Anda di halaman 1dari 25

STUDI BIOTA LAUT

PULAU KENAWA
KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Oleh
RINTO BASUKI
Penyuluh Perikanan KABUPATEN SUMBAWA BARAT
Satminkal BBRBLPP Gondol-Bali

Disampaikan Pada Seminar Nasional Perikanan Dan Penyuluhan, Bogor 2018


LATAR BELAKANG
 Gili Balu’ mempunyai keanekaragaman hayati
yang sangat tinggi dan rentan terhadap
kerusakan.
 Potensi Gili Balu’: sumberdaya ikan, ekosistem
terumbu karang, lamun, mangrove, pantai pasir
putih dan laguna.
 Untuk melindungi, melestarikan dan
memanfaatkan Gili Balu’ maka perlu
dicadangkan menjadi Kawasan Konservasi
Taman Pulau Kecil Gugusan Gili Balu’ Poto Tano
Peta Kawasan Kawasan Konservasi Pulau Kecil
Gugusan Gili Balu’ Poto Tano
P. Mandiki P. Kenawa

P. Paserang

P. Belang P. Ular
P. Kalong

P. Namo

P. Kambing
Latar Belakang

 Pulau Kenawa telah dicanangkan sebagai


Kawasan Wisata Bahari berbasis konservasi
 Pulau Kenawa dengan luas 13,8 Ha, panjang
garis pantai memiliki kekayaan sumberdaya
alam hayati berupa flora dan fauna, baik di
darat maupun bawah laut
 Belum ada database kondisi existing
mangrove P. Kenawa
Tujuan

 Mengetahui persentase tutupan karang


Pulau Kenawa.
 Mengetahui struktur komunitas ikan karang:
kelimpahan (densitas); indeks
keanekaragaman; indeks kesegaraman dan
indeks dominasi
 Mengidentifikasi jenis lamun dan avertebrata
air di Perairan P. Kenawa
Waktu dan Tempat

 Waktu: bulan Maret 2018

 Tempat: Pulau Kenawa Kabupaten Sumbawa


Barat NTB (koordinat 1160 49’ 58,98” BT, 080
29’ 55,18” LS)
PETA ADMINISTRASI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT TH. 2005

L a u t J a w a L a u t F l o r e s

P. S at o n da

Lab u Kan ang a


U
P. Me da n g Tanj ung Seba ru Tanj ung Br ant i Tanj u ng Kat upa

Tan j ung Saj e le k


P. Sa n g i an g
Ta nj ung Lab u Bi li

P. M o yo
Tanj ung Pe k a t Ta nj ung Bat u Bes ar

Tanj ung Bok o


Tanj ung J ul
Tanj ung Pan c o Tg. C ia h
Skala 1:1 60 000 0
Tan j ung Bat u Tanj ung Set im m a Tanj ung Kaba mb a
Tg. P a ro ngg e Tg. A mb ala w i
Tg. La i
Gi li S ula t Tanj un g Lik u Tg. P aro po
Tg . To nggot odo
Tg. N a r u
Gi li La wan g

T g. P era p pat
Tanj ung Ko l o
Tanj ung Sem el eng

Tg. S aro k aja Ta nj ung Raj as ua Telu k S angg a r


P. K r
o m o
Tanj un g Pet ie

D. S egar a Anak P. B e di l Telu k M ani ni Tanj u ng Ma nan gi s Tando k R as s a


SELA T SA LEH Tg. Te ngge Tg . O iu n gk e
P. S ar in g i Tanj u ng Ba r a

Tg. M angi nj e r
P. D a ng a r B es ar
Gi li P eta gan P. Pan j a ng Tg. A i Ngj ong

KOTA BIMA
Tl. L ok Gi l i b a n t a
Telu k S um bawa Î
. Kamb in g
P
Tg . L a nd o

A
KAB. LOMBOK BARAT KAB. DOMPU
Î

Tg. M angs i t Kay a ngan


Tanj ung Nga li
# Tg. P in un ga
Î

Tg . S enggi g i
Î # P. N g a li
Tanj ung Par ang ga wa i
# Tg . W a mb a

KAB. LOMBOK TIMUR Tl. L ab u Ber u


Telu k T ara ta # Î
Tg. M abal a
P. K e la p an g N is a S a na i
P. Do mp o Tg. D ok o P. Ma t ag a t eh
Y
# Î

KOTA MATARAM Tanj ung Kes s i


Tg. G adu

Te lu kT aro s
P. T ai k eb o
Tanj u ng Kunc ar
Tanj ung Bi la
KAB. BIMA Tg. La mbu
Tg . W ad uda l i

