Anda di halaman 1dari 83

Manajemen

Pemberian Cairan
pada Pasien Luka
Bakar
Yusuf Daulay, Skep Ners
(Staff Instalasi Perawatan Intensif
RSUP. H. Adam Malik Medan)
Seminar Keperawatan
“Fluid Management and Burn Injury”
Aula STIKES Medistra Deli Serdang
09 April 2017
CURRICULUM VITAE

Nama : H. Yusuf Abdul Rachman Daulay, S.Kep, Ners


NIP : 198612062009121003
No. STR : 02 01 7 11 12-0030932
NIRA : 12750103124
TTL : Padangsidimpuan, 06 Desember 1986
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Jl. Sultan Serdang (ex.Batang Kuis) Gg. Amal
Kec. Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang Sumatera Utara

Pengalaman Bekerja
2010 – Sekarang : Perawat Pelaksana Ruang ICU Dewasa
Instalasi Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan
S I K : No. 5148/4918/4.2/2105/11/2015
Pengalaman Organisasi
1. 2013 – Sekarang : DPK RSUP HAM & DPD Kota Medan (Anggota Biasa)
2. 2013 – Sekarang : HIPERCCI Sumatera Utara (Anggota Biasa)
3. 2016 – Sekarang : DPW PPNI Sumatera Utara (Anggota Divisi Penelitian, Informasi dan Komunikasi)

Pengalaman Narasumber/Instruktur :
- Narasumber dan Instruktur Pelatihan Keperawatan Dasar ICU RSUP HAM (2012, 2013, 2014, 2015, 2016)
- Tim Instruktur Pelatihan TKHI 2016 UPT BAPELKES PROVSU (2016)
- Narasumber Workshop Terapi Cairan dan Manajemen Airway PPNI Komisariat RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi (2016)
- Narasumber dan Instruktur Pelatihan Pemberian Terapi Intravena Perifer Tingkat Dasar Bagi Perawat
RSUP H. Adam Malik Medan Gelombang I s/d X RSUP HAM (2016)

•  
C A I R A N T U B U H ???
Tubuh kita sebagian Besar terdiri dari Air. Didalam air
tersebut terlarut zat-zat terlarut (solut) dimana secara
umum air dengan zat terlarut didalamnya disebut cairan
Tubuh (Body Fluid).

Cairan tubuh didistribusikan ke ruang-ruang didalam


tubuh yg disebut dengan kompartemen
Secara umum komposisi cairan tubuh dewasa =50-60%
Semakin menua komposisi cairan semakin menyusut/menurun

Mis : BB dewasa pria = 50 Kg  cairan tubuh adalah 60 % dari 50 = 30 Liter


Didistribusikan ke kompartemen cairan tubuh
Kompartemen Cairan Tubuh

Komposisi dan Distribusi Cairan Tubuh


1) Kompartemen Intraseluler 40%
2) Kompartemen Ekstraselular 20% (15%interstitial
5%intravaskular)
Mis : BB dewasa pria = 50 Kg  cairan tubuh adalah 60 % dari 50 = 30 Liter
ICF (40%) = 20 Liter
ECF (20%) = 10 Liter  intertisial (15%) = 7.5 Liter
intravaskuler ( 5%) = 2.5 Liter
Distribusi & Fungsi Elektrolit
a. Natrium+ Berperan dalam:
 Kation utama dalam cairan ekstraseluler
 Membantu mempertahankan osmolalitas normal cairan ekstraseluler (perubahan dalam
konsentrasi Na memicu perubahan volume cairan utk mempertahankan rasio normal air
dan zat terlarut
 Mempertahankan keseimbangan asam dan basa
 Mengaktivasi sel saraf dan sel otot
 Mempengaruhi distribusi air (bersama dengan klorida)

