VERIFIKATOR/ADM
IN
Monitoring Lanjutan
Anak Tidak Sekolah (ATS) dan Anak
Berisiko Putus Sekolah (APBS)
sebagai Dampak Pandemi Covid-19
Tahun 2022
Penjelasan Singkat
• Pelaksanaan Kegiatan
Pelatihan Pendata dan
• Pelatihan Verifikator/Admin
2
Khusus Fasilitator Pendataan Daerah
(tidak perlu disampaikan ke Pendata)
Pelatihan Pendata SIPBM ATS
PENDATAAN
Honor Pendata, 500rb/Desa
Insentif Pendampingan (Kades dan PD)
Catatan:
Besaran biaya sesuai dengan proposal yang sudah disetujui UNICEF dan mengacu kepada ketentuan
yang ada di UNICEF
MODUL ADMIN/VERIFIKATOR 6,5 jpl
PEMBUKAAN, Alur Pengenalan Aplikasi dan
Pelatihan, Metode Fungsinya, Jenis dan
Panduan Monitoring
Pendahuluan Pelatihan , Jenis dan
ATS dan ABPS (45’)
Tingkatan Pengguna, Alur
Sumber Pembiayaan Pendataan, Pengenalan Form
(10’) Pendataan (15’)
Verifikasi Data
(teori dan Laporan Laporan
Praktek Monitoring ATS dan Hasil
Laporan Tindak
Praktek 30’) Lanjut (15’)
Pendataan ABPS 30’) Pendataan(15’)
TUJUAN
• Admin/Verifikator memahami tujuan dan manfaat yang dihasilkan dari kegiatan
monitoring ATS dan ABPS.
• Admin/Verifikator memahami mengapa perlu dilakukan monitoring terhadap ATS
dan ABPS melalui pendataan SIPBM.
• Admin/Verifikator memahami apa itu SIPBM dan seperti apa metode pendataan
SIPBM.
Tujuan dan Manfaat yang Diperoleh
Kegiatan Monitoring ATS dan ABPS sebagai Dampak Covid-19 melalui Pendataan SIPBM ini
bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi anak-anak usia sekolah yang putus sekolah atau berisiko putus sekolah karena
terdampak pandemi Covid-19;
1 2. Mendorong terjadinya penanganan ATS dan ABPS baik di level Desa maupun di level Kabupaten;
dan
3. Mendorong adanya replikasi pelaksanaan monitoring di Desa atau Kabupaten lain selain lokus
yang diintervensi.
Sumber Pembiayaan
2 1. Sumber biaya untuk kegiatan yang meliputi pengembangan instrumen dan aplikasi SIPBM
ATS/Digital, penyusunan panduan pelaksanaan dan modul pelatihan, sosialisasi, pelatihan pelaku
SIPBM di masa pandemi Covid-19, serta pelaksanaan pendataan berasal dari dana hibah UNICEF.
2. Pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan pemerintah Desa dapat mengalokasikan dukungan
pembiayaan APBD dan/atau APBDesa atau mengupayakan sumber pembiayaan lain yang tidak
mengikat.
Mengapa perlu dilakukan monitoring ATS dan ABPS?
• Jumlah anak tidak sekolah di Indonesia diperkirakan sekitar 4,1 juta (Susenas, 2020) – angka yang
terus meningkat karena dampak sosial ekonomi dari pandemi COVID-19 khususnya pada rumah
tangga miskin
Kondisi saat • Pemantauan nasional baru-baru ini yang dilakukan oleh UNICEF bekerjasama dengan Kementerian
ini Desa, PDT dan Transmigrasi dengan melibatkan pemerintah daerah kabupaten dan pemerintah desa
terhadap 123.235 anak (7–18 tahun) di lebih dari 112.000 keluarga miskin di 33 dari 34 provinsi di
Indonesia, menunjukkan bahwa terdapat penambahan satu persen (1.243) anak putus sekolah sejak
Maret 2020.