Tanj ung Dew a Tanj ung Da l em P. B e sa r


P. RA K I T Tg . B atu

T g. S ara nto k
Tg Bel us un P. K e la p a
# Tan j ung Ki ma

#
T g. G re sak

Ra
wa T
a li wan
g
T g Beber a

Tanj ung Pal im pa


# Tl. T angga h
G . Laya r
G . A sa han

KAB. LOMBOK TENGAH


Tg . R ata 1

KAB. SUMBAWA
G. Ri ngg it
Tanj ung Ba j a Tg. C engeh
G. Sud a Tg Sahe
Tl. S ant ong Tg . R an o
G. Ge de Î Da m Pengg a W adu k Bat uj ai Tg. Ta f u Tg . R unc uh
Tanj ung Bi ri TE L U K W A WO R A D A Tg. B ak u
Tg. J am pa Tg. N gg el u Tg. R ata 2
Telu k K er ta s a ri
Î # Tanj ung Ma c i
Tg. P ang k aj ar a

Î
Ta nj ung Bal at Tg. H uu
Tl. T ali wa ng Tg . D or oded e Tanj un g Si do
Tg Put uh Bat u
Tanj ung Langu ndu
Tg Ber u Tg. N c anga Ta nj ung Pan g gai
Tg. Jel engn y a Tanj ung Mu a

KAB. SUMBAW A B ARAT


Telu k S unut Tanj u ng Panc o Tanj u ng Tena wu
Tanj u ng Ri nggi t Telu k T ir o
Telu k S epi
T l. S il unbel anak

Tanj ung Bar u


T l. P engan tap

Tanj ung Kut a


Tanj ung Ci n a Tg. D or o
T g. Sa ra

Telu k B ra nten
T eluk A ja ng

Tano M alo k
T l. G u m bang

Te lu k P anas

T g. Li ang Suk ar
Tg . Labul aw ah Tanj ung Ma ta

T g. Li ang De wa
Tanj u ng Am at
Tan j ung Les e k
Telu k S ek ongk a ng

Tan j ung Ma n gk un Labu Lia ns ong

Telu k La mp ui
Tanj u ng Ma das ang er
Tanj ung Sebu Telu k S ar ang
Telu k S e nut uk

Tanj ung Mo ne h

Ta nj ung Mo neh

S A M U D E R A H I N D I A
Alat

 Kapal bermotor (boat)


 Peralatan penyelaman (Scuba)
 Meteran gulung (Rollmeter)
 Papan pencatat (Slates dan Pensil)
 Kamera bawah air
 Refraktometer
 pH meter
 Termometer
 Topdal arus
Metode Pengambilan Sampel

 Pengamatan kondisi terumbu karang Metode


transek garis (Line Intercep Transect-LIT),
pada 3 stasiun/ transek:
 Stasiun I (timur pulau)
 Stasiun II (dekat dermaga) Stasiun I
(timur)
 Stasiun III (barat pulau)

Stasiun III
(barat)
Stasiun II
(dermaga)
 Pengamatan variabel jenis dan kelimpahan ikan dilakukan
pada lokasi yang sama dengan lokasi pengamatan variabel
lifeform karang.
 Sebelum pengamatan dilakukan, terlebih dahulu dibuat
transek pada kedalaman 5 m sejajar kontur dasar perairan
dengan cara membentangkan meteran gulung (rollmeter) di
atas permukaan substrat.
 Setelah itu ditinggalkan bbrp saat untuk memberikan
kesempatan kepada obyek kembali ke posisi semula yang
mungkin terganggu pada saat pemasangan transek.
 Dalam penelitian ini, pengamatan substrat hanya dilakukan
pada satu kedalaman saja, karena pada kedalaman di atas 5
m, substrat dasar perairan didominasi oleh pasir berlumpur.
 Metode pengamatan terhadap komunitas ikan karang
dilakukan dengan cara sensus visual (visual census
method)
 Variabel yang diamati adalah komposisi spesies ikan
karang yang ditemukan sepanjang garis transek dengan
radius 2,5 m ke arah kiri dan kanan garis transek.
 Sementara itu, variabel substrat yang diamati adalah
lifeform karang yang ditentukan berdasarkan kategori
yang tercantum dalam Survey Manual for Tropical Marine
Resources (English et al, 1994) dengan metode transek
garis
 Dalam setiap kegiatan pengamatan, tim
terdiri dari dua orang.
 Salah seorang dari tim melakukan sensus
visual terhadap komunitas ikan, sementara
anggota tim yang lainnya sebagai mitra
selam mencatat keaadan umum daerah yang
diamati dan melakukan perekaman/
pemotretan terhadap kondisi ekosistem yang
diteliti.
 Dalam setiap kegiatan pengamatan, anggota
tim terdiri dari 2 orang. Pada saat
pengamatan dilakukan, salah seorang dari
tim melakukan sensus visual terhadap
komunitas ikan, sementara anggota tim yang
lainnya sebagai mitra selam mencatat
keaadan umum daerah yang diamati dan
melakukan perekaman/ pemotretan
terhadap kondisi ekosistem yang diteliti.
Analisis Data

 Persentase Penutupan Bentuk Pertumbuhan


Karang
Persentase Penutupan = Panjang Total Kategori x 100%
Panjang Transek
Komponen-komponen bentuk pertumbuhan
(lifeform) dikelompokkan menjadi 5 kelompok,
yaitu: karang batu hidup (hard coral, HC), alga
(algae, AL), organisme lain (Others, O) karang
mati (dead coral, DC) dan abiotik (abiotic, AB).
 Indeks Keanekaragaman
H’ = - Σ pi ln pi

H’ < 2 = keanekaragaman rendah


2 < H’ ≤ 3 = keanekaragaman sedang
H’ > 3 = keanekaragaman tinggi

 Indeks Keseragaman
E = H’/ Hmaks

Nilai E berkisar antara 0 sampai dengan 1. Jika E = 1


berarti semua spesies memiliki kelimpahan yang sama
 Indeks Dominansi
D = Σpi2

0,00 < D < 0,30 = dominansi rendah


0,30 < D < 0,60 = dominansi sedang
0,60 < D < 1,00 = dominansi tinggi
Hasil dan Pembahasan
Persentase penutupan terumbu karang berdasarkan lifeform di Pulau Kenawa

No. Stasiun Kategori Lifeform Total


Tutupan
HC AL OT DC AB Biotik

1. I 7,67 0,67 65,83 0 25,83 74,14


2. II 20,97 1,17 65,03 0 12,83 87,17
3. III 70,53 1,80 20,01 0 3,83 96,17

Persentase Luas Tutupan Terumbu Karang yg Hidup (Kep. MNLH No. 4 Thn 2011)

No. Persentase Penutupan Kondisi Terumbu Karang


1. 0 - 24,9 Buruk
2. 25 - 49,9 Sedang
3. 50 - 74,9 Baik
4. 75 - 100 Baik sekali
Struktur Komunitas Ikan Karang
No Variabel Lokasi Pengamatan
Stasiun Stasiun Stasiun
I II III
1 Jumlah 418 285 69
2 Densitas (individu/are) 279 190 46
3 Indeks Keanekaragaman (H’) 2,87 2,84 2,68
4 Dominansi (Indeks Simpsons/ D) 0,09 0,10 0,09
5 Indeks Keseragaman (E) 0,79 0,79 0,88
Parameter Kualitas Air
No. Parameter Stasiun
I II III
1. pH 7,9 7,3 8,1
2. Salinitas (0/00) 35 35 36
3. Suhu (0C) 29 28 29
4. Kecepatan Arus 1 1 1
(m/dtk)
Identifikasi Lamun
No. Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili
1. Lamun daun panjang Enhalus acoroides Hydrocharitaceae
2. Lamun daun bulat Syringodium Potamogetonaceae
isoetifolium
3. Lamun daun kecil Talassia hemprichii Hydrocharitaceae
Identifikasi Avertebrata Air
No. Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili
1. Landak laut Diadema setosom Diadematidae
2. Teripang pasir Holothuria scabra Holothuridae
3. Bintang laut biru Linckia laevigata Ophidiasteridae
4. Bintang ular Ophiuroidea sp. Ophiotrichidae
5. Kima Tridacna sp. Tridacnidae
6. Gurita Octopus sp. Octopodidae
Kesimpulan
1. Kondisi penutupan terumbu karang pada ketiga
stasiun berada dalam kondisi baik sampai dengan
baik sekali.
2. Ditemukan sejumlah 41 spesies ikan dari 11 famili,
dengan densitas dan indeks keanekaragaman
tertinggi pada stasiun I (masing-masing 279
ekor/are dan 2,88); indeks dominansi tertinggi
pada stasiun II (0,10); dan indeks keseragaman
tertinggi pada stasiun III (0,88).
3. Teridentifikasi tiga spesies lamun dari dua famili
dan enam spesies avertebrata dari enam famili.
Saran
1. Terumbu karang yang kondisinya baik dan sangat baik
harus dijaga dan dipertahankan agar tidak mengalami
kerusakan.
2. Perlu dilakukan rehabilitasi terumbu karang dengan
metode transplantasi atau pemasangan terumbu buatan
(reefball) pada area yang mengalami kerusakan fisik di
dekat dermaga.
3. Area tambat labuh dan penurunan jangkar perahu harus
dilokalisir hanya pada sekitar dermaga. Dapat pula
disediakan tambatan apung (mooring buoy) untuk
memilimalisir kerusakan terumbu karang.
Saran (lanjutan)
4. Larangan penangkapan ikan dengan alat dan cara
yang merusak lingkungan harus terus disosialisasikan
kepada para pengunjung pulau dan masyarakat
sekitar.
5. Sebaiknya tidak dilakukan aktivitas penangkapan ikan
di perairan Pulau Kenawa agar populasi ikan tidak
menurun dan ikan-ikan tetap jinak sehingga bisa
menjadi daya tarik bagi wisata snorkelling dan selam.
6. Perlu dibentuk lembaga khusus untuk mengelola
Taman Pulau Kecil Gususan Gili Balu’.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai