Anda di halaman 1dari 19

ISU DAERAH KHUSUS:

DKI JAKARTA, DI
YOGYAKARATA,
KAWASAN
PERKOTAAN
Hukum Pemerintah Daerah
Kelompok 7
Peran anggota

PEMATERI 1: PEMATERI 2 : PEMATERI 3 : ISU


ISU DKI ISU DI KAWASAN
Moderator JAKARTA YOGYAKARTA PERKOTAAN

Nanda Legian Najla Syazwina Nabila putri Kusbianto


Muzammil uzami Pramudyawardani Marwah &
& & pelin pebri
M. Rizki M. Rizal yahya
Agustiansyah
LATAR BELAKANG

Pada Pasal 18B ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa negara mengakui
dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau
bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Namun ada beberapa
perbedaan yang mencolok dari daerah istimewa dengan daerah khusus.
Dari kekhususan setiap daerah terdapat pula berbagai isu-isu khusus
yang terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun dalam masyarakat,
oleh karena hal itu pemerintah harus lebih memutar otak untuk mengatasi isu-
isu tersebut.
Konsep Daerah Khusus
DKI Jakarta

Status Khusus
kekhususan itu
berhubungan dengan
kenyataan dan kebutuhan
Daerah Khusus politik.
Kawasan
Adalah daerah yang perkotaan
ditetapkan berdasarkan
pertimbangan - Status
pertimbangan tertentu Istimewa
daerah yang terkait DI Yogyakarta
dengan hak asal usul
dan kesejarahan suatu
daerah sebelum lahirnya
NKRI
01
DKI Jakarta
Nanda Legian & Rizki Agustiansyah
Konsep

Historis Yuridis
“Nama Jakarta kembali dikukuhkan pada “Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota
22 Juni 1956 oleh Wali Kota Jakarta Jakarta (Provinsi DKI Jakarta) adalah
Sudiro (1953-1960). Pada 1959, provinsi yang memiliki kekhususan dalam
kotapraja di bawah wali kota ini naik penyelenggaraan pemerintahan daerah
status menjadi Daerah Tingkat Satu di karena kedudukannya sebagai Ibukota
bawah pimpinan gubernur. Gubernur NKRI. Dasar hukum kekhususan yang
pertama Jakarta adalah Soemarno terbaru adalah UU Nomor 29 Tahun
Sosroatmodjo. Pada 1961, status 2007 tentang Pemerintahan Provinsi
Jakarta naik dari Daerah Tingkat Satu Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai
menjadi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI).” Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia. ”
Isu Kesan Tidak Berfungsinya Peran Kab/Kota

sehubungan letak otonominya hanya berada di level provinsi yang


berakibat hilangnya Kabupaten/Kota otonom di Jakarta maka semua
kewenangan atas urusan-urusan yang layaknya dimiliki lingkup
Kabupaten/Kota pada praktik umum di daerah-daerah lain
diselenggarakan sekaligus oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,
sehingga memiliki kesan tidak berfungsinya peran Kabupaten/Kota.
Andy Ramses mengatakan bahwa sebagaian besar persoalan yang
dihadapi Provinsi DKI Jakarta dalam penyelenggaraaan pemerintahan
saat ini bersumber dari masalah kordinasi dan ketidakjelasan
kewenangan khusus tersebut.
Solusi Yang Ditawarkan

● Pemerintah perlu melakukan pengkajian ulang terkait esensi


kekhususan dari materi kewenangan dan urusan yang diemban
oleh Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara.

● Alternatif dengan tetap memberikan kekhususan sebagai daerah


khusus ibukota namun tetap bersifat otonomi penuh.
02
DI. Yogyakarta
Najla Syazwina marwah & Rizal Yahya
Konsep

