Anda di halaman 1dari 10

Islam Juga untuk Anak-anak

“Semua bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibu bapaknyalah yang


menjadikan ia yahudi, nasrani, atau majusi.” (HR Bukhari)

Disiapkan oleh:
O. Solihin
E-mail: sholihin@gmx.net
Blog: http://osolihin.wordpress.com

10/11/22 Disampaikan di Festival Peradaban Islam, U


IN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tiga Jenis Pola Asuh Anak
 Pola Asuh Koersif: identik dengan hukuman
dan pujian. Anak akan cenderung menjadi Si
Pencari Perhatian dari orangtuanya.
 Pola Asuh Permisif: membiarkan anak
memilih sendiri jalan hidupnya tanpa
bimbingan dari orangtua karena merasa anak
harus mandiri.
 Pola Asuh Dialogis: menyeimbangkan
kebebasan dan keteraturan

10/11/22 Disampaikan di Festival Peradaban Islam, U


IN Syarif Hidayatullah Jakarta
Perhatian Orangtua Terhadap Anak
 Orangtua perlu memahami apa yang dimaksud dengan
pendidikan anak dan tujuannya.
 Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak.
 Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian
setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat
ditanggapi dengan cepat.
 Sebelum mentransfer nilai, kedua orangtua harus melaksanakan
lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari (menjadi teladan).
Karena di usia kecil, anak-anak cerdas cenderung meniru dan
merekam segala perbuatan orang terdekat.
 Bersegera mengajarkan dan memotivasi anak untuk menghafal
al-Quran. Kegunaannya di samping sejak dini mengenalkan
Yang Maha Kuasa pada anak, juga untuk mendasari jiwa dan
akalnya sebelum mengenal pengetahuan yang lain.
 Menjaga lingkungan si anak, harus menciptakan lingkungan
yang sesuai dengan ajaran yang diberikan pada anak.

10/11/22 Disampaikan di Festival Peradaban Islam, U


IN Syarif Hidayatullah Jakarta
Agar Anak Mandiri
 Memberikan pemahaman kepada anak sesuai dengan tingkat
perkembangan akalnya
 Berbuatlah secara bijaksana. Tidak membiarkan bebas, tapi
juga tidak mengekangnya.
 Memberikan kasih sayang secara wajar, khususnya ketika
memberikan pujian dan hadiah. Tidak berlebihan tapi juga
tidak kurang. Rasulullah saw., sebagaimana dituturkan Abu
Musa ra., pernah mendengar seorang laki-laki yang memuji
seorang yang lain secara berlebihan. Lalu Beliau bersabda
(yang artinya), “Kamu telah mencelakakan orang itu!” (HR al-
Bukhari)
10/11/22 Disampaikan di Festival Peradaban Islam, U
IN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mengajarkan Kemampuan
Sosialisasi
 Mengajak anak menghadiri kumpulan orang dewasa.
 Melatih anak melaksanakan tugas rumah yang ringan.
 Membiasakan anak mengucapkan Salam.
 Menjenguk anak yang sakit.
 Memilihkan teman yang baik.
 Menghadiri acara/pertemuan yang disyariatkan.
 Bermalam di rumah kerabat yang salih.

10/11/22 Disampaikan di Festival Peradaban Islam, U


IN Syarif Hidayatullah Jakarta
Agar Anak Mencintai Ilmu
 Tanamkan bahwa menuntut ilmu adalah perintah Allah Swt.
 Tanamkan bahwa al-Quran adalah sumber kebenaran
 Ajarkan metode belajar yang benar menurut Islam: mempelajari sesuatu
dengan mendalam hingga dipahami apa yang dipelajari dengan benar;
Meyakini ilmu yang sedang dipelajari hingga bisa dijadikan dasar untuk
berbuat; dan sesuatu yang dipelajari bersifat praktis, bukan sekadar
teoretis, hingga dapat menyelesaikan suatu masalah]
 Memilihkan guru dan sekolah yang baik bagi anak.
 Mengajari anak untuk memuliakan para ulama.
 Membiasakan seluruh keluarga membaca dan menghapal ayat-ayat al-
Quran dan Hadis Nabi saw.
 Membuat perpustakaan rumah, sekalipun sederhana.
 Mengajak anak menghadiri majelis-majelis kaum dewasa.

10/11/22 Disampaikan di Festival Peradaban Islam, U


IN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menumbuhkembangkan Daya Nalar
 Usia 0-6 tahun; masa untuk menyerap informasi
dan pembiasaan lewat keteladanan (penanaman
akidah secara sederhana dan penyampaian
informasi Islam yang ringan)
 Usia Pra Baligh (7 tahun) s.d baligh; Masa
mempersiapkan anak untuk menerima tugas-
tugasnya sebagai hamba Allah Swt. serta
membekali anak dengan keterampilan yang
dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan (lanjutan
penanaman akidah dan informasi Islam, serta mulai
dikenalkan tentang keterampilan dalam kehidupan)

10/11/22 Disampaikan di Festival Peradaban Islam, U


IN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mendidik Anak Taat Syariat
 Tumbuhkan kecintaan pertama dan utama kepada Allah.
 Arahkan anak untuk mengidolakan pribadi Rasulullah.
 Ajak anak terbiasa menghapal, membaca, dan memahami al-Quran.
 Tanamkan kebiasaan beramal untuk meraih surga dan kasih sayang Allah.
 Siapkan reward (penghargaan) dan sanksi yang mendidik untuk amal baik
dan amal buruknya.
 Yang terpenting, Anda menjadi teladan dalam beribadah dan beramal salih.
 Ajarkan secara bertahap hukum-hukum syariah sebelum usia balig.
 Ramaikan rumah, mushola, dan masjid di lingkungan Anda dengan kajian
Islam, dimana Anda dan anak Anda berperan aktif.
 Ajarkan anak bertanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban untuk
dirinya, keluarganya, lingkungannya, dan dakwah Islam.

10/11/22 Disampaikan di Festival Peradaban Islam, U


IN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bila Harus Menghukum Anak
 Jangan terlalu sering
 Memberikan penjelasan dari apa yang diperbuat dan
akibatnya (konsekuensi)
 Konsisten dan tidak membuat ancaman-ancaman palsu
 Tidak mempermalukan anak di muka umum
 Jika harus menggunakan hukuman fisik, harus terarah dan
terkendali. Sabda Rasulullah saw.: “Suruhlah anak-anakmu
mengerjakan sholat pada usia 7 tahun dan pukullah mereka
(tapi tidak melukai) pada usia 10 tahun bila mereka tidak
sholat.” (HR al-Hakim dan Abu Dawud)

10/11/22 Disampaikan di Festival Peradaban Islam, U


IN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keteladanan Kunci Pendidikan
 “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. ” (QS al-Ahzab [33]: 21)
 “Barang siapa yang memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya
pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang yang mengikutinya
hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang
yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberikan contoh
yang buruk didalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa
orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa
mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya ” (HR Muslim)
 “Bila terlihat kerusakan pada diri anak-anak, mayoritas penyebabnya adalah
bersumber dari orang tuanya.” (Ibnu Qayyim al-Jauziyah)
 "Semasa kecilku, ayah tanamkan ketaqwaan kepada Allah dan rasa takut akan
hari akhirat. Engkau tak pernah memarahiku, namun kehidupan sehari-harimu
telah menjadi teladanku, bagaimana prilaku orang yang ingat akan hari akhir”
(testimoni Sayyid Qutb untuk ayahnya)

10/11/22 Disampaikan di Festival Peradaban Islam, U


IN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai