2, Juni 2008
81
pertumbuhan
intra
uterinnya
(Pittard III, 1998).
Beberapa
faktor
yang
berpengaruh terhadap kejadian
BBLR
antara
lain
:
faktor
demografis,
perilaku
dan
lingkungan, pelayanan medis dan
faktor bio-medis yaitu : tinggi
badan ibu, berat badan ibu, umur
ibu, paritas, frekuensi / jumlah
kehamilan,
riwayat
kehamilan
terdahulu, kadar hb, tekanan
darah ibu.
Diantara beberapa
faktor risiko tersebut masalah
anemia pada ibu hamil merupakan
faktor yang sangat menarik untuk
dikaji,
khususnya
di
negara
berkembang
seperti
Indonesia
karena prevalensinya tinggi (Agtini,
1
dkk, 1994).
Hasil
Survey
Kesehatan
Rumah Tangga di Indonesia tahun
1995 menunjukan bahwa 51% ibu
hamil yang menderita anemia
mempunyai resiko kesakitan yang
lebih
besar
terutama
pada
trimester
III
kehamilan
dibandingkan dengan ibu hamil
normal. Akibatnya ibu hamil yang
menderita
anemia
mempunyai
resiko
lebih
besar
untuk
melahirkan bayi dengan BBLR,
kematian
saat
persalinan,
pendarahan pasca persalinan yang
sulit karena lemah dan mudah
mengalami gangguan kesehatan
(Depkes RI, 1996).
Sebagai
gambaran
di
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Djojonegoro
Kabupaten
Temanggung tahun 2005 tercatat
dari seluruh jumlah kelahiran
10.152
dan
terdapat
angka
kematian
bayi
10,54/1000
kelahiran hidup, dimana 2,34%
kematian disebabkan oleh BBLR.
Adapun penelitian yang terkait
dengan penyebab kejadian BBLR di
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Djojonegoro
Kabupaten
Temanggung sampai saat ini belum
pernah diteliti termasuk penelitian
82
1)
Bayi
yang
dilahirkan
memiliki
umur
kehamilan
lebih dari 37 minggu.
2)
Bayi dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram.
3)
Ada data riwayat antenatal
care dan persalinan.
4)
Ada data pemeriksaan Hb
pada saat kehamilan.
c.
Eksklusi :
1)
Data riwayat antenatal dan
persalinan kurang lengkap.
2)
Data pemeriksaan kadar Hb
tidak ada.
3)
Ada
riwayat
komplikasi
selama
kehamilan
(pre
eklamsi,
perdarahan,
hipertensi, atau penyakit
lain).
Untuk
menentukan
besarnya sampel dalam penelitian
ini
dengan
menggunakan
pendekatan Accidental Sampling
yaitu suatu pendekatan untuk
menentukan jumlah sampel, yang
dilakukan berdasarkan kebetulan
yang dijumpai. Hal ini berarti
bahwa populasi yang memenuhi
kriteria inklusi dalam penelitian ini
digunakan
seluruhnya
sebagai
sampel
dalam
penelitian
ini.
Setelah melalui proses rekapitulasi
jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini sebesar 59
kasus BBLR dan diambil pula
jumlah sampel kontrol sebesar 59
kasus BBLN.
Analisa data adalah alat
statistik
untuk
mengukur
hubungan
variabel
yang
ditanyakan dalam inpartu dengan
demikian
akan
menjawab
hubungan antara anemia pada ibu
hamil dengan berat bayi lahir
rendah. Data yang akan dianalisa
dengan menggunakan :
1. Analisa univariant, yaitu
analisa tiap-tiap variabel
hasil penelitian yaitu anemia
ibu
hamil
dan
BBLR
dilakukan
dengan
menghitung prevalensinya.
83
2. Analisa
bivariant,
yaitu
analisa
yang
dilakukan
terhadap 2 varibel yang
diduga ada korelasi. Uji
korelasi
menggunakan
chisquare melalui koefisien
kontingensi, dikatakan ada
hubungan bermakna jika
p<0,05
dan
tidak
ada
hubungan jika p>0,05.
