Anda di halaman 1dari 27

PEMBIAYAAN KONSUMEN

Hukum Perbankan dan Lembaga Pembiayaan

Oleh Kelompok 2:
Shinta Sukmawati (02/ 216010200141015)
Farradiba Hidayat (09/ 216010201111008)
Christian Rivanal Aditya Wiratama Mayaut (11/ 216010201111010)
Fathia Laely Pramadanty (16/ 216010201111016)
Pengertian Pembiayaan Konsumen
• Pembiayaan konsumen dalam Bahasa Inggris disebut dengan
consumers finance. Sementara menurut Peraturan Presiden Nomor 9
Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan pada pasal 1 angka 7
disebutkan Pembiayaan Konsumen (consumers finance) merupakan
kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan
kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.
• Pengertian lainnya yakni, pembiayaan konsumen merupakan suatu
kredit atau pinjaman yang diberikan oleh suatu perusahaan untuk
debitur guna pembelian barang atau jasa yang akan langsung
digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen, dan bukan untuk tujuan
distribusi atau produksi.
Dasar Hukum Pembiayaan Konsumen
1. Dasar Hukum Substantif
Adapun yang merupakan dasar hukum substantif eksistensi pembiayaan adalah perjanjian
diantara para pihak berdasarkan asas “kebebasan berkontrak” (Pasal 1338 KUHPerdata)
2. Dasar Hukum Administratif:
• Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, yang kemudian
dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan;
• Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1251/KMK.013/1988 tentang
Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan juncto Keputusan Menteri
Keuangan Repubik Indonesia No. 468/KMK.017/1995 tentang Perubahan Keputusan
Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988;
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan;
• Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Pembiayaan
• Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
• Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan.
• Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 47 /POJK.05/2020 tentang perizinan usaha dan
kelembagaan perusahaan pembiayaan dan perusahaan pembiayaan syariah.
Para Pihak dalam Pembiayaan Konsumen

a. Pihak Perusahaan Pembiayaan Konsumen (pemberi dana


pembiayaan atau kreditor);
b. Pihak Konsumen (penerima dana pembiayaan atau
debitor);
c. Pihak Supplier (penjual atau penyedia barang).

Hubungan pihak perusahaan pembiayaan dengan konsumen


adalah hubungan kontraktual artinya hak dan kewajiban
masing-masing pihak didasarkan pada kontrak atau
perjanjian pembiayaan.
Perusahaan Pembiayaan
• Menurut Pasal 1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 47 /POJK.05/2020
Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan barang dan/atau jasa.
• Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan meliputi:
1. sewa guna usaha,
2. anjak piutang,
3. pembiayaan konsumen, dan/atau
4. usaha kartu kredit.
• Sekilas kegiatan usahanya tidak jauh berbeda dengan bank. Akan tetapi,
terdapat beberapa perbedaan antara bank dengan lembaga pembiayaan.
Bank Perusahaan Pembiayaan