• Desa Peduli Pendidikan adalah Desa Peduli Pendidikan merupakan salah satu kegiatan untuk
mewujudkan SDGs Desa Ke-4 yaitu Pendidikan Desa Berkualitas
Monitoring ATS dan • Beberapa indikator Desa Sehat Sejahtera seperti peningkatan APK dan angka rata-rata lama sekolah
ABPS dan Desa dapat dicapai salah satunya dengan penanganan ATS dan ABPS
• Agar penanganan ATS dan ABPS lebih tepat, maka diperlukan data by name by address dari ATS
Peduli Pendidikan dan ABPS serta kondisinya yang diperoleh dari hasil monitoring ini.
PB. 2. Pelaksanaan Monitoring ATS dan ABPS
TUJUAN
• Admin/Verifikator memahami metode pendataan yang digunakan.
• Admin/Verifikator memahami sasaran/objek pendataan.
• Admin/Verifikator memahami jenis data yang dikumpulkan.
• Admin/Verifikator memahami tugas dan tanggungjawabnya dalam kegiatan
monitoring ATS dan ABPS
Sasaran/Objek Pendataan
Metode Pendataan Pendataan SIPBM menyasar keluarga yang
Pendataan dengan pendekatan SIPBM merupakan terdampak pandemi Covid-19 atau keluarga
tool yang akan digunakan untuk mengidentifikasi yang rentan terdampak Covid 19, yang di
dan mengetahui adanya kemungkinkan munculnya dalamnya terdapat anak usia sekolah (usia 4 –
ATS dan ABPS sebagai dampak pandemi Covid-19. 02 01 18 tahun). Data yang dapat dijadikan rujukan
Pendataan SIPBM ATS dilakukan dengan metode utama untuk mengidentifikasi keluarga yang
02 terdampak pandemi Covid-19 adalah Keluarga
sensus tapi bersifat terbatas dengan mendatangi
responden door to door. Penerima Manfaat BLT DD, DTKS, penerima
Pendataan dilakukan oleh setidaknya 2 orang PKH atau data penerima manfaat dari bantuan
pendata yang ditunjuk oleh Pemerintah Desa, pemerintah lainnya di masa pandemi Covid-19
dapat berasal dari anggota TP PKK, Karang Taruna,
RT atau lembaga kemasyarakatan desa lainnya.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Data Kepala Keluarga; Data Fasilitas
. Pendidikan; Data Penerimaan Bantuan
Waktu dan Durasi
03 Data Pengeluaran; Data Anggota
Pendataan Keluarga;Data Sumber Penerangan dan
Pendataan untuk Kegiatan Monitoring ATS fasilitas belajar
04
dan ABPS sebagai Dampak Pandemi Covid-19
Catatan:
melalui Pendataan SIPBM secara nasional
mulai Juni sampai dengan Juli 2022 Pendata bisa lebih05
dari 2 orang, namun tidak ada alokasi tambahan dari pusat untuk insentifnya
Sasaran adalah keluarga, bukan rumah tangga. Dalam 1 rumah tangga bisa terdiri dari beberapa
kepala keluarga. Semua keluarga di rumah tangga tersebut harus didata terpisah per Kepala Keluarga
Mengapa SIPBM?
(Sistem Informasi Pembangunan Berbasis
Masyarakat)
12
Prosedur Monitoring
Tugas dan Tanggung Jawab
a. Menetapkan nama desa yang menjadi lokasi kegiatan Monitoring ATS dan ABPS Sebagai Dampak
Dinas PMD
Pandemi Covid-19 melalui Pendataan SIPBM;
Kabupaten b. Mengikuti pelatihan yang diselenggarakan dalam rangka Monitoring ATS dan ABPS Sebagai
Dampak Pandemi Covid-19 melalui Pendataan SIPBM;
c. Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan di wilayah kabupatennya;
d. Melakukan pengawasan dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan mulai dari tahap persiapan,
pengumpulan data oleh pendata di wilayah desa sampai pada tahap penyajian laporan hasil
pendataan;
e. Menunjuk pejabat atau staf Dinas PMD sebagai Admin Kabupaten yang bertugas membuat dan
mengelola akun Admin Desa serta membantu mengatasi permasalahan teknis pada saat proses
pendataan.
f. Menyampaikan dokumen laporan hasil pendataan ATS dan ABPS di kabupaten kepada Bupati.
g. Memanfaatkan data hasil pelaksanaan kegiatan Monitoring ATS dan ABPS Sebagai Dampak
Pandemi Covid-19 melalui Pendataan SIPBM, diantaranya:
Bersama Bappeda dan Dinas Pendidikan, menyosialisasi hasil pelaksanaan kegiatan
monitoring ATS dan ABPS di kabupaten bersama dengan OPD lain.