b. Kalium+ berperan dalam


 Kation utama dalam cairan intraseluler
 Regulasi aktivasi sel
 Konduksi impuls saraf
 Mempertahankan potensial membran istirahat
 Kontraksi otot dan respon membran miokardial
 Kontrol osmolalitas intraseluler
c. Kalsium+ berperan dalam:
 Kation utama pada gigi dan tulang, jumlahnya ditemukan seimbang dalam cairan intraseluler
dan ekstraseluler
 Ditemukan dalam membran sel, membantu sel bergabung satu sama lain dan
mempertahankan bentuk sel
 Bertindak sebagai enzim aktivator di dalam sel (otot harus memiliki kalsium untuk
berkontraksi )
 Membantu koagulasi
 Mempengaruhi permeabilitas membran sel dan level pembakaran

d. Magnesium+ berperan dalam:


 Kation yang paling menonjol dalam cairan intraseluler
 Berkontribusi dalam banyak proses enzimatik dan metabolik secara khusus dalam sintesis
protein
 Memodifikasi transmisi impuls dan respon muskuloskletal (ketidakseimbangan konsentrasi
magnesium akan secara dramatis mempengaruhi proses neuromuskular)
e. Bicarbonat (HCO3-) berperan dalam:
 Terdapat dalam cairan ekstraseluler
 Mengatur keseimbangan asam dan basa

d. Klorida- berperan dalam:


 Anion utama dala cairan ekstraseluler
 Mempertahankan osmolalitas normal cairan ekstraseluler
 Mempengaruhi pH cairan tubuh
 Memainkan peranan penting dalam mempertahankan keseimbangan asam basa, kombinasi
dengan ion hidrogen utk menghasilkan asam hidroklorik

f. Fospat (PO3-) berperan dalam:


 Anion utama dalam cairan intraseluler
 Meningkatkan penyimpanan energi dan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
 Berperan sebagai buffer/penyangga hidrogen
Prinsip dan Perpindahan Cairan
A. Osmosis ( konsentrasi air/cairan rendah ke-tinggi)
B. Diffusi (molekul, tinggi ke-rendah)
C. Filtrasi (transfer air/zat terlarut, area tek tinggi ke-rendah)
D. Transport aktif (pompa Na-Kdgn energi ATP)
E. Tekanan Hidrostatikair keluar dari sistem vaskular pd
tgkt kapiler
F. Tekanan Onkotik (osmotik koloidmolekul protein)
Mekanisme Keseimbangan Cairan Tubuh
 Ginjal  berespon thd kehilangan/kelebihan cairan, filtrasi nefron sekitar
125ml/mnt (180L/H)
GFR 1-2L/H selebihnya (178L) reabsorbsi nefron
 Hormon Antidiuretik (ADH) stimulus hipotalamus dan sekresi ADH
dlm aliran darah oleh kelenjar pituitari pada otak, berespon menahan air
dlm ginjal  meningkatkan volume darah
 Sistem Renin Angiotensin  sekresi enzim (renin) oleh sel
jukstaglomerulus, renin mengkonversi angiotensinogen di hepar menjadi
angiotensin I, di paru angiotensin I konversi  angiotensin II
(vasokonstriktor kuat) stimulasi produksi aldosteron oleh kel.adrenal,
aldosteron  retensi natrium dan air  peningkatan volume cairan dan
kadar natrium
 Rasa Haus  membran mukosa mulut kering, stimulasi pusat haus dlm
hipotalamus
Terapi Infus ≠ Terapi Intravena
 Terapi Infus seluruh aspek terapi pemberian cairan /
obat2an menggunakan kateter atau jarum (rute
pemberian)
Sedangkan…
 Terapi Intravena  Pemberian Cairan /elektrolit,
Nutrisi Parenteral, Obat2an melalui pembuluh darah
Vena
Jenis catheter IV
a. kateter intravena perifer (maks 72 jam)
b. kateter intravena midline
c. kateter vena sentral
- Non Tunel
- Tunel (cuff)
d. Peripheral Inserted Central Catheter (PICC)
bertahan 1 thn dgn anti trombogenik
e. Vascular Acces Port ( VAP)
Angiocath/abocath
Kateter midline
CVC Tunel
CVC Non-Tunel
PICC
Vascular access port
TERAPI CAIRAN

RESUSITASI RUMATAN/ MAINTANANCE

KRISTALOID KOLOID ELEKTROLIT, AIR


GLUKOSA/NUTRISI

Mengganti kehilangan akut Memasok kebutuhan (Syok


Hipovolemik, Dehidrasi) harian cairan tubuh
RESUSITASI CAIRAN ???
Tindakan mengganti kehilangan
cairan tubuh yang hilang oleh sebab
patologis kembali menjadi normal

Menggantikan kehilangan akut Pemberian cairan intravena


cairan tubuh atau ekspansi dari dengan cepat dan segera
cairan intravaskuler utk
memperbaiki perfusi jaringan
Resusitasi…
 Resusitasi cairan : RL 30 ml/kgbb/30menit diguyur (bila RL
tidak ada ganti Nacl 0.9%) Bila terpasang CVC target
CVP 10-15cmH2O,
1 mmHg = 1.36 cmH2O
1 cmH2O = 0.7 mmHg

 Hipovolemia : RL/Nacl 09% 30ml/kgbb/jam, HES


(koloid) maksimal 30ml/kgbb/hari, sesuai kehilangan cairan
Rumatan…
Kebutuhan Cairan Dewasa : 30-40 ml/KgBB/Hari
Bila Menggunakan Rumus Holliday Segar:
 10BB x 100 = JLH
 10BB x 50 = JLH
 Sisa BB x 20 = JLH +

Total = JLH/Hari
Atau,
 10BB x 4 = JLH
 10BB x 2 = JLH
 Sisa BB x 1 = JLH +

Total = JLH/Jam
MIS: BB=60KG

 DALAM HARI: 10KG X 100ML = 1000 ml


10KG X 50ML = 500 ml
40KG (SISA BB) X 20ML = 800 ml
JADI TOTAL = 1000+500+800= 2300CC/HARI

 DALAM JAM: 10KG X 4ML = 40ML


10KG X 2ML = 20ML
40KG X 1ML = 40ML
JADI TOTAL = 40+20+40 = 100CC/JAM
JENIS-JENIS CAIRAN INTRAVENA
1. Pengertian Osmolalitas (jumlah partikel, osmol/kg air) dan
Osmolaritas (tekanan osmotik, osmol/liter cairan)
2. Jenis-jenis Cairan Intravena
a. Kristaloid (Molekul lebih kecil)
- Cairan Isotonik (240-340mOsm/L)RL, NS, D5W,
ALB.5%, Hestarch (310 mOsm/L)
- Cairan Hipotonik (<240mOsm/L)1/2 NS, H20,
D2.5% (154mOsm/L)
- Cairan Hipertonik(>340mOsm/L)Nacl 3%,
D5%1/2NS, Mannitol 20%, KN2, KN3)
b. Koloid (mol. Lebih besar, sebagian besar memiliki tekanan
onkotik dan dapat menarik cairan kedalam aliran darah  efek
peningkatan TD dan nadi, Dyspneu tanda hipervolemia, contoh :
Albumin 5% dan 25%, Dextran 40%, Hestarch 6% dan komponen
darah
ISOTONIK  MEMILIKI OSMOLARITAS KURANG
LEBIH SAMA DENGAN SERUM, KARENA TINGGAL
DALAM RUANG INTRAVASKULAR, CAIRAN
MENGEKSPANSI KOMPARTEMEN INTERTITIAL DAN
PILIHAN TERBAIK UNTUK HIDRASI
HIPOTONIKOSMOLARITAS LEBIH RENDAH DARI
SERUM, CAIRAN AKAN BERPINDAH DARI
KOMPARTEMEN INTRAVASKULAR, MENGHIDRASI SEL
DAN KOMPARTEMEN INTERTISIAL
HIPERTONIKOSMOLARITAS LEBIH TINGGI DARI
SERUM, CAIRAN AKAN TERDORONG KE KOMPARTEMEN
INTRAVASKULAR, DARI SEL DAN KOMPARTEMEN
INTERTISIAL
Intravaskuler Intravaskuler Intravaskuler

