Anda di halaman 1dari 33

ASPAL

DISEMINASI PEKERJAAN
CAMPURAN BERASPAL PANAS

1
Sifat Utama Aspal
Mempunyai adhesi yang kuat, kedap
air dan tahan lama sehingga
digunakan sebagai salah satu
komponen utama dalam campuran
beraspal pada perkerasan lentur

2
Performa Beton Aspal yang
Diinginkan

 Perkerasan tidak mengalami


deformasi/alur
 Perkerasan tidak mengalami
retak
 Perkerasan aman dan mudah
dikerjakan saat pelaksanaan 3
Jenis Spesifikasi Aspal Keras
 Spesifikasi berdasarkan tingkat kekerasan
aspal (penetration graded)
 Spesifikasi kelas kekentalan (viscosity graded)
 Spesifikasi kelas kinerja (performance graded)

Spesifikasi berdasarkan kelas kinerja adalah dimana


parameter fisik aspal yang diukur adalah yang
berhubungan langsung dengan kinerja lapangan.
Pada spesifikasi ini batasan kriteria yang disyaratkan
tetap untuk semua grade tetapi temperatur berbeda

4
Kinerja yang Diinginkan:
Tidak Terjadi Deformasi / Alur

Jenis Pengujian yg
Diperlukan:

Kelas Kinerja
Tingkat Kekerasan
Aspal
•DSR
• Penetrasi
•RTFOT
•Titik Lembek •DSR after RTFOT
•PI

5
Kinerja yang Diinginkan:
Tidak Terjadi Retak

Jenis Pengujian yg
Diperlukan:

Tingkat Kekerasan Kelas Kinerja


Aspal
Penetrasi, PI, PAV, DSR after
Daktilitas, TFOT, RTFOT-PAV, Bending
Pen TFOT, Beam Rheometer,
Kelekatan Direct Tension

6
Kinerja yang Diinginkan:
Keamanan (Safety)

Jenis Pengujian yg
Diperlukan:

Tingkat Kekerasan Kelas Kinerja


Aspal
Titik Nyala Titik Nyala

7
Kinerja yang Diinginkan:
Kemudahan Pelaksanaan (Workability)

Jenis Pengujian yg
Diperlukan:

Tingkat Kekerasan Kelas Kinerja


Aspal
• Viskositas • Viskositas
• Temperatur • Temperatur
Pencampuran dan Pencampuran dan
Pemadatan Pemadatan

8
ALAT PENGUJIAN ALAT PENGUJIAN
TITIK NYALA TITIK LEMBEK

9
ALAT PENGUJIAN
DAKTILITAS

ALAT PENGUJIAN
KELARUTAN
10
ALAT PENGUJIAN ALAT PENGUJIAN
BERAT JENIS TFOT

11
Di Indonesia terdapat tiga tingkat kekerasan aspal
 Pen 40 (penetrasi 40 – 50)

 Pen 60 (penetrasi 60 – 79)

 Pen 80 (penetrasi 80 – 100)

Untuk mengurangi resiko deformasi :


 Gunakan aspal dengan nilai penetrasi rendah

 Gunakan aspal dengan titik lembek yang tinggi

 Gunakan aspal dengan PI yang tinggi

 Diberikan bahan tambah yang dapat


menurunkan nilai penetrasi,
Pada nilai PI yang sama:
makin tinggi nilai penetrasi aspal makin tinggi
resiko deformasi
12
20  500 A
PI 
50 A  1

log(800) - log(pen pada 25 oC)


A=
titik lembek - 25oC
Dari persamaan diatas terlihat bahwa makin tinggi
nilai titik lembek makin tinggi nilai PI sehingga
resiko deformasi makin kecil.

