.D., Marzieh Akbarzadeh,
M.Sc.

National Medical
Association Vol. 110 (2018)
 
Analysis Journal 1
Comparisson Outcome Time
--
Terdapat hubungan yang signifikan terkait IMT Penelitian ini dilakukan pada tahun
dengan kejadian permasalahan menstruasi. 2014-2015 dengan metode analitis
cross-sectional
Latar Belakang

Obesitas merupakan suatu permasalahan yang muncul yang bisa menggiring ke


berbagai permasalahan kesehatan yang serius seperti diabetes, asthma, penyakit
kardiovaskular, dsb. Disebutkan dalam sebuha penelitian lebih dari 35% di United States
pada kisaran tahun 2009-2010 obesitas yang berlebihan dapat mempengaruhi berbagai
aspek perkembangan pubertas dan parameter hormonal selama pubertas. Siklus menstruasi
yang tidak teratur merupakan salah satu permasalahan yang muncul. Gangguan siklus
menstruasi dapat diklasifikasikan berdasarkan usia, frekuensi, durasi, dan jumlah
perdarahan serta gejalanya seperti nyeri, dll. Gangguan menstruasi yang paling sering terjadi
di kalangan remaja seperti amenore, dismenore, perdarahan hebat.
Latar Belakang

Dalam sebuah penelitian di Iran menyebutkan bahwa kurangnya penanganan poros


hipotalamus-hipofisis-ovarium adalah alasan paling umum untuk menjelaskan penyebab
gangguan menstruasi pada remaja putri ini. Peneliti menyimpulkan bahwa perlu dilakukan
evaluasi pola endokrin dan gizi pada remaja dengan gangguan haid untuk memastikan
kesehatannya secara umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
IMT dan gangguan menstruasi pada berbagai macam usia menarche dan kondisi hormon
reproduksi.
metode

Penelitian ini menggunakan metode analitis cross sectional pada tahun 2014-2015.
Populasinya mencakup seluruh siswa sekolah dasar, menengah pertama, dan menengah atas
di distrik 4 Shiraz. Banyaknya sampel diperkirakan mencapai 2000 sampel. Kriteria inklusi
dan eksklusi juga dijelaskan dalam jurnal dalam proses sampling. Setelah itu seluruh subjek
penelitian diberikan lembar kuisioner untuk dijawab, kuisioner demografi meliputi
pertanyaan (umur, usia haid, IMT, lama haid, siklus haid).
hasil

Berdasarkan hasil pengolahan data sebesar 1024 (51,2%) dari total 2000 memiliki IMT
yang normal dan kelompok terkecil 26 subek (1,3%) memiliki IMT 30. Tidak ditemukan
terkait IMT dengan usia menarche. Mengenai hubungan antara IMT dengan kejadian
gangguan menstruasi juga tidak ditemukan hubungan yang signifikan. Menurut Soheilikhah
dkk. menyelidiki alasannya pada 260 pasien amenore. Penyebabnya adalah kelainan
anatomi, kegagalan ovarium dan kelainan terkait anovulasi dengan adanya estrogen dan
tanpa estrogen. Menurut Yamamoto penelitian menunjukkan bahwa semakin kecil BMI akan
semakin banyak gangguan menstruasi, dengan begitu hubungan antara obesitas dengan
kejadian gangguan menstruasi tidak terjadi secara signifikan.
hasil

Dalam penelitian ini tetap ditemukan adanya hubungan antara obesitas yang berlebih
dengan gangguan menstruasi (namun memang tidak signifikan berhubungan) disebabkan
karena aromatisasi androgen menjadi steroid meningkat seiring peningkatan jaringan
adiposa yang berujuang pada perubahan hormon globin yang mengikat hormon seks yang
dapat mengakibatkan terganggunya regulasi siklus menstruasi. Peneliti menyatakan bahwa
angka BMI lebih dari 25 pada wanita dengan sindrom hiperandrogenisme dan amenore
dikaitkan dengan gangguan endokrin dan metabolisme yang parah.
Analysis Journal 2
Journal Biography Population Intervention

“Association between obesity with Sampel diambil data


Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 401 sampel darah setelah
pattern and length of menstrual cycle: 8-12 jam berpuasa
wanita dari data DERCAM (Determinants of
The role of metabolic and hormonal pada saat minggu
Breast Cancer Risk) yang dilakukan di Santiago, pertama fase folikuler
markers” untuk kebutuhan
Chille. Peneliti mempertimbangkan juga terkait pengamatan variabel
variabel antropometri meliputi (berat badan, metabolik. Sementara
Author: Alejandra Andrea Roman Laya, pengambilan variabel
Ana Pereirab, Maria Luisa Garmendia tinggi badan, lingkar pinggang dan presentase hormonal dilakukan
dengan teknik
Miguel lemak tubuh) Radioimmunassay
(RIA)
European Journal of Obstetrics &
Gynecology and Reproductive Biology
260 (2021)
Analysis Journal 2
Comparisson Outcome Time
--
Terdapat hubungan yang signifikan antara Penelitian ini dilakukan pada tahun
obesitas dengan pola menstruasi yang tidak 2011-2012 dengan metode analitis
teratur dan siklus menstruasi yang memanjang cross-sectional
Latar Belakang

Obesitas adalah masalah kesehatan masyarakat, yang prevalensinya meningkat di


seluruh dunia. Wanita dengan obesitas memiliki peningkatan risiko panjang siklus
menstruasi yang tidak teratur, yang dapat meningkatkan risiko keguguran dan masalah
kesuburan. Ada beberapa mekanisme yang ditetapkan dimana obesitas dapat mempengaruhi
fase folikuler (FP) dan fase luteal (LP) dari siklus menstruasi. Ada beberapa studi yang telah
meneliti hubungan antara obesitas dan siklus menstruasi yang dimediasi oleh hormone dan
sebagian besar telah dilakukan di negara maju dan bukan di negara berkembang. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara adipositas dan panjang siklus menstruasi
dan keteraturan dalam sampel wanita Chili dan menilai apakah hubungan ini melalui
penanda hormonal dan metabolic
metode