Bersama Dinas Pendidikan, memfasilitasi penanganan ATS dan ABPS untuk jenjang
pendidikan dasar.
Bersama OPD terkait lainnya, merumuskan kebijakan program/kegiatan berdasarkan
hasil kegiatan monitoring ATS dan ABPS sesuai pembagian urusan pemerintahan kabupaten.
Prosedur Monitoring
Tugas dan Tanggung Jawab
Pemerintah a. Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan di desa; Sekretaris a. Mengikuti pelatihan dalam rangka pelaksanaan
Desa b. Menyelenggarakan dan memfasilitasi pelaksanaan Desa/Perangkat kegiatan Monitoring ATS dan ABPS Sebagai
Musyawarah Desa dalam rangka menyepakati dan Desa yang
Dampak Pandemi Covid-19 melalui Pendataan
menetapkan daftar responden yang akan disensus; Ditunjuk untuk
c. Melakukan pengawasan kegiatan pengumpulan data Mewakili
SIPBM;
oleh pendata di wilayah desa sampai pada tahap b. Berperan sebagai Admin Desa dan Verifikator;
penyajian laporan hasil pendataan. c. Membuat dan mengelola Akun Pendata;
d. Menindaklanjuti hasil pelaksanaan kegiatan Monitoring d. Melakukan verifikasi terhadap hasil pendataan;
ATS dan ABPS Sebagai Dampak Pandemi Covid-19
e. Melakukan pengawasan dan pendampingan
dengan SIPBM, diantaranya:
proses pelaksanaan kegiatan mulai dari tahap
Sosialisasi hasil pelaksanaan kegiatan monitoring
ATS dan APBS di desa. persiapan dan pada saat pengumpulan data
Penanganan ATS dan APBS sesuai kewenangan oleh petugas pendata;
desa. f. Menyusun laporan hasil pendataan dan
Merumuskan kebijakan program/kegiatan melaporkan ke pemerintah kabupaten junto
berdasarkan hasil kegiatan monitoring ATS dan
Dinas PMD yang menangani SIPBM.
APBS sesuai kewenangan desa.
Prosedur Monitoring
Tugas dan Tanggung Jawab
Tenaga Pendamping a. Membantu pemerintah daerah/desa sesuai dengan jenjangnya dalam
Profesional Pusat, mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan;
Provinsi dan b. Membantu pemerintah daerah/desa sesuai jenjangnya dalam
melakukan pengawasan dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan mulai
Kabupaten serta
dari tahap persiapan, pengumpulan data oleh pendata di wilayah desa
Pendamping Desa
sampai pada tahap penyajian laporan, sosialisasi serta tindak lanjut
hasil pendataan;
c. Khusus untuk TPP Kabupaten yang ditetapkan sebagai fasilitator
lapangan untuk pelatihan dan pendampingan pendataan diharapkan
mengikut Pelatihan/ToT yang diselenggarakan dalam rangka Monitoring
ATS dan ABPS Sebagai Dampak Pandemi Covid-19 melalui Pendataan
SIPBM;
Prosedur Monitoring
Tugas dan Tanggung Jawab
1.Usia 4 – 18 tahun yang dimaksud adalah yang tidak bersatus sebagai Kepala Keluarga
2.Usia 4 – 18 Tahun dihitung berdasarkan hari ulang tahun saat didata (pada saat hari dia didata sudah berulang tahun yang ke-4 dan belum berulang tahun yang ke
19)
3.Seseorang dikategorikan sebagai PENDUDUK suatu wilayah apabila:
• Telah tercatat sebagai penduduk di wilayah tersebut (dibuktikan dengan kartu tanda penduduk);
• Telah enam bulan atau lebih dan/atau telah berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan untuk menetap di wilayah tersebut dan telah melapor secara
resmi ke pemerintah setempat (RT/RW dan atau kepala dusun/dukuh/lingkungan atau sebutan lainnya) dan dibuktikan dengan surat keterangan domisili.