Mengurangi resiko deformasi dengan menaikkan nilai


titik lembek atau PI tidak kontradiksi dengan resiko
retak, bahkan resiko retak pun akan turun (Gbr 2),
namun kotradiksi dengan kemudahan pelaksanaan
(workability)
13
Pengaruh temperatur dan lamanya pembebanan
pada kekakuan aspal dengan PI rendah

14
Gbr 1.
Log Penetrasi vs Temperatur

Resiko B (pen tinggi)


Deformasi
Log Penetrasi

A (pen rendah)

Resiko
Retak

15oC 25oC 65oC


Temperatur

Pada PI yang sama


15
Log Penetrasi vs Temperatur

Resiko
Deformasi Log Penetrasi D (PI rendah)

C (PI tinggi)

Resiko
Retak

15oC 25oC 65oC


Temperatur

Pada Pen Sama


16
Keamanan Saat
Pelaksanaan
Persyaratan titik nyala aspal baik pada
spesifikasi tingkat kekerasan aspal maupun
kelas kinerja adalah untuk mencegah bahaya
kebakaran.
Pemanasan aspal pada saat pelaksanaan harus
lebih rendah dari titik nyala

17
Kemudahan Saat Pelaksanaan
Viskositas aspal pada:
 saat pencampuran 170 ± 20 cSt

 saat pemadatan 280 ± 30 cSt

Kemudahan pelaksanaan dilihat dari


 nilai penetrasi (makin rendah penetrasi, usaha

pemanasan makin besar)


 titik lembek

 PI aspal (PI tinggi memerlukan usaha pemanasan

lebih besar)

18
Pengujian Aspal Kelas Kinerja
Handling Flow
Rotational Viscometer
Pumping
(original binder)

Permanent Rutting
Dynamic Shear Deformation
Rheometer (DSR)
• Original binder
• RTFO-aged binder Fatigue
Structural
• PAV-aged binder Cracking Cracking

19
Kerusakan Deformasi / Alur
(Kelas Kinerja)

Pengujian untuk mengantisipasi Deformasi adalah


DSR, RTFOT dan DSR after RTFOT

G* = modulus geser kompleks


V is c o u s B e h a v io r

G*1
V1
 = sudut fasa
G*2
V2
G1* = G*2
2
1
E1
Elastic Behavior
E2
G*2 lebih elastis dari G*1

Pengujian DSR

20
Hubungan kekakuan campuran vs kekakuan aspal

21
Uji alur dengan Wheel tracking Machine:
Campuran beraspal B, lebih tahan terhadap
deformasi dibandingkan campuran beraspal A

Campuran Dynamic Stability (DS)


dA1
Deformasi / alur (mm)

Beraspal A
dA2 42 x (t 2 -t1 )
DS=
dB1 (d2 -d1 )
dB2
Campuran Rate of Deformation
Beraspal B (RD)

t1 = 45 t2 = 60
(d1 - d2 )
RD =
Waktu (menit) t 2 - t1
22
Faktor alur vs kedalaman alur yang terjadi

1,000
R2 = 0.98
ASPAL A
ASPAL B
G*/sin , Pa

ASPAL E
ASPAL F ASPAL C
100 ASPAL G
ASPAL D

10
0.05 0.5
Rutting Rate mm/1,000 cycles

Semakin besar nilai faktor alur semakin tahan terhadap


alur / deformasi yang terjadi
23
Pengujian aspal secara cepat

- Berdasarkan perubahan berat jenis


- Berdasarkan kekerasan (tekan)
- Buih pada saat pemanasan
- Kehomogenan partikel dalam aspal

24
PENGUJIAN ASPAL

Pengujian aspal keras berdasarkan tingkat kekerasan


aspal untuk indikasi retak adalah Penetrasi, PI,
Daktilitas, RTFOT dan Pen RTFO

RTFOT mengindikasikan keawetan aspal


selama pelaksanaan, sedangkan analisa
komposisi kimia (indeks durabilitas)
mengindikasikan mudah tidaknya aspal
mengalami penuaan

25
KECEPATAN PENUAAN ASPAL (SHELL, 1995)

26
Hubungan penetrasi grade dan
performance grade

 PG = - 59,197 + 2,376 TL
 PG = 72,516 – 0,168 PEN
 PG = 64,929 + 10,674

27
Jenis-jenis aspal yang diperlukan di
Indonesia
Untuk bahan campuran dan treated
 Aspal keras tanpa modifikasi

 Aspal keras dengan modifikasi:

