Anda di halaman 1dari 11

PEMBERIAN CAIRAN

A. Pemberian cairan

Pemberian cairan bisa melalui oral, ataupun melalui jalur intravena dengan
pemasangan infus.

Secara umum, keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah
(Guyton and Hall, 2006):

1. Kondisi jalur enteral tidak memungkinkan, misalnya pada pasien penurunan


kesadaran, kejang
2. Peradangan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah)
3. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
4. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha)
kehilangan cairan tubuh dan komponen darah
5. Serangan panas(heat stroke) kehilangan cairan tubuh dan dehidrasi
6. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)
7. Luka bakar luas(kehilangan banyak cairan tubuh)
8. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah)

Jenis infus yang dipasang bisa berupa:

1. Infus set dengan tetesan mikro (untuk anak usia <1 tahun) (1 cc=60 tetes mikro)
2. Infus set dengan tetesan makro (1 cc=20 tetes makro)
3. Transfusi set (1 cc=15 tetes)
B. Jenis cairan

Ada dua jenis cairan pengganti cairan tubuh (Guyton and Hall, 2006):

1. Cairan kristaloid : merupakan cairan yang mengandung partikel dengan berat


molekul (BM) rendah (<8000 dalton), dengan atau tanpa glukosa. Tekanan
onkotik rendah, sehingga cepat terkontribusi ke seluruh ruang ekstraseluler.
Contoh cairan kristaloid:
1.1 Larutan ionic:
a. Ringer lactate (RL)
Merupakan cairan yang paling fisiologis jika sejumlah volume besar
diperlukan.
Komposisi: Na+ 130, K+ 4, CL- 109, Ca++ 3, Lactate- 28
Indikasi : sebagai replacement therapy, seperti:
 Syock hipovolemik
 Diare
 Trauma
 Luka bakar

Catatan:

 Laktat yang terdapat dalam RL, akan dimetabolisme oleh hati menjadi
bikarbonat untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik
 Kalium yang terdapat dalam RL tidak cukup untuk maintenance
sehari-hari, apalagi untuk defisit kalium
 Tidak mengandung glukosa sehingga bila dipakai sebagai cairan
maintenance harus ditambah glukosa untuk mencegah terjadinya
ketosis
b. Ringer acetate
Komposisi : Na+ 130, K+ 4, CL- 109, Ca++ 3, Acetate- 28
Indikasi: digunakan sebagai terapi pengganti cairan pada pasien dengan
gangguan hepar, karena metabolisme asetat terjadi di otot, berbeda
dengan laktat yang dimetabolisme dihati (hepar)
c. NaCL physiologic (0,9% saline)
Komposisi: Na+ 154 Cl- 154
Indikasi: digunakan sebagai cairan resusitasi (replacement therapy)
terutama untuk kasus:
 Kadar Na+ rendah
 Keadaan dimana RL tidak cocok digunakan, misalnya pada alkalosis,
retensi kalium
 Cairan pilihan untuk trauma kapitis
 Dipakai untuk mengencerkan darah merah sebelum transfuse
1.2 Non –ionik
a. Dextrose 5% dan 10%
Indikasi:
 Digunakan sebagai cairan maintenance pada pasien dengan pembatasan
intake natrium
 Penggunaan perioperatif

Kekurangan:

 Tidak mengandung elektrolit


 Dapat mengakibatkan edema
2. Cairan koloid : merupakan cairan yang mengandung zat dengan BM tinggi (<8000
dalton), misal, protein. Tekanan onkotik tinggi, sehingga sebagian besar akan tetap
tinggal diruang intravaskuler. Contoh:
a. Plasma protein fraction
b. Albumin
c. Koloid sintetik
C. Terapi rumatan
Terapi rumatan diberikan untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi,
biasanya larutan yang digunakan adalah larutan yang mengandung cukup kalium
sesuai dengan kebutuhan harian. (Guyton and Hall, 2006)
a. Perhitungan cairan rumatan (Bed Rest)
b. Vulome: 30-40 ml/kgbb/hari
c. Natrium: 2-4 mEq/kgbb/hari
d. Kalium: 1-3 mEq/kgbb/hari
e. Kalori: 25-30 Kcal/kgbb/hari
f. Diberikan dengan kecepatan rata rata 80 ml/jam (BB=50 kg)
g. Pada anak, untuk estimasi kebutuhan cairan rumatan digunakan rumus 4 : 2 : 1

Berat badan Jumlah cairan


 0-10 kg pertama  4 ml/kg/jam
 10-20 kg berikutnya  Tambahkan 2 ml/kg/jam
 Untuk setiap kg di atas 20 kg  Tambahkan 1 ml/kg/jam
Misal :

Seorang nak usia 12 tahun dengan BB 25 kg. Berapa kebutuhan cairan maintenance-
nya?

Jawab:

Infus = (4x10)+(2x10)+(1x5)

= 65 ml/jam

Kebutuhan sehari (24 jam) = 24 x 65 ml

= 1560 ml...... 1500 ml

Kebutuhan cairan seseorang dapat dipenuhi melalui oral, intravena ataupun keduanya.

Sebagai contoh, apabila keseluruhan cairan rumatan diberikan melalui jalur intravena, maka
perhitungan tetesan infus, jika digunakan tetesan makro ( 1 cc = 20 tetes) adalah sebagai
berikut:

= kebutuhan cairan x tetesan infuse per cc/waktu penghitungan kebutuhan cairan (dalam jam)
x 60 menit

= 65 x 20 / 1 x 60

=1300/60 tpm makro

=21,67 tpm makro......22 tpm makro

*keterangan :

Tpm=tetesan per menit.

Dapus :

Guyton & Hall, 2006. Textbook of Medical Physiology. Lith edition. Elsevier Saunders:
Philadelphia

Poter, Perry. 2000. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
A. Kebutuhan cairan rutin

Usia Kebutuhan Cairan Rutin

 2 cc/kgBB/jam
Dewasa

 10 kg I: 4 cc/kgBB/jam
 10 kg II: 2 cc/kgBB/jam
Anak-anak
 10 kg III: 1 cc/kgBB/jam

Contoh: Anak usia 12 tahun dengan berat badan 30 kg membutuhkan cairan rutin perhari:

 10 kg I: 4 cc/kgBB/jam x 10 kg = 40
 10 kg II: 2 cc/kgBB/jam x 10 kg = 20
 10 kg III: 1 cc/kgBB/jam x 10 kg = 10

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– +

 30 kg: 70 cc/jam x 24 jam/hari = 1680 cc/hari -> 1700 cc/hari (dibulatkan)

B. Kebutuhan cairan selama operasi

Kebutuhan Cairan Selama


jenis Operasi
Operasi

Ringan 4 cc/kgBB/jam

Sedang 6 cc/kgBB/jam
Berat 8 cc/kgBB/jam

C. penggantian cairan selama puasa


1. 50 % selama jam I operasi
2. 25 % selama jam II operasi
3. 25 % selama jam III operasi

D. Terapi cairan untuk koreksi suhu

Untuk setiap kenaikan 1°C membutuhkan terapi cairan tambahan:

 10 % x kebutuhan cairan rutin

Contoh: Anak usia 12 tahun dengan berat badan 30 kg dan suhu 38°C untuk koreksi suhu
membutuhkan terapi cairan tambahan:

 10 % x 1700 cc/hari = 340 cc/hari

E. Kecepatan infus

Jenis Kecepatan Infus


 15 tetes/cc
Tetes makro  20 tetes/cc

 60 tetes/cc
Tetes mikro

BALANCE CAIRAN

A. CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam


memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis. (tarwoto dan wartonah, 2010).
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis,
yang memiliki proporsi besar dalam tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh.
Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh (alimul, 2006)

1. Volume cairan tubuh


Total jumlah volume cairan tubuh kira kira 60% dari berat badan pria dan 50%
dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak
badan dan usia. (tarwoto dan wartonah, 2010)
2. Pergerakan cairan tubuh
Dalam perpindahannya, cairan dan elektrolit mempunyai berbagai macam cara,
antara lain dengan difusi, osmosis, dan transportasi aktif (pranata, 2013):
a. Difusi
Difusi didefinisikan sebagai kecenderungan alami dari suatu substansi untuk
bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke area dengan
konsentrasi yang lebih rendah. Suatu contoh difusi adalah pertukaran oksigen
dengan karbon dioksida antara kapiler dan alveoli paru (smeltzer & bare,
2002)
b. Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran
semipermiable dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah kekonsentrasi
yang lebih tinggi yang sifatnya menarik (tarwoto dan wartonah, 2010).
c. Transport aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi karena adanya
daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung (tarwoto dan wartonah, 2010).
3. Pengaturan volume cairan tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah
cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar. (alimul, 2006). Jumlah asupan
cairan harus sama dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Perubahan
sedikit pada keseimbangan cairan dan elektrolit tidak akan memberikan dampak
bagi tubuh. Akan tetapi, jika terjadi ketidakseimbangan antara asupan dan
keluaran, tentunya akan menimbulkan dampak bagi tubuh manusia. (pranata,
2013)
Mekanisme cairan adalah sebagai berikut (FKUI, 2008 dalam Pranata, 2013):
a. Jika intake air terlalu banyak, maka tubuh akan mengurangi sekresi ADH dari
hipofisis posterior. Sehingga, terjadi penurunan dalam reabsorbsi air di tubulus
distal dan haluaran urine akan meningkat
b. Dengan adanya peningkatan pada volume plasma, maka venous return juga
meningkat yang menyebabkan peregangan dinding atrium kanan. Regangan
ini merangsang pelepasan ANP dan terjadilah peningkatan pengeluaran
natrium dan air lewat urine.
c. Sebaliknya jika tubuh mengalami defisit volume intraveskuler, maka tubuh
akan meningkatkan sekresi ADH, sehingga reabsorbsi air di ginjal maka akan
meningkat dan tubuh memberikan peringatan dalam bentuk rasa haus
d. Kondisi hipovolemia ini juga menyebabkan tekanan darah menurun. Sehingga
akan merangsang sistem rennin-angiotensin dan terjadilah respon berupa
pengurangan produksi urine.
4. Asupan dan pengeluaran cairan
a. Asupan cairan
Asupan cairan merupakan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Secara fisiologis, manusia sudah dibekali dengan respons untuk memasukkan
cairan ke dalam tubuh. Respon haus merupakan refleks yang secara otomatis
menjadi perintah kepada tubuh manusia untuk memasukkan cairan. Pusat
pengendali haus berada di dalam hipotalamus otak (pranata, 2013).
Asupan cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah 2.500 cc per
hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dengan
makanan lain. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana
asupan cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurun,
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah (alimul, 2006)
b. Pengeluaran cairan
Pengeluaran cairan sebagai bagian dari dalam mengeimbangi asupan cairan
pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah 2.300 cc. Jumlah air yang
paling banyak keluar dari ekskresi ginjal berupa urine sebanyak 1.500 cc per
hari pada orang dewasa. (alimul, 2006).
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan
asupan dan pengeluaran secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan
pernapasan, demam, keringat, muntah, dan diare dapat menyebabkan
kehilangan cairan secara berlebihan (alimul, 2006). Hasil pengeluaran cairan
antara lain dari ginjal, kulit, paru paru, gastrointestinal.

Rumus menghitung keseimbangan cairan:

 Intake/cairan masuk : melalui dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam
makanan, volume obat obatan, termasuk obat suntik, albumin, dll
 Output/cairan keluar : feses dan urine selama 24 jam, jika pasien dipasang kateter
maka hitung dalam ukuran urobag
 IWL (insensible water loss) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit
dihitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa napas.

Rumus IWL (Kayra, 2013)

IWL = (15XBB)//24 jam

Perhitungan balance cairan untuk dewasa, yaitu:

Input cairan:

 Air (makan+minum)=.........cc
 Cairan infus =.........cc
 Therapy injeksi =.........cc
 Air metabolisme =.........cc (hitung AM = 5cc/kgBB/hari)

Output cairan

 Urine =.......cc
 Feses =.......cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100cc)
muntah/perdarahan/cairan drainage luka/cairan NGT terbuka =......cc
 IWL =..........cc (hitung IWL = 15cc/kgBB/hari)

Balance cairan = intake cairan – output cairan

(normal balance cairan 100cc)

B. Faktor pengaruh keseimbangan cairan dan elektrolit


Banyak faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit. Tugas
perawat adalah mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Hal ini dikarenakan pada setiap tahapan
perkembangan mempunyai kebutuhan yang berbeda. Berikut ini adalah hal hal yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, yaitu (pranata, 2013):
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini , usia
bepengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik,
serta berat badan. (pranata, 2013)
2. Temperatur lingkungan
Suhu lingkungan juga mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit seseorang.
Disaat suhu lingkungan meningkat maka keringat akan banyak dikeluarkan oleh
tubuh untuk menjaga kelembaban kulit dan mendinginkan permukaan kulit.
(pranata, 2013)
3. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses
ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine. (tarwoto
dan wartonah, 2010).
4. Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki
sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan
yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam tubuh,
seperti ketidakseimbangan hormonal, yang dapat mengganggu keseimbangan
kebutuhan cairan (alimul, 2006).

Anda mungkin juga menyukai