3. Untuk
mengetahui
hubungan anemia terhadap
BBLR digunakan statistik chi
square
HASIL DAN BAHASAN
Hasil pengumpulan data
selama kurun waktu satu bulan,
yang dilakukan di Ruang Rekam
Medik
RSUD
Djojonegoro
Kabupaten
Temanggung,
didapatkan bahwa pada periode 1
Januari 2005 31 Desember 2005
ditemukan sebesar 108 kelahiran
hidup non rujukan dengan BBLR.
Setelah melalui proses rekapitulasi
keseluruhan
populasi,
rekam
medik yang masuk kriteria inklusi
adalah sebesar 59 rekam medik
yang mencatat kejadian BBLR.
Untuk selanjutnya, sebagai kontrol
diambil pula sampel sebesar 59
rekam
medik
yang
mencatat
kejadian kelahiran dengan bayi
berat lahir normal (BBLN).
Pada penelitian ini diperoleh
data bahwa berat badan bayi dari
keseluruhan sampel kasus bayi
berat lahir rendah (BBLR) berada
pada rentang antara paling rendah
1250 gram dan paling berat 2450
gram, dengan rerata 2250 gram.
Modus berat badan bayi paling
84
BBLR
N
38
21
59
%
64,4
35,6
100
BBLN
N
12
47
59
%
20,3
79,7
100
Jumlah
N
50
68
118
%
42,3
57,7
100
N ad cb
=
a b c d a c b d
2
x2
Keterangan :
x2 = chi kuadrat
N = jumlah sample
a
= proporsi kasus dengan faktor resiko
b
= proporsi kontrol dengan faktor resiko
c
= proporsi kasus tanpa faktor resiko
d
= proporsi kontrol tanpa faktor resiko
Hasil yang diperoleh yaitu
kejadian BBLR sebesar 7,1%.
23,46 lebih besar dari x2 tabel
Sedangkan dari Profil Kesehatan
yaitu 3,84.
Untuk mengetahui
Indonesia bayi berat lahir rendah di
signifikansi
hasil
perhitungan
Indonesia adalah 14%. Beberapa
dilakukan secara komputasi yaitu
peneliti melaporkan angka kejadian
dengan
menggunakan
program
BBLR di Indonesia diantaranya
komputer diperoleh nilai p yaitu p =
penelitian kohort di Sukabumi
0,00 (p<0,05. Hal ini menunjukkan
memperoleh insiden BBLR 10,7%,
bahwa nilai x2 adalah signifikan
penelitian
di
Ujung
Berung
sehingga ada hubungan antara
mendapatkan angka kejadian BBLR
anemia pada ibu hamil dengan
sebesar 14,7%. Penelitian di Ciawi
kejadian BBLR. Dari perhitungan
Kabupaten Bogor mendapatkan
manual odds ratio kejadian BBLR
kejadian BBLR 16,1% (Rahman,
yang dipengaruhi anemia sebesar
2000). Sedangkan pada penelitian
7,08 dengan interval kepercayaan
ini, angka kejadian BBLR di RSUD
(95%) maka didapatkan hubungan
Djojonegoro
Kabupaten
yang bermakna antara anemia
Temanggung periode 1 Januari
terhadap BBLR.
2005-31 Desember 2005 sebesar
Angka kejadian bayi berat
14,09%.
lahir rendah (BBLR) di Indonesia
Hal
ini
berarti
angka
tergolong
tinggi,
data
yang
kejadian dalam penelitian ini
menunjukkan
hal
tersebut
menunjukkan
prosentase
yang
diperoleh
berdasarkan
analisis
mendekati sama dengan hasil
lanjut Survey Demografi Kesehatan
penelitian di daerah lain. Angka
Indonesia (1994) yaitu angka
kejadian yang mendekati sama
85
tersebut
dalam
teori
dapat
disebabkan
oleh
karakteristik
tempat yang sejenis, yaitu tempat
tinggal berada di dataran tinggi.
Hal ini nampaknya menjadi salah
satu faktor penyebab terjadinya
kasus BBLR. Kerapatan udara di
dataran tinggi relatif lebih renggang
dari pada di dataran rendah,
sehingga diperlukan lebih banyak
haemoglobin untuk
mengikat
cukup oksigen (Mokoagow, 2006).
Sehingga wanita hamil yang hidup
di dataran tinggi seperti di
Kabupaten
Temanggung
membutuhkan kadar haemoglobin
yang optimum.
Karena kerja
haemoglobin untuk manusia yang
hidup di dataran tinggi lebih berat
dibandingkan pada manusia yang
hidup di dataran rendah. Apabila
jumlah haemoglobin pada manusia
yang hidup di dataran tinggi tidak
optimum,
maka
pemenuhan
kebutuhan yang di transportasikan
melalui
haemoglobin
seperti;
oksigen,
zat
makanan,
sisa
metabolisme dan lain-lain akan
berkurang. Pada wanita hamil hal
ini sangat beresiko terutama untuk
janinnya. Dengan demikian upaya
dalam rangka membuat kondisi
haemoglobin yang optimum pada
tubuh ibu hamil terutama yang
hidup di daerah dataran tinggi
akan sangat diperlukan.
Upaya-upaya tersebut bisa
melalui
pencegahan
dan
penanggulangan anemia antara
lain
dengan
meningkatkan
konsumsi zat besi dari makanan
seperti sayuran hijau dan buahbuahan ditambah dengan kacangkacangan dan padi-padian yang
cukup banyak mengandung zat
besi dan vitamin-vitamin lain,
terutama
vitamin
C
yang
diperlukan untuk meningkatkan
penyerapan zat besi di dalam
tubuh. Upaya lain dapat dengan
pemberian
suplementasi
besi
karena dapat memperbaiki status
86
tidak
terlalu
mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sudah
mencapai berat badan lebih dari
2500 gram atau ibu hanya
menderita anemia fisiologis yaitu
volume plasma meningkat di atas
peningkatan jumlah sel darah
merah (Wirakusumah, 1999).
Beberapa studi terdahulu
menyebutkan
penyebab
BBLR
adalah multifaktor, antara lain
faktor demografi, biologi ibu, gizi,
riwayat obstetri, morbiditas ibu
selama hamil (prenatal care) dan
paparan toksis (merokok).
Pada
kasus BBLR yang terdapat di RSUD
Djojonegoro
Kabupaten
Temanggung
kemungkinan
termasuk dalam faktor paparan
toksis
(merokok),
hal
ini
disebabkan
oleh
banyaknya
penduduk Kabupaten Temanggung
yang
memproduksi
tembakau
sehingga
potensial
banyak
penduduk
laki-laki
yang
mengkonsumsi tembakau (rokok).
Maka ibu hamil yang berada di
lingkungan tersebut dapat menjadi
perokok pasif yang kemudian
mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan.
Asap rokok
tersebut dapat berdampak negatif
terhadap penyerapan asam folat.
Asam folat harus dikonsumsi ibu
hamil setiap hari karena pada saat
mengkonsumsi asam folat akan
tercerna kemudian dikirim ke hati.
Hati menyimpannya sebagian, dan
mengirimkan sebagian lainnya ke
sumsum tulang. Dalam sumsum
tulang inilah asam folat digunakan
untuk membuat sel darah merah.
Sel darah merah ini mengapung di
dalam plasma dan mengalir melalui
pembuluh arteri dan vena.
Sel
darah
merah
selanjutnya
mengambil oksigen dari paru dan
mendistribusikannya pada seluruh
jaringan dan organ tubuh. Pada
kondisi
abnormal,
karena
kehamilan, tubuh ibu memerlukan
asam folat lebih banyak untuk
87
haemoglobin
pada
ibu
hamil
(Khomsan, 2003).
Selama proses kehamilan,
pertumbuhan
janin
jika
berlangsung normal maka hasil
kehamilan yang diharapkan pada
bayi adalah bayi tunggal, aterm,
lahir hidup, berat badan normal
dan tidak ada cacat bawaan, akan
tetapi bila terdapat gangguan
pertumbuhan
janin
akan
termanifestasi pada berat bayi lahir
kurang dari 2500 gram.
Ada berbagai studi yang
meneliti hubungan anemia dalam
kehamilan dengan BBLR yang
menyajikan
hasil
berbeda.
Mavalankar, dkk (1992) dalam
sebuah studi kasus kontrol di India
menyebutkan ada hubungan yang
signifikan antara anemia dengan
kejadian BBLR. Adjucted Odds
Ratio kejadian berat lahir rendah
aterm pada kelompok ibu yang
anemia sedang adalah 1,8 (Cl 95%
1,4-2,4) dibanding kelompok tidak
anemia, sedangkan kelompok ibu
anemia berat Adjusted Odds Ratio
4,5 (Cl 95% 1,6-12,5) dibanding
kelompok tidak anemia.
Hasil
perbandingan kejadian bayi berat
lahir rendah antara kelompok ibu
hamil anemia dan kelompok ibu
hamil tidak anemia pada penelitian
ini adalah 7,08 dengan rata-rata
kadar haemoglobin 10,9 gr%.
Perbedaan dalam jumlah ratio
antara
penelitian
ini
dengan
penelitian
terdahulu
dapat
dipengaruhi oleh jumlah sampel
yang berbeda pula. Dimungkinkan
pada penelitian terdahulu sampel
yang digunakan adalah jumlah
sampel yang besar sehingga dapat
digeneralisasikan, sedangkan pada
penelitian ini menggunakan sampel
dengan
jumlah
yang
sedikit
sehingga
tidak
memungkinkan
hasil
penelitian
ini
dapat
digeneralisasikan.
Disamping itu terdapat hasil
penelitian yang bertolak belakang
88
89
badan
ibu
pemeriksaan
haemoglobin.
hamil
serta
kadar
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin,
Ridwan.(2007).Pertumbuhan
dan Perkembangan Anak.
http://ridwanamirudin.word
press.com/2007/05/05/tu
mbuh-kembang-anak/
12
juli 2007.
Anwar,
Husaini
Mahdin.(2000).Peranan Gizi
dan
Pola
Asuh
dalam
Meningkatkan
Kualitas
Tumbuh
Kembang
Anak.http://anak.i2.co.id/b
eritabaru/berita.asp?id=169.
12 juli 2007
Beck,M.E. (2000). Ilmu Gizi dan
Diet.yogyakarta:
Yayasan
essentia medica.
Kartika, V.M.(2002). Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Kemampuan Motorik Anak
Usia12-18 Bulan di Keluarga
Miskin dan Tidak Miskin.
http://digilib.litbang.depkes
.go.id/go.php?id=jkpkbppkgdl-res-2002-vita-1452motorik&node=124&start=6.
29 september 2006.
Nency, Y. Thohar,A.M.(2004).Gizi
Buruk , Ancaman Generasi
Yang
Hilang.
http://digilib.litbang.depkes
.go.id/go.php?id=jkpkbppkgdl-grey-2004-yetty-1430gizi&q= 12 september 2006.
Notoatmojo, S.(2002). Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta: PT.Rineka cipta.
Pemerintah
propinsi
jawa
tengah.(2004).
Presentase
Status Gizi Anak Balita yang
Ditimbang
Menurut
Kabupaten/ Kota di Jawa
Tengah Tahun Anggaran
2003/2004.http://www.jaw
atengah.go.id/loader2.php?S
UB=potensi&DATA=kesej-
90
Klinik
Gizi
Bogor.
http://digilib.litbang.depkes
.go.id/go.php?id=jkpkbppkgdl-grey-2000-sihadi-1430gizi&q= 12 september 2006.
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan
Aplikasinya untuk Keluarga
dan Masyarakat. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Tinggi
Nasional.
Soetjiningsih.(1995).
Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Sudjarwo,S.R.(1996).Uji
Skrining
Perkembangan
dengan
Metoda Denver II. Jakarta:
Balai penerbit FKUI.
Sunarto & Budiharjo, T.(2004).
Faktor
Determinan
Peningkatan Status Gizi Bayi
GAKIN Umur 6-11 Bulan
yang Memperoleh Blended
Food
di
Kecamatan
Pedurungan.link
2004:1(2);39-45.
91