 Polymer plastomer dan elastomer


 Aspal alam
 Multigrade
Untuk bahan tack coat dan prime coat
 Aspal cutback,

 Aspal emulsi,

28
Persyaratan Aspal Keras Pen 60

No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan


1 Penetrasi, 25 ºC, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 60 – 79
2 Titik Lembek; ºC SNI 06-2434-1991 48 – 58
3 Titik Nyala; ºC SNI 06-2433-1991 Min. 200
4 Daktilitas, 25 ºC; cm SNI 06-2432-1991 Min. 100
5 Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
6 Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; % berat SNI 06-2438-1991 Min. 99
7 Penurunan Berat (dengan TFOT); % berat SNI 06-2440-1991 Max. 0,8
8 Penetrasi setelah penurunan berat; % asli SNI 06-2456-1991 Min. 54
9 Daktilitas setelah penurunan berat; % asli SNI 06-2432-1991 Min. 50

29
Persyaratan Aspal Polimer
Jenis Pengujian Metoda Persyaratan Persyaratan
Pengujian Plastomer Elastomer

Min Maks Min Maks


Pen pd 25oC, 100 gr 5 dt SNI 06-2456-91 45 65
(dmm)
Viskositas – pd 60oC (Poise) AASHTO T-72 Min 2500 Min 2000
- pd 135oC (Poise) 625 2500 500 3000
Titik Lembek, (oC) SNI 06-2434-91 56 54 65
Daktilitas, 25oC 5 cm/mnt, SNI 06-2432-91 - 100
(cm)
Kelarutan dalam TCE, (%) 99 99
Titik Nyala (oC) AASHTO T-73 225 225
Berat Jenis SNI 1,0 1,0
Penurunan Berat/TFOT, (%) SNI 1 1

Pen stl TFOT (% thd pen SNI 06-2456-91 60 60


awal)
Daya Kerut (%) SNI 03-3639-94 - 45
Keseragaman
*Perbedaan ASTM D.5892-
titik lembek bagian Baik (homogen)
atas dan bawah *2 C
pada penyimpanan di
o

96a 30
temperatur 160oC selama 48 jam
Persyaratan Aspal Dimodifikasi
Dengan Aspal Alam

Jenis Pengujian Metoda Persyaratan


Pengujian
Min Maks
Pen pd 25oC, 100 gr 5 dt SNI 06-2456-91 45 55
(dmm)
Titik Lembek, (oC) SNI 06-2434-91 55 -
Daktilitas, 25oC 5 cm/mnt, SNI 06-2432-91 50 -
(cm)
Kelarutan dalam TCE, (%) SNI 06-2438- 90 -
1991
Titik Nyala (oC) SNI 06-2433- 225 -
1991
Berat Jenis SNI 06-2441- 1 -
1991
Penurunan Berat/TFOT, (%) SNI 06-2440- - 2
1991
Pen stl TFOT (% thd pen SNI 06-2456-91 55 -
awal)
Daktilitas,
*Perbedaan 25olembek
titik C 5 cm/mnt,
bagianSNI 06-2432-91
atas 50
dan bawah pada -
penyimpanan di
(%) 31
temperatur 160oC selama 48 jam
Persyaratan Aspal Multigrade
Jenis Pengujian Metoda Persyaratan
Pengujian
Min Maks
Pen pd 25oC, 100 gr 5 dt SNI 06-2456-91 50 70
(dmm)
Titik Lembek, (oC) SNI 06-2434-91 55 -
Daktilitas, 25oC 5 cm/mnt, SNI 06-2432-91 100 -
(cm)
Kelarutan dalam TCE, (%) SNI 06-2438- 99 -
1991
Titik Nyala (oC) SNI 06-2433- 225 -
1991
Berat Jenis SNI 06-2441- 1 -
1991
Penurunan Berat/TFOT, (%) SNI 06-2440- - 0,8
1991
Pen stl TFOT (% thd pen SNI 06-2456-91 60 -
awal)
Daktilitas, 25oC 5 cm/mnt, SNI 06-2432-91 50 -
(%)

32
TERIMA KASIH

33

Anda mungkin juga menyukai