Intertitial Intertitial Intertitial

Intraceluler Intraceluler Intraceluler


Perbandingan Koloid & Kristaloid
KOLOID KRISTALOID
1 Berat molekul besar >8000 dalton Berat molekul kecil <8000 dalton

2 Tidak larut sempurna Larut sempurna


3 Tahan 4-6 jam dalam intravena Tahan 2-3jam dalam intravena

4 Cepat meningkat dalam sirkulasi Lambat meningkat dalam sirkulasi

5 Mengandung protein Mengandung elektrolit


6 Jumlah koloid sebanding denga Jumlah kristaloid 3-4 kali volume darah
volume darah yang hilang yang hilang

7 Harga lebih mahal Harga lebih murah


Cairan Kristaloid…
Cairan Kolloid
PADA KASUS LUKA BAKAR…!
Terjadi gangguan
keseimbangan cairan

Tentunya tergantung Grade dan


Luas Area
Pertimbangkan!!!
1. Trauma yang menyertai Burn
2. Water loss
3. Penyebab Burn
4. Penyakit penyerta
Fase pada luka bakar
 Fase awal/akut :
Trauma Inhalasi
Gangguan mekanisme bernafas
Gangguan Sirkulasi (Syok Hipovolemik)
 Fase Subakut
SIRS (sistemik inflamatory respon sindrom)

 Fase Lanjut
Penutupan luka
Anatomi Kulit Normal
Grade...
Derajad 1
 Mengenai superfisial epidermis
 Kulit kering dan tidak ada bulla
 Nyeri (iritasi ujung-ujung syaraf)

Derajad 2
 Mengenai epidermis dan sebagian dermis
 Eksudasi
 Bulla
 Dasar warna merah/pucat
 Terdapat nyeri

Derajad 2 dalam
 Mengenai hampir seluruh dermis
 Apendisitis kulit masih utuh sebagian
 Sembuh lebih dari 1 bulan

Derajad 3
 Mengenai seluruh dermis dan lebih dalam lagi
 Tidak terdapat bulla
 Warna abu-abu pucat
 Permukaan lebih rendah
 Ujung sarafsensory mengalami kerusakan
 Nyeri (-)
 Sembuh lebih lama
48

KRITERIA BERAT RINGANNYA


(AMERICAN BURN ASSOCIATION)
1. LUKA BAKAR RINGAN
- LUKA BAKAR DERAJAT II < 15%
- LUKA BAKAR DERAJAT II < 10% PADA ANAK-ANAK
- LUKA BAKAR DERAJAT III < 1%

2. LUKA BAKAR SEDANG


- LUKA BAKAR DERAJAT II 15-25% PADA ORANG DEWASA
- LUKA BAKAR DERAJAT II 10-20% PADA ANAK-ANAK
- LUKA BAKAR DERAJAT III < 10%
49

3. LUKA BAKAR BERAT

- LB. DERAJAT II 25% ATAU LEBIH PADA ORANG DEWASA


- LB. DERAJAT II 20% ATAU LEBIH PADA ANAK-ANAK
- LB. DERAJAT III 10% ATAU LEBIH
- LB. MENGENAI TANGAN, WAJAH, TELINGA, MATA, KAKI
DAN GENETALIA/PERINEUM.
- LB. DENGAN CEDERA INHALASI, LISTRIK, DISERTAI
TRAUMA LAIN
Fluid Imbalances
 Terjadiakibat pergeseran cairan dan kerusakan sel
 Hipovolemia
 Asidosis metabolik
 Hiperkalemia
 Hiponatremia
 Hemokonsentrasi (meningkatnya osmolaritas darah,
hematokrit dan hemoglobin) terjadi dehidrasi
LUAS LUKA BAKAR
* RULE OF NINE Total body surface area (TBSA)
 Kepala leher 9% --------> 9%
DEWASA
 Lengan kanan/kiri 9% --------> 18%
 Badan depan --------------> 18%
 Badan belakang -------------> 18%
 Tungkai kanan/kiri 18% -------> 36%
 Genetalia/ perineum --------> 1%
 Jumlah ----------------------> 100%

Metode Lain
* Lund and Browder persentasi bagian tubuh berdasarkan usia
* Hand Palm  menentukan luas atau persentasi dgn telapak tangan (satu telapak
tangan = 1%)
ANAK – ANAK

52
55

PENATALAKSANAAN KOLABORATIF
PENDERITA LUKA BAKAR

I. PRIMARY SURVEY :
PEMERIKSAAN SEPERTI PADA TRAUMA YANG LAIN.

A. AIRWAY DAN CERVICAL SPINE PROTEKSI


B. BREATHING DAN VENTILASI
C. CIRCULASI DAN KONTROL PERDARAHAN
D. DISABILITY – PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
E. EXPOSURE
56

II. SECONDARY SURVEY :

A. HISTORY / ANAMNESA
B. PEMERIKSAAN FISIK / LENGKAP
MULAI KEPALA - KAKI

C. PRINSIP PENANGANAN :
1. HENTIKAN PROSES YANG MENYEBABKAN LUKA BAKAR
2. UNIVERSAL PRECAUTION, HIV, HEPATITIS
3. FLUID RESUSCITATION : 2-4 CC RL X BB X LUAS LB.
4. VITAL SIGN
5. PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBECurlings ulcer
prophylaxis (Peptic Ulcer)
6. PEMASANGAN URINE KATETER
57

7. ASSESSMENT PERFUSI EKSTRIMITAS

8. CONTINUED VENTILATORY ASSESSMENT

9. PAINT MANAGEMENT

10. PEMBERIAN TETANUS TOKSOID

11. TIMBANG BERAT BADAN

12. PENCUCIAN LUKA DI KAMAR OPERASI (BIUS TOTAL)

13. ESCHAROTOMY DAN FASCIOTOMY


59

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
LUKA BAKAR DAPAT MENYEBABKAN GANGGUAN FUNGSI ORGAN.
LABORATORIUM DASAR (BASELINE LABORATORY TEST)
1. HEMATOCRIT
2. DARAH LENGKAP (Hb)
3. ALBUMIN
4. RFT DAN LFT
5. ELEKTROLIT, Na, K, Cl, HCO3
6. BLOOD UREA NITROGEN
7. URINALYSIS
8. FOTO THORAK
9. ARTERIAL BLOOD GASES (TRAUMA INHALASI)
10. CARBOXY HEMOGLOBIN
11. ECG (TRAUMA LISTRIK)
60

RESUSITASI CAIRAN

 FORMULA PARKLAND/BAXTER (1974)

 FORMULA EVANS (1952)

 FORMULA BROOKE (1953)

 Resusitasi cairan dapat diberikan pada luka bakar derajad 2 atau 3 yang mengenai > 20% luas
permukaan tubuh. Sedangkan untuk anak-anak resusitasi cairan dapat diberikan jika >15%
dan pada bayi > 10%
61
FORMULA BAXTER
HARI PERTAMA :
RL 4 CC X BB X % LUAS LB / 24 JAM

½ JUMLAH CAIRAN DIBERIKAN DALAM 8 JAM PERTAMA


½ DIBERIKAN 16 JAM BERIKUTNYA
HARI KEDUA : 1/2 Jumlah cairan Hari I / 24 jam
HARI KETIGA : 1/2 Jumlah cairan Hari 2 / 24 jam
Diberi sesuai Kebutuhan atau Modifikasi pemberian cairan
ALBUMIN (KP) Plasma: 0,3-0,5 ml x kgBB x % LB>24-36jam
Maintenance : Dewasa 30-50ml/BB/24 jam
Anak 20-30ml/BB/24 jam
2 thn 1ml/BB/24 jam
IWL : (25+%LB)x luas permukan tubuh m2 x 24 jam
Luas permukaan tubuh= √tbxbb/3600
Urine Output = 30-50cc/jam atau 0,5-1cc/kgbb/jam
*Hemodinamik tetap dipantau Ketat
BROOKE
 24 jam pertama
 Koloid (darah/plasma): 0,5 x kgBB x % LB
 RL: 1,5 x kgBB x % LB
 Dextrose: 2000 ml
 Diberikan:
 ½ nya untuk 8 jam pertama
 ½ nya untuk 16 jam kedua
 24 jam kedua
 Koloid
& RL: ½ dari jumlah yang diberikan pada 24 jam pertama
(UO= 30-50ml/jam
FORMULA EVAN
H 1  : - Berat badan (kg) x %luka bakar x1cc isotonik
kristaloid
- Berat badan (kg) x %luka bakar x 1cc larutan koloid
- 2000 ml Dex5%
½ nya diberikan dalam 8 jam pertama
½ sisanya diberikan dalam 16 berikutnya

H 2  : setengah jumlah hari pertama


H 3 : setengah jumlah hari kedua
(monitoring UO >50ML/Jam)
Keperluan Dekstrose/glukosa adalah:
 Untuk kebutuhan metabolisme
 Mengganti cairan yang hilang melalui sekresi
 Untuk memudahkan ekskresi sodium sehingga kadar
serum sodium menjadi normal

Formula lain pemberian koloid (dekstran, plasma) setelah


>24 jam:
 Luka bakar 30-50% adalah 0.3 ml/kgbb/%luka bakar
 Luka bakar >70% adalah 0.5 ml/kgbb/%luka bakar
RUMUS PENGHITUNGAN TETESAN INFUS
TETESAN = JUMLAH CAIRAN ML x FAKTOR TETES = TETES/MENIT
INFUS LAMA PEMBERIAN JAM x 60 MENIT

SET INFUS DENGAN FAKTOR TETESAN 15 TTS/ML


TETES/MENIT = JUMLAH CAIRAN YANG DIINGINKAN DALAM SATU JAM
4

SET INFUS DENGAN FAKTOR TETESAN 20 TTS/ML


TETES/MENIT = JUMLAH CAIRAN YANG DIINGINKAN DALAM SATU JAM
3

SET INFUS DENGAN FAKTOR TETESAN 60 TTS/ML


TETES/MENIT = JUMLAH CAIRAN YANG DIINGINKAN DALAM SATU JAM
1
PARKLAND FORMULA

RL 4 ml x BB x %TBSA/24 Jam
Misal : BB=90, TBSA =25%
4 x 90 x 25 = 9000 ml
9000 : 2 = 4500 ml
Hari pertama
½ jumlah total 8 jam pertama4500/8 = 563cc/jam
½ jumlah sisa 16 jam kedua4500/16 = 281cc/jam
Hari Kedua ½ dari hari pertama
4500ml : 24 jam = 187cc/jam
Hari Ketiga ½ dari hari kedua
2250 ml : 24 jam = 94cc/jam

Akses masuk cairan IV cath dipasang pada pembuluh darah besar atau lebih
dari satu akses vena perifer.
Dianjurkan pemasangan CVC Line oleh Dokter Anestesi (LB >40%)
Pemberian 8 jam pertama Pemberian 16 jam kedua

Cairan masuk waktu urine output Cairan masuk waktu urine output
(cc/jam) (cc/jam) (ml/jam)

563 06.00 - 07.00 90 281 14.00 - 15.00 90

563 07.00 - 08.00 80 281 15.00 - 16.00 80

563 08.00 - 09.00 80 281 16.00 - 17.00 80

563 09.00 - 10.00 90 281 17.00 - 18.00 90

563 10.00 – 11.00 90 281 18.00 – 19.00 90

563 11.00 – 12.00 80 281 19.00 – 20.00 80

563 12.00 – 13.00 70 281 20.00 – 21.00 70

563 13.00 – 14.00 80 281 21.00 – 22.00 80

281 22.00 – 23.00 90

281 23.00 – 00.00 80

281 01.00 – 02.00 80

281 DST. 90
Contoh pemantauan intensif…
Soal
Seorang pasien berumur 25 tahun mengalami
kebakaran 1 jam yang lalu sebelum tiba di RS,
pasien mengalami luka bakar di bagian wajah,
seluruh bagian dada, serta punggung bagian atas,
berapakah luas luka bakar pasien? (22,5%)
Contoh Kasus

Tn. Max 45 tahun masuk ke UGD dengan luka bakar


disekujur wajah, dada dan abdomen serta paha atas
kanan & kiri. Pasien mengalami luka bakar akibat
kompor gas meledak. Berat badan pasien
diperkirakan 60 Kg.
 Berapa persentase luka bakar pada Tn. Max?
 Berapa jumlah cairan dan pendistribusiannya jika
dihitung menggunakan rumus Baxter?
Seorang pasien berumur 35 tahun mengalami kebakaran 1 jam yang
lalu sebelum tiba di RS, pasien mengalami luka bakar di wajah,
seluruh tangan kanan dan kiri, kaki kanan dari bokong hingga
lutut dan genitalia pasien, BB pasien 70Kg. berapakah luas luka
bakar pasien tersebut dan jumlah cairan yg diperlukan? Berapa
tetes permenit cairan yg diberikan ? BB=65Kg (32,5%)
Seorang Anak usia 5 tahun
dibawa ke RS mengalami luka bakar
pada bagian wajah, dada dan abdomen
depan, kedua lengan dan tangan serta
paha atas sebelah kanan, BB 25Kg
berapakah luas luka bakar? Dan
bagaimana resusitasi cairan
menggunakan modifikasi baxter?
An x umur 5 thn, BB = 25kg
LB = WAJAH + DADA DAN ABDOMEN + KEDUA LENGAN + PAHA BAGIAN ATAS
7% + 18% + 18% + 8% = 51%

4 ml X BB X% LB
Pada Anak :
Ditambah cairan Rumatan Dextrose 5% = 65 cc/jam holliday segar

4 x 25 x 51 = 5100 ml
Pemberian 8 jam pertama = 2550 ml
2550 x 60 = 135000 = 318 tts/mnt 318cc/jam habis 8 jam pertama
8 x 60 48
Pemberian 16 jam kedua = 2550 ml
2550 x 60 = 135000 = 140 tts/menit 140cc/jam habis 16 jam kedua
16 x 60 960
Gunakan infus pump…
Tanda-tanda penanda kecukupan volume vaskular:
1. TDHipotensi ortostatik mengindikasikan defisit cairan ekstravaskuler dan
sebaliknya
2. Denyut nadikondisi defisit cairan menyebabkan nadi akan teraba halus dan
cepat, pada kondisi kelebihan cairan nadi akan teraba penuh dan kuat
3. Inspeksi vena jugularisvena pada leher akan terlihat datar/kolaps posisi
supine menunjukkan defisit cairan ekstravaskuler, pada kondisi kelebihan
cairan vena akan terlihat penuh/distensi
4. Capillary Refillmengindikasikan kecukupan perfusi jaringan, pada kondisi
buruk akan melambat
5. Auskultasi paruronchi atau rales terdengar pada kelebihan cairan
ekstravaskuler
6. Haluaran urinkondisi defisit cairan volume urin menurun dan berwarna
kuning gelap (respon ginjal)
76

MONITORING RESUSCITATION/
RESUSITASI CAIRAN

 URINE PRODUKSI SETIAP JAM.