Historis Yuridis
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Daerah Istimewa Yogyakarta (“DIY”) adalah
Indonesia (RI), Sri Sultan Hamengku Buwono daerah provinsi yang mempunyai
IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan
kepada Presiden RI bahwa Daerah Kasultanan pemerintahan dalam kerangka Negara
Ngayogyakarta Hadiningrat dan Daerah Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana
Kadipaten Pakualaman menjadi wilayah diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Negara RI, bergabung menjadi satu kesatuan Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan
yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta
Yogyakarta (DIY).
Isu permasalahan
Disharmonisasi dan ketidak sinkronan pengaturan
hukum secara vertikal terjadi antara UUPA dengan Instruksi
Wakil Kepala Daerah DIY PA.VIII/No.K.898/I/A 1975 Terkait
dengan Hak Milik Atas Tanah Bagi WNI non Pribumi di
Yogyakarta.
Pembedaan antara WNI Pribumi dan WNI non pribumi
ini tentu saja juga bertentangan dengan Pasal 3 Ayat (2) UU No.
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia .
Solusi yang ditawarkan
Seyogyanya para stakeholder terkait tidaklah lagi
mengacu lagi kepada instruksi Wakil Kepala Daerah DIY
PA.VIII/No.K.898/I/A 1975 tetapi menginduk sepenuhnya
kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Pokok-Pokok Agraria yang secara terang sudah berlaku
sepenuhnya di DIY.
Maka dari itu sudah seharusnya Gubernur DIY
melakukan revisi terkait dengan substansi dari Instruksi
Wakil Kepala Daerah DIY tersebut kedalam peraturan
daerah yang mampu mengakomodir WNI non pribumi
agar haknya untuk dapat mempunyai hak milik atas
tanah di DIY dapat terpenuhi.
03
Kawasan Perkotaan
Nabila Putri Kusbianto & Pelin Pebri
Konsep Kawasan Perkotaan

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008


Tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan, Kawasan
perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Aspek fisik dan Sosial ekonomi
Permendagri nomor 7 tahun 1986 tentang Batas-batas Wilayah Kota Di
Seluruh Indonesia
Aspek fisik
● Tempat permukiman penduduk yang merupakan
satu kesatuan dengan luas
● kepadatan bangunan yang relatif lebih tinggi
● Proporsi bangunan permanen lebih besar

Aspek sosial ekonomi


● Mempunyai jumlah pendududuk berjumlah
sekurang-kurangnya 20.000
● Mempunyai kepadatan penduduk yang relatif lebih
tinggi
● Penduduk bekerja disektor non-pertanian
Kepadatan Penduduk Karena Urbanisasi
Peningkatan jumlah penduduk perkotaan ini antara lain disebabkan karena
semakin banyaknya penduduk dari daerah pedesaan yang menjadi penduduk
kota.urbanisasi di Indonesia ditandai oleh: :
• Meluasnya wilayah perkotaan karena pesatnya perkembangan
• Meluasnya perkembangan fisik perkotaan
• Meningkatnya jumlah desa kota (desa yang tergolong daerah perkotaan
• Sebagian besar urbanisasi (30-40%) terjadi karena reklasifikasi (perubahan daerah rural
menjadi daerah urban, terutama di Jawa),
• Propinsi-propinsi trans border (Kalimantan Timur, Riau, Sumatera Utara) cenderung
mempunyai persentase penduduk urban yang tinggi,
• Tingkat pertumbuhan penduduk kota inti di kawasan metropolitan cenderung menurun,
sedangkan di daerah sekitarnya meningkat.
Solusi Yang Ditawarkan
Implikasi yang paling mendesak dan perlu diperhatikan oleh
pemerintah adalah:

● Penyediaan perumahan dan permukiman baik bagi pendatang baru


maupun penduduk lama

● Pengelolaan lahan, agar tertib dan tidak melanggar peraturan


perundangan yang ada.

● Pengendalian dan penataan kembali kota-kota metropolitan

● Penyediaan lapangan pekerjaan di perkotaan yang menjadi sasaran


atau tujuan dari urbanisasi;
Kesimpulan
Pada Pasal 18B ayat 1 UUD 1945 menyatakan
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-
satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus
atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-
undang.
Dibalik kekhususan setiap daerah tentu terdapat
berbagai problematika yang harus menjadi
perhatian khusus pula oleh pemerintah. Sehingga
setiap daerah khusus memerlukan aturan hukum
khusus serta tindakan khusus pula dari
pemerintah.
THANKS!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


and includes icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik

Anda mungkin juga menyukai