1. Dapat menghimpun dana dari masyarakat 1. Tidak boleh menghimpun dana dari masyarakat
langsung dalam bentuk tabungan, deposito, dan 2. Menteri keuangan yang bertanggung jawab
lainnya membina dan mengawasi berdasarkan pasal 11
2. Pegawasan dan pembinaan oleh bank sentral Perpres No. 9 Tahun 2009.
atau Bank Indonesia 3. Selain hutang, tidak boleh mendapatkan dana
3. Sumber dana bisa dari nasabah. dari debitur kecuali dengan pengadaan objek
pembiayaan
Dasar Hukum Perusahaan Pembiayaan
• Pada awalnya pendirian dan pengawasan perusahaan pembiayaan
tersebut berada dalam kewenangan pemerintah dan Menteri Keuangan,
sebagaimana tercantum pada peraturan Menteri Keuangan Nomor:
84/PMK.012/2006 Tentang Perusahaan Pembiayaan, kemudian
dipertegas lagi dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.
• Namun setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Lembaga Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 11, Tanggal 22 November 2011, maka kewenangan
pemerintah sebagaimana tersebut beralih kepada Jasa Otoritas
Keuangan (OJK), dan secara efektif berlaku bagi Lembaga Pembiayaan
pada tanggal 31 Desember Tahun 2012.
• Saat ini mengenai izin menjadi perusahaan pembiayaan diatur dalam
peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 47 /POJK.05/2020 tentang
perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan pembiayaan dan
perusahaan pembiayaan syariah.
Syarat Perusahaan Pembiayaan
• Terdapat berbagai macam persyaratan yang harus dipenuhi oleh perusahaan pembiayaan
dalam mendirikannya, diantaranya:
• Perusahaan harus didirikan dalam bentuk badan hukum perseroan terbatas (Pasal 2 POJK
Nomor 47/POJK.5/2020)
• Saham Perusahaan dilarang dimiliki oleh pihak selain: a. warga negara Indonesia; b.
warga negara asing; c. badan hukum Indonesia; d. badan hukum asing; e. pemerintah
pusat; dan/atau f. pemerintah daerah. (Pasal 3 POJK Nomor 47/POJK.5/2020)
• Perusahaan harus memiliki modal disetor pada saat pendirian paling sedikit
Rp250.000.000.000,00 (dua ratus lima puluh miliar rupiah). (Pasal 8 POJK
No.47/POJK.05/2020).
• Kepemilikan asing pada Perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung
dilarang melebihi 85% dari modal disetor Perusahaan. (Pasal 9 POJK No
47/POJK.05/2020)
• Perusahaan melakukan kegiatan usaha setelah memperoleh izin usaha dari OJK, Untuk
memperoleh izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direksi harus mengajukan
permohonan izin usaha kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan melampirkan beberapa
dokumen. (Pasal 12 POJK No. 47 POJK.05/2020)
• Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan izin
usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dalam jangka waktu paling lama 20
(dua puluh) hari kerja sejak permohonan izin usaha diterima secara lengkap.(Pasal 13
POJK No 47 POJK.05/2020)
Syarat-Syarat Formal dan Material
Pembiayaan Konsumen
• Pembiayaan konsumen yang berkeadilan adalah pembiayaan
konsumen yang memenuhi persyaratan aspek formal dan material.
• Aspek formal adalah bentuk hukum tertentu yaitu peraturan
perundang-undangan berkaitan pula dengan prosedur
pembentukannya. Bahwa setiap proses pembentukan dan
penegakan serta perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap
hukum tidak boleh bertentangan dengan cita hukum yang
disepakati.
• Aspek material atau substansial dari suatu peraturan perundang-
undangan haruslah dapat mentransformasikan materi atau
substansi yang sesuai dengan asas-asas hukum, misalnya aturan
substantif pembiayaan konsumen adalah perjanjian diantara para
pihak berdasarkan asas kebebasan berkontrak (pasal 1338 KUH
Perdata).
Hubungan Hukum Para Pihak dalam
Pembiayaan Konsumen

Perusahaan • 2. Pembayaran Harga Barang


Pembiayaan Supplier
Konsumen (Kreditur)

1. Perjanjian Pembiayaan Konsumen 3. Perjanjian Jual Beli

Konsumen 4. Penyerahan Barang


(Debitur)
Mekanisme Pembiayaan Konsumen

Tahap Tahap Pengajuan


Tahap Tahap
Pembuatan Proposal Kepada
Permohonan Pengecekan
Customer Profile Kredit Komite

Tahap Tahap Pemesanan Keputusan Kredit


Tahap
Pembayaran Barang Kebutuhan Komite
Pengikatan
Kepada Supplier Konsumen

Tahap Tahap Pengambilan


Penagihan/ Surat Jaminan
• Jaminan Utama
Monitoring • Jaminan Pokok
Pembayaran • Jaminan Tambahan
Jenis – Jenis Pembiayaan Konsumen

Adapun jenis-jenis pembiayaan konsumen berdasarkan


kepemilikannya adalah :
1. Perusahaan Pembiayaan Konsumen yang Merupakan
Anak Perusahaan dari Pemasok.
2. Perusahaan Pembiayaan Konsumen yang Merupakan
Satu Group Usaha dengan Pemasok.
3. Perusahaan Pembiayaan Konsumen yang Tidak
Mempunyai Kaitan Kepemilikan dengan Pemasok.
Potensi Resiko dalam Pembiayaan Konsumen

Berikut adalah potensi resiko-resiko yang berpontensi terjadi yakni tidak


mampunya konsumen melakukan prestasinya disebabkan karena 5 hal yaitu:
• Adanya unsur kesengajaan, yakni konsumen sengaja untuk tidak
melakukan kewajibannya sesuai yang diperjanjikan. Sehingga tidak
adanya unsur kemauan untuk membayar uang pembiayaannya
(character).
• Adanya unsur tidak sengaja, yakni konsumen mau membayar tapi tidak
mampu karena adanya keadaan atau hal-hal tertentu (Capacity).
• Adanya unsur tidak sengaja, yakni konsumen mau membayar tapi tidak
mampu karena modal yang tidak mencukupi (Capital).
• Konsumen mau membayar tapi menganggap barang yang di jaminkan
setara dengan apa yang diperolehnya (Collateral).
• Adanya unsur untuk membayar namun kondisi ekonomi yang tidak
mencukupi (condition of economy).
Pokok-Pokok Yang Perlu Diatur
dalam Kontrak Pembiayaan Konsumen

Dalam perjanjian pembiayaan konsumen, biasanya pihak perusahaan


pembiayaan sudah menentukan sendiri substansi perjanjian yang
dibuat dalam bentuk tertulis berupa perjanjian baku (standard
contract). Yang mana dalam hal ini, pihak konsumen tidak ikut serta
dalam menentukan substansi perjanjian tersebut, mereka hanya
menerima atau menolak kontrak atau perjanjian tersebut.
Pada umumnya substansi perjanjian pembiayaan konsumen terdiri
dari:
1. Judul perjanjian
2. Komparisi
3. Substansi
4. Penutup
Ketentuan Pencantuman Klausula Baku Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen

1. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang
membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:
a. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
b. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen;
c. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas
barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;
d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh
konsumen secara angsuran;
e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh
konsumen;
f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan
konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;
g. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan
dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
memanfaatkan jasa yang dibelinya;
h. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak
tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
2. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak
dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.
3. Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum.
4. Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan Undang-undang ini.
Unsur-Unsur Perjanjian Pembiayaan
Konsumen
Mengenai isi perjanjian pembiayaan konsumen yang dijelaskan dalam pasal-
pasal perjanjian pembiayaan pada umumnya apabila dikaitkan dengan unsur-
unsur dalam perjanjian, yaitu terdapat unsur Esensialia, Naturalia, dan
Aksidentalia, yakni:
1.Unsur Essensialia
Unsur esensialia dalam perjanjian pembiayaan konsumen adalah meliputi:
a. Pemberian fasilitas pembiayaan
b. Pembayaran uang muka.
2. Unsur Naturalia
Unsur naturalia dalam perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan dapat
dicontohkan seperti adanya ketentuan mengenai tata cara pembayaran
angsuran, pengakuan hutang, jaminan, asuransi, pengalihan hak dan
kewajiban-kewajiban Debitor, ketentuan mengenai cidera janji, berakhirnya
perjanjian.
3. Unsur Aksidentalia
Adapun isi perjanjian pembiayaan konsumen yang merupakan
unsur aksidentalia dapat dicontohkan sebagai berikut:
a. Ketentuan mengenai mengenyampingkan Pasal 1396
KUHPerdata, kreditor memiliki hak untuk menentukan
prioritas fasilitas pembiayaan dalam pembayaran angsuran.
b. Ketentuan mengenai kreditor menahan semua barang yang
dibiayai, jaminan tambahan atau bukti surat berharga
lainnya dalam perjanjian pembiayaan konsumen sampai
debitor melunasi angsuran.
Peranan Notaris dalam Kontrak Pembiayaan
Konsumen
• Notaris juga berperan dan memiliki kontribusi yang tinggi dalam praktik bisnis
lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan membutuhkan notaris dalam
pengikatan “jaminan fidusia”. Lembaga jaminan fidusia diatur dalam Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (UUJF). Fidusia ialah
pengalihan hak kepemilikan sebuah benda atas rasa saling percaya berdasarkan
ketetapan bahwa obyek yang hak miliknya dialihkan tersebut tetap berada pada
kekuasaan yang memiliki benda tersebut, seperti yang dinyatakan pada Pasal 1
angka 1 UUJF.
• Dalam Pasal 5 ayat (1) UUJF ditegaskan bahwa Jaminan Fidusia dibuat dengan
akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidusia.
Selanjutnya pada Pasal 6 UUJF disebutkan hal-hal yang harus termuat dalam akta
tersebut, di antaranya:
a. identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia;
b. data perjanjian pokok yang dijamin fidusia;
c. uraian mengenai Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia;
d. nilai penjaminan; dan
e. nilai Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.
Lanjutan…
• Dalam hal perjanjian jaminan fidusia pada perusahaan pembiayaan, pihak
pertama yakni konsumen yang bertindak sebagai debitor (pemberi fidusia)
dan pihak kedua yakni perusahaan pembiayaan yang bertindak sebagai
kreditor (penerima fidusia). Dalam pembuatan Akta Jaminan Fidusia di
hadapan notaris. Pada Pasal 8 UUJF ditetapkan bahwa jaminan fidusia dapat
diberikan kepada lebih dari satu penerima fidusia atau kepada kuasa atau
wakil dari penerima fidusia tersebut.
• Dalam prakteknya, secara singkat pelaksanaannya sebagai berikut: pemberi
kuasa (konsumen) → Surat Kuasa → penerima kuasa (perusahaan
pembiayaan) → Surat Kuasa Substitusi → penerima kuasa substitusi.
• Dalam hal perusahaan pembiayaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT),
maka direksi dapat memberi kuasa kepada salah seorang karyawan
perseroan atau lebih atau kepada orang lain bertindak untuk dan atas nama
Perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu. Jika demikian, maka
penerima kuasa substitusi dalam hal ini bertindak mewakili pemberi kuasa
(konsumen) sekaligus bertindak mewakili pemberi kuasa substitusi (direksi).
Contoh Akta/Kontraknya
Contoh Perjanjian Pembiayaan Konsumen dengan Klausul Baku
Keterangan:
1) Pihak Kreditor/Perusahaan
Pembiayaan: PT. OTO MULTIARTHA
2) Pihak Debitor: Nur Aris Setyawati
3) Pihak Penjual: Arfan Qodri
Kesimpulan
a. Pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk dana
untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan
pembayaran secara angsuran. Lalu pihak-pihak dalam pembiayaan konsumen
adalah pihak perusahaan pembiayaan konsumen, pihak konsumen, dan pihak
supplier.
b. Pembiayaan konsumen terdapat berbagai jenis, yaitu Perusahaan
Pembiayaan Konsumen yang Merupakan Anak Perusahaan dari Pemasok,
Perusahaan Pembiayaan Konsumen yang Merupakan Satu Group Usaha
dengan Pemasok, dan Perusahaan Pembiayaan Konsumen yang Tidak
Mempunyai Kaitan Kepemilikan dengan Pemasok. Pembiayaan Konsumen
juga memiliki banyak potensi resiko, maka dari itu dibutuhkan pokok-pokok
klausula yang Perlu Diatur dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen dan Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
c. Notaris juga berperan dan memiliki kontribusi yang tinggi dalam praktik bisnis
lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan membutuhkan notaris dalam
pengikatan “jaminan fidusia”. Lembaga jaminan fidusia diatur dalam Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (UUJF).
Daftar Pustaka
A. BUKU
Adjie, H. (2014), Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik terhadap UU No 30 Thn 2004 tentang Jabatan Notaris), Cet.
4, Bandung : PT Refika Aditama.
Budiono, H., (2016), Kumpulan Tulisan Hukum Perdata, Bandung : Citra Aditya Bakti.
Widjaja, G. & Yani, A. (2001), Seri Hukum Bisnis Jaminan Fidusia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Budi Rachmat, Multi Finance: Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen.
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Edisi Ke-6, Cet. Ke-6.
Khotibul Umam, Hukum Lembaga Pembiayaan Hak Dan Kewajiban Nasabah Pengguna Jasa Lembaga Pembiayaan,
2010, Pustaka Yustisia, Yogyakarta.
Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta, PT Sinar Grafika, 2009.
I.G.Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak Teori dan Praktek, Kesaint Blanc, Jakarta, 2002.
Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002.
Salim. HS, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUH Perdata, Buku Kedua, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian
Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KUH Perdata
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 47 POJK.5/2020 tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan pembiayaan
dan perusahaan pembiayaan syariah.
C. JURNAL HUKUM
Enju Juanda , Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen, Jurnal Galuh
Justisi Vol 9 (2), Universitas Galuh, 2021.
Firya Oktaviarni, Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 6, Nomor 2,
Oktober 2015.
Glenn Divy Parrangan, Fungsi Otoritas Jasa Keuangan Dalam Melindungi Kepentingan Konsumen Dalam
Perjanjian Pembiayaan, Jurnal Lex Administratum, Vol. VI, No. 4,Sept-Des, 2018.
Umul Khair, Analisis Yuridis Perjanjian Pembiayaan Konsumen Dan Akibat Hukum jika terjadi Wanprestasi
Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen di Indonesia, Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 3, No 1, September 2017
 
D. TESIS
Diya Ayu Ashari, Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Perjanjian Pembiayaan
Konsumen PT Summit Oto Finance), Skripsi Ilmu Hukum, Universitas Brawijaya, Malang, 2011.
Ni Putu Rediyanti Shinta, Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Pada Perusahaaan Pembiayaan
Konsumen Pada Perusahaaan Pembiayaan PT. Federal International Finance Cabang Mataram-Lombok, Tesis,
Magister Kenotariatan, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008.

Anda mungkin juga menyukai