Anda di halaman 1dari 10

Analisis Perbandingan Asas Hukum Dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun


2021 Dengan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 Mengenai Kewenangan LMKN
Dalam Menarik Royalti Sebagai Bahan
Judicial Review

AMYTA FRISCA BASANA


185010107111016
LATAR BELAKANG
• Industri lagu dan/atau musik di tanah air tidak pernah surut dari pudarnya budaya bangsa
Indonesia. Dalam beberapa dekade perubahan era dari konvensional menuju era digital,
yakni industri 4.0, lagu dan/atau musik selalu progresif dalam menuntun zaman. Seiring
dengan perkembangan teknologi, kini label rekaman dan konsumen juga mulai mengadopsi
layanan siaran langsung atau streaming untuk merekam dan menikmati musik. Layanan ini
bahkan berkontribusi hampir setengah total dari pendapatan industri musik global.
• Layanan streaming dalam hal cover lagu, menyanyikan dalam pertunjukan live di
cafe/restoran, bahkan memutar ulang lagu dan/atau musik sering kali tidak mendapatkan
izin atau lisensi dari pencipta, pemegang hak cipta, maupun pemegang hak terkait untuk
memanfaatkan hak ekonomi dari pemilik maupun pemegang hak cipta.
• Mengenai dasar hukum peraturan hak cipta telah diatur sejak tahun 1912 yaitu Auteurswet
1912 yang kemudian berubah menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta yang masa berlakunya sampai sekarang. Dalam UU tersebut, lahirlah lembaga
manajemen kolektif yang berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta dapat menghimpun dan menarik royalti dari pihak-pihak yang
memanfaatkan hak ekonomi pencipta maupun pemegang hak cipta.
• Lalu dibawah UU tersebut, terdapat peraturan mengenai royalti yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun
2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik yang telah disahkan pada tanggal 30 Maret
2021. pemerintah memberikan amanat kepada LMKN (Lembaga Manajemen Kolektif Nasional).
• Permasalahannya dalam Pasal 12 ayat (2) PP no 56 “Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) dapat
menarik royalti dari Royalti dari Orang yang melakukan Penggunaan Secara Komersial lagu dan/atau musik dalam
bentuk layanan publik bersifat komersial untuk Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan pemilik Hak Terkait yang telah
menjadi anggota maupun yang belum menjadi anggota dari suatu LMK.”
• Mengenai hal tersebut, bila ditelusuri dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dari peraturan
pemerintah tersebut, yakni Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dalam Pasal 88 ayat (2)
disebutkan bahwa Lembaga Manajemen Kolektif dalam hal melakukan operasional harus mendapatkan izin
terlebih dahulu, yang mana izin tersebut harus memenuhi syarat:
a. berbentuk badan hukum Indonesia yang bersifat nirlaba;
b. mendapat kuasa dari Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait untuk menarik, menghimpun, dan
mendistribusikan Royalti;
c. memiliki pemberi kuasa sebagai anggota paling sedikit 200 (dua ratus orang Pencipta untuk Lembaga Manajemen
Kolektif bidang lagu dan/atau musik yang mewakili kepentingan pencipta dan paling sedikit 50 (lima puluh) orang
untuk Lembaga Manajemen Kolektif yang mewakili pemilik Hak Terkait dan/atau objek Hak Cipta lainnya;
d. bertujuan untuk menarik, menghimpun, dan mendistribusikan Royalti; dan mampu menarik, menghimpun, dan
mendistribusikan Royalti kepada Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait.

• Berdasarkan persyaratan izin tersebut, terdapat norma yang dianggap dapat dikatakan
bertentangan dengan Peraturan Pemerintah yang dimaksud diatas, yakni Pasal 88 ayat
(2) huruf b Undang-Undang Hak Cipta yang dimana lembaga manajemen kolektif dalam
hal menarik, menghimpun, dan mendistribusikan haruslah mendapatkan kuasa dari
pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait dengan norma dalam Peraturan
Pemerintah Pasal 12 Ayat (2) yang dimana Lembaga Manajemen Kolektif dalam hal
menarik royakti untuk pencipta, pemegang hak cipta, dan pemilik hak terkait tanpa
harus mendapatkan kuasa dalam hal ini yakni belum menajdi anggota dari suatu
lembaga manajemen kolektif untuk memberikan persetujuan dalam hal penarikan
royalti atas karya ciptanya yaitu berupa lagu dan/atau musik.
• Bagaimana mungkin subjek hukum dibenarkan bertindak untuk mewakili tanpa adanya
kuasa atau persetujuan dari pemilik maupun pemegang hak cipta tersebut.
• Dalam hal ini, seiring berkembangnya teknologi, saat ini terdapat banyak sekali
produser musik Indie yang bukan merupakan anggota suatu LMK karena tidak
bergabung dalam asosiasi industri rekaman. Maka, perlu adanya kepastian hukum
kepada artis Indielabel tersebut dalam hal penarikan royalti.
• maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut dalam hal membuktikan
bahwa pasal 12 Ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan
Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik dapat
dikatakan bertentangan dengan Pasal 88 Ayat
(2) huruf b Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta.
Orisinalitas Penelitian
No Nama Penelitian dan Asal Judul dan Tahun Penelitian Rumusan Masalah
Instansi

1. Panji Samudro, Peran Lembaga Manajemen Kolektif 1. Bagaimanakah peran Lembaga Manajemen Kolektif Nasional
Universitas Atma Jaya Nasional Dalam Perlindungan Hak dalam melindungi Hak Cipta khususnya pada hak ekonomi pencipta
Yogyakarta Ekonomi Pencipta (2020) karya lagu dan/atau musik?
2. Apa sajakah yang menjadi kendala dan hambatan Lembaga
Manajemen Kolektif Nasional dalam menjalankan perannya?

2. P.F.Bonifasius Lumban Gaol, Wewenang Lembaga Manajemen 1. Bagaimana wewenang Lembaga Manajemen Kolektif Nasional
Universitas Semarang Kolektif (LMKN) dalam menarik, menghimpun dan mendistribusikan royalti
Nasional (LMKN) Dalam Menarik, ditinjau dari Permenkumham Nomor 29 Tahun 2014?
Menghimpun 2. Bagaimana pembagian tugas antara Lembaga Manajemen
dan Mendistribusikan Royalti Ditinjau Kolektif Nasional (LMKN) dan Lembaga Manajemen Kolektif (LMK)
dari dalam menarik, menghimpun dan mendistribusikan royalti ditinjau
Permenkumham Nomor 29 tahun dari Permenkumham Nomor 29 Tahun 2014?
2014 (2017)  

3. Muhammad Saddam Eksistensi Lembaga Manajemen 1. Bagaimana eksistensi Lembaga Manajemen Kolektif Nasional
Haseng, Kolektif Nasional (LMKN) dalam (LMKN) dalam penarikan royalti?
Universitas Hasanudin Penarikan Royalti Ditinjau Dari 2. Bagaimana posisi Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) sebagai
Makasar Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 lembaga penarik royalti selama ini?
Tentang Hak Cipta (2015)
Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
1. Bagaimana perbandingan asas hukum 1. Untuk mengetahui, mendeskripsikan,
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 dan menganalisa perbandingan asas
Tahun 2021 dengan Undang-Undang hukum dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2014 mengenai Nomor 56 Tahun 2021 dengan Undang-
penarikan royalti/pengaruhnya terhadap Undang Nomor 28 Tahun 2014 mengenai
tata cara penarikan royalti sampai harus penarikan royalti/pengaruhnya terhadap
dilakukan judicial review? tata cara penarikan royalti sampai harus
dilakukan judicial review.

2. Bagaimana perbandingan tata kelola / 2. Untuk mengetahui,


kewenangan penarikan royalti dalam mendeskripsikan, dan menganalisa
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun perbandingan tata kelola /
2021 dengan Undang-Undang Nomor 28 kewenangan penarikan royalti dalam
Tahun 2014? Peraturan Pemerintah Nomor 56
Tahun 2021 dengan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014.
 
Metode Penelitian
• Jenis Penelitian: hukum normatif (penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka dan
dokumen-dokumen hukum yang relevan dengan permasalahan hukum yang dikaji). Penelitian melalui
metode normatif dalam penulisan ini membahas tentang perbandingan asas hukum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 mengenai kewenangan
LMKN dalam menarik royalti sebagai bahan judicial review.
• Pendekatan penelitian: pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan
Perbandingan (comparative approach).
• Jenis Bahan Hukum:
1. Bahan Hukum Primer: Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Peraturan Pemerintah
Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik, Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.
2. Bahan Hukum Sekunder: buku literatur, hasil-hasil penulisan ilmiah, penelusuran di internet
3. Bahan Hukum Tersier: Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus Hukum
• Teknik Penelusuran Bahan Hukum: penulis melakukan penelusuran bahan hukum menggunakan 2 (dua)
cara yaitu studi kepustakaan (library research) dan pengambilan informasi melalui internet sebagai sumber
data penelitian.
• Teknik Interpretasi Bahan Hukum: proses mengorganisasikan dan mengurutkan bahan hukum ke dalam
pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa
kerja yang disarankan oleh bahan hukum. Setelah memperoleh bahan hukum, penulis akan menganalisis
dengan melakukan deskriptif analisis. Teknik deskriptif merupakan langkah pertama yang digunakan dalam
menganalisis, karena teknik deskriptif adalah teknik dasar analisa yang tidak dapat dihindari
penggunaannya, deskriptif berarti menguraikan apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi dari
proposisi-proposisi hukum.


Definisi Konseptual
• Royalti adalah imbalan atas pemanfaatan Hak Ekonomi suatu Ciptaan atau Produk Hak
Terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait.
• Lembaga Manajemen Kolektif adalah institusi yang berbentuk badan hukum nirlaba yang
diberi kuasa oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan/atau pemilik Hak Terkait guna
mengelola hak ekonominya dalam bentuk menghimpun dan mendistribusikan royalti.
• Lembaga Manajemen Kolektif Nasional adalah lembaga bantu pemerintah
nonAPBN yang dibentuk oleh Menteri berdasarkan Undang-Undang
mengenai Hak Cipta yang memiliki kewenangan untuk menarik,
menghimpun, dan mendistribusikan Royalti serta mengelola kepentingan hak
ekonomi Pencipta dan pemilik Hak Terkait di bidang lagu dan/atau musik.
• Judicial Review adalah proses pengujian peraturan perundang-undangan yang lebih
rendah terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang dilakukan
lembaga peradilan.

Tinjauan Pustaka
• Tinjauan Umum Tentang Kewenangan
• Tinjauan Umum Tentang Royalti
• Tinjauan Umum Tentang Judicial Review
• Tinjauan Umum Tentang Asas Hukum
• 1. Pengertian Asas Hukum
• 2. Fungsi Asas Hukum
• Tinjauan Umum Tentang Lembaga
Manajemen Kolektif Nasional (LMKN)

Anda mungkin juga menyukai