4.Pendataan SIPBM berbasis KELUARGA bukan INDIVIDU atau RUMAH TANGGA. Dalam satu keluarga seluruh anggota keluarga (termasuk kepala keluarga)
mesti didata. Boleh jadi dalam SATU RUMAH TANGGA terdapat beberapa keluarga, tapi tidak mungkin dalam satu keluarga lebih dari satu rumah tangga;
5.RESPONDEN atau sumber data dalam sistem pendataan ini adalah kepala keluarga atau anggota keluarga yang mampu bertanggungjawab terhadap kebenaran
informasi yang diberikan;
6.KELUARGA adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri atau suami isteri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009). Secara implisit dalam batasan ini yang dimaksud dengan anak adalah anak yang belum menikah.
Apabila ada anak yang sudah menikah dan tinggal bersama suami/isteri atau anak anaknya, maka yang bersangkutan menjadi keluarga tersendiri (keluarga lain
atau keluarga baru).
7.Selain itu terdapat juga “Keluarga khusus”, yaitu satuan individu/seseorang yang tidak diikat dalam hubungan keluarga, hidup dan makan serta menetap dalam
satu rumah (misalnya seseorang atau janda/duda sebagai keluarga sendiri, atau dengan anak yatim piatu dll.)
8.KEPALA KELUARGA adalah laki laki atau perempuan yang berstatus kawin, atau janda/duda yang mengepalai suatu keluarga. Suatu keluarga dapat terdiri
dari:
• Bapak/Ayah, dan ibu (bapak sebagai kepala keluarga); atau
• Bapak/Ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lainnya yang belum menikah (bapak sebagai kepala keluarga); atau
• Bapak/ayah, anak dan dan anggota keluarga lainnya yang belum menikah (bapak sebagai kepala keluarga); atau
• Ibu, anak dan anggota keluarga lainnya yang belum menikah (ibu sebagai kepala keluarga); atau
• Kakak dan adik (dalam kasus yatim-piatu dimana kakak sebagai kepala keluarga); atau
• Kepala panti/asrama dan penghuni panti/asrama (kepala panti/asrama sebagai kepala keluarga
Diseminasi Hasil Pendataan dan Tindak Lanjut
Dilakukan dalam rangka memeriksa kembali status pendidikan anak
dan remaja yang sebelumnya teridentifikasi tidak bersekolah (ATS)
atau berisiko putus sekolah (ABPS) melalui pendataan SIPBM dalam
rangka monitoring ATS dan ABPS sebagai dampak pandemi COVID-19.
Rekonfirmasi data dilakukan untuk memastikan bentuk bantuan atau
dukungan bagi penanganan ATS dan ABPS khususnya oleh
pemerintah desa dan stakeholder terkait lainnya sehingga ATS dan
FGD Rekonfirmasi ABPS yang teridentifikasi dapat kembali bersekolah atau
Data mendapatkan layanan pendidikan yang optimal yang meminimalkan
atau bahkan meniadakan faktor risiko yang dapat menyebabkan
mereka putus sekolah.
Dalam kondisi tertentu dan diperlukan penanganan segera, maka forum pra musdes/rembuk warga (atau nama lainnya) dapat merumuskan alternatif solusi lainnya untuk
menindaklanjuti hasil rekonfirmasi data, diantaranya:
Camat/Kepala Desa memfasilitasi rapat koordinasi dengan kepala sekolah, guru/pengelola PKBM yang akan dituju oleh anak untuk memastikan kesiapan untuk menerima
anak.
Kepala Desa membuat surat permohonan kepada Bupati (tembusan kepada Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas PMD dan Kepala Bappeda) untuk dapat memfasilitasi
anak-anak masuk ke sekolah/lembaga PKBM (terlampir contoh surat Kepala Desa).
Memfasilitasi pembiