Anda di halaman 1dari 1

Layanan streaming dalam hal cover lagu, menyanyikan dalam pertunjukan live di

cafe/restoran, bahkan memutar ulang lagu dan/atau musik sering kali tidak
mendapatkan izin atau lisensi dari pencipta, pemegang hak cipta, maupun
pemegang hak terkait untuk memanfaatkan hak ekonomi dari pemilik maupun
pemegang hak cipta.
Mengenai dasar hukum peraturan hak cipta telah diatur sejak tahun 1912 yaitu
Auteurswet 1912 yang kemudian berubah menjadi Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang masa berlakunya sampai sekarang. Dalam
UU tersebut, lahirlah lembaga manajemen kolektif yang berdasarkan amanat
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dapat menghimpun dan
menarik royalti dari pihak-pihak yang memanfaatkan hak ekonomi pencipta
maupun pemegang hak cipta.
Lalu dibawah UU tersebut, terdapat peraturan mengenai royalti yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu
dan/atau Musik . dlm pp tsb pemerintah memberikan amanat kepada LMKN
(Lembaga Manajemen Kolektif Nasional).
Permasalahannya dalam Pasal 12 ayat (2) PP no 56 “Lembaga Manajemen Kolektif
Nasional (LMKN) dapat menarik royalti dari Orang yang melakukan Penggunaan
Secara Komersial lagu dan/atau musik dalam bentuk layanan publik bersifat
komersial untuk Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan pemilik Hak Terkait yang
telah menjadi anggota maupun yang belum menjadi anggota dari suatu LMK.”
Mengenai hal tersebut, bila ditelusuri dalam peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi dari peraturan pemerintah tersebut, yakni Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dalam Pasal 88 ayat (2) huruf b disebutkan
bahwa Lembaga Manajemen Kolektif dalam hal melakukan operasional harus
mendapatkan izin terlebih dahulu, yang mana izin tersebut harus memenuhi
syarat:

b. mendapat kuasa dari Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait untuk
menarik, menghimpun, dan mendistribusikan Royalti;

Berdasarkan persyaratan izin tersebut, terdapat norma yang dianggap dapat dikatakan
bertentangan dengan Peraturan Pemerintah yang dimaksud diatas, yakni Pasal 88
ayat (2) huruf b Undang-Undang Hak Cipta yang dimana lembaga manajemen
kolektif dalam hal menarik, menghimpun, dan mendistribusikan haruslah
mendapatkan kuasa dari pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait
dengan norma dalam Peraturan Pemerintah Pasal 12 Ayat (2) yang dimana
Lembaga Manajemen Kolektif dalam hal menarik royakti untuk pencipta,
pemegang hak cipta, dan pemilik hak terkait tanpa harus mendapatkan kuasa
dalam hal ini yakni belum menajdi anggota dari suatu lembaga manajemen kolektif
untuk memberikan persetujuan dalam hal penarikan royalti atas karya ciptanya
yaitu berupa lagu dan/atau musik.
Bagaimana mungkin subjek hukum dibenarkan bertindak untuk mewakili tanpa adanya
kuasa atau persetujuan dari pemilik maupun pemegang hak cipta tersebut.
maka terkait

Anda mungkin juga menyukai