Penelitian ini menggunakan metode analitis cross sectional pada tahun 2011-2012.
Populasinya mencakup sebanyak 401 wanita dari data DERCAM (Determinants of Breast
Cancer Risk) yang dilakukan di Santiago, Chille. Dalam pengambilan sampel peneliti juga
memperhatikan variabel sosiodemografi, variabel antropometri, dan mempertimbangkan
terkait data obesitas abdominal. Untuk memperoleh variable metabolic dan hormonal,
sampel darah dikumpulkan setelah 8 sampai 12 jam puasa di minggu pertama fase folikuler.
Glukosa serum dan trigliserida ditentukan dengan metode kolorimetri enzimatik.
metode

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan model regresi logistik ganda dan
regresi logistik multinomial untuk mengetahui hubungan antara penanda adipositas,
variabel metabolik dan hormonal dengan pola menstruasi dan lama siklus menstruasi.
Hubungan antara variabel hormonal dengan penanda adipositas diuji melalui koefisien
korelasi rank Spearman correlation
hasil

Dalam penelitian ini disebutkan bahwa wanita dengan obesitas cenderung memiliki
siklus menstruasi yang lebih lama. Di antara wanita yang memiliki siklus haid yang lama,
40,5% mengalami obesitas, 73,4% mengalami obesitas abdominal. Adipositas yang diukur
dengan BMI dan BFP dikaitkan dengan siklus menstruasi yang panjang, sedangkan BFP
berhubungan dengan siklus menstruasi yang pendek dan panjang. Hubungan antara
adipositas dan panjang siklus menstruasi tidak tergantung pada Sex hormone globulin,
estrone, dan insulin. Pengaruh BMI terhadap siklus menstruasi tidak teratur tidak signifikan
secara statistik, sementara wanita dengan presentase lemak tubuh yang tinggi memiliki
risiko lebih tinggi mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur.
Pembahasan

Dari kedua jurnal di atas sama-sama membuktikan bahwa pengaruh BMI terhadap kejadian
gangguan menstruasi tidak berpengaruh secara signifikan, sementara wanita dengan obesitas
atau wanita dengan presentase lemak tubuh yang tinggi berisiko lebih tinggi terhadap kejadian
menstruasi tidak teratur. Hal ini terjadi karena beberapa komponen jaringan adiposa, seperti
leptin, akan memiliki fungsi perangsang Gonadotropin-releasing hormone (GnRH).
Pembahasan
Kelebihan lemak tubuh meningkatkan kadar leptin, yang bila dipertahankan dari waktu ke
waktu, dapat menyebabkan perubahan pada GnRH, menghasilkan hipogonadisme, mengurangi
sekresi LH, FSH, dan estrogen yang mempengaruhi kesuburan.

Kelebihan jaringan adiposa meningkatkan aromatisasi perifer, yang mengubah androgen


menjadi estrogen, mempengaruhi regularisasi sumbu hipotalamus-hipofisis-ovarium (HPO).
Selain itu, wanita dengan obesitas mungkin memiliki jumlah asam lemak bebas yang lebih tinggi,
yang secara berlebihan menghasilkan lipotoksisitas yang mampu merusak sel oosit yang
mempengaruhi kehamilan
bochins.paw

Thankyou
Any question ?
Diskusi
1. Izin bertanya kepada Maulidatus sabrina, tadi dijelaskan hasil penelitian menunjukkan
bahwa BMI tidak signifikan tetapi BFP signifikan. itu bagaimana ya ? beda dari BMI dan BFP
apa ? terima kasih (Elliana Khoirun Nisaa’)

2. Izin bertanya kepada maulidatus. tadi disebutkan dalam jurnal 1 tujuannya untuk
mengetahui hubungan antara IMT dan gangguan menstruasi pada berbagai macam usia
menarche dan kondisi hormone reproduksi, nah apakah dalam melakukan evaluasi hanya
dilakukan pola endokrin dan gizi pada remaja, apakah tidak ada tambahan sealin itu?
terimakasih (Onyxz Dea Putry)
Diskusi

1. BMI menurut kepanjangannya adalah Body Mass Index sementara BFP adalah Body Fat
Presentage. BMI ini diukur dengan timbangan dan tinggi badan, sementara BFP untuk
menghitungnya memerlukan tenaga yang kompeten dan memang tidak dapat dihitung
dengan sendirinya. Kebanyakan untuk mengukur BFP adalah dengan linkar perut. BMI
merupakan perhitungan berat tubuh yang mana berat tubuh tidak hanya mencakup lemak
saja tapi juga massa tulang, massa otot, dll. BFP adalah murni pengukuran kadar lemak dalam
tubuh
Diskusi
1. Dalam jurnal pertama fokus penelitian adalah diduga adanya hubungan antara BMI
seseorang dengan kejadian menstruasi yang tidak tertaur. Evaluasi yang dilihat memang
hanya seputar zat gizi dan juga keadaan hormon dalam tubuh terutama hormon reproduksi.
Karena peneliti mencurigai bahwa kebanyakan yang mengalami menstruasi tidak teratur
adalah erat hubungannya dengan status gizi yang rendah ataupun berlebih pada seseorang
yang mana akan mengakibatkan hormon dalam tubuh menjadi tidak stabil. Dala penelitian
jurnal 1 memang evaluasinya masih difokuskan kepada kedua parameter tersebut.

Anda mungkin juga menyukai