DEWASA: 0,5 - 1 CC/KG/JAM (30-50 CC/JAM)
ANAK : 1 CC/KG/JAM
 BLOOD PRESSURE (Hemodinamik)  pasang artery line invasif BP
 HEART RATE
 HEMATOCTRIT DAN HAEMOGLOBIN
 Elektrolit Na/K/Cl
 Balance Cairan (Intake, output, IWL )
 Hati-hati “Fluid Creep Phenomenon”Pemberian Cairan berlebihan
(komplikasi edema), PERLU TITRASI SESUAI Respon Klinis
Nutritional support :
 Formula Curreri (24 hours caloric requirment)
Adult : 25 kilocal/kg BW + 40 kilocal % BSA
Child : 60-90 kilocal/kg BW + 35 kilocal % BSA
Misal: Tn. A Umur 35 thn, BB 60Kg Luas LB 30%
= (25 x 60) + 40 x 30%
1500 + 1200
2700 Kkal/Hari Kolaborasi dengan Nutrisionist

(jika keadaan umum memungkinkan, cairan sedapat mungkin diberikan


secara oral pada hari kedua)
Masalah Keperawatan berhubungan
Cairan
 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
 Kekurangan volume cairan tubuh
 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Intervensi Keperawatan
 Awasi tanda-tanda vital, dan hemodinamik perhatikan pengisian
kapiler dan kekuatan nadi perifer
 Kolaborasi pemasangan kateter urin dan akses intravena
 Pantau dan awasi kebutuhan cairan dan elektrolit
 Monitoring balance cairan, intake/output
 Awasi haluaran urin dan jumlah, observasi warna dan karakterisitk
 Timbang berat badan tiap hari bila tidak tirah baring
 Selidiki perubahan mental dan kesadaran
 Observasi distensi abdomen, feses dan drainase NGT
 Kolaborasi pemenuhan nutrisi dan kalori
Kesimpulan
 Resusitasi cairan pada luka bakar yang efektif dengan
menggunakan Formula Parkland/Baxter, atau juga dengan
modifikasi resusitasi cairan dgn formula lainnya
 Sebaiknya menggunakan kristaloid RL karena mengandung
laktat untuk metabolisme bikarbonat, dan elektrolit yang
cukup untuk menggantikan kehilangan cairan. Pemberian
plasmanat koloid untuk mempertahankan atau meningkatkan
tekanan onkotik pada intravaskuler
 Manajemen cairan pada luka bakar merupakan tindakan
kollaboratif Perawat dengan Medis, peran perawat penting
untuk melakukan pengawasan, pemantauan dan kalkulasi
cairan Intake-Output dan Balance cairan untuk mencegah
resusitasi cairan yang tidak adekuat
SEBELUM SESUDAH

Semoga Bapak dan Ibu sudah


mengerti…
Kepustakaan
Brunner dan Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Gallo & Huddak, (1996). Keperawatan Kritis, Pendekataan Holistik, Edisi VI volume 2, EGC : Jakarta
Infusion Therapy Institute. (2014). Insitute Therapy Infusion : Excellence in Intravenous Therapy
Education Training Moduls. Illionis : Infusion Therapy Institute
Moenadja, Yefta. (2003). Luka Bakar : pengetahuan Klinis Praktris, edisi kedua (revisi) Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Roberts L. Sharon, (1996). Critical Nursing, Assessment and Intervention, Stamford : Conn. Appleton
& Lange,
Sekarsari, Rita, (2012). Perawatan terkini pemberian terapi cairan melalui intravena perifer secara
aman. Jakarta : PT Terumo Indonesia
Sekarsari, dkk, (2015). Buku 2 Modul Pelatihan Pemberian Terapi Intravena Perifer Tingkat Dasar
Bagi Perawat. Jakarta : DPP PPNI kerjama PT Terumo Indonesia
Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC. Jakarta
Wilkins and Lippincott, (2004). Critical Nursing, A Holictic Approach, Volume 1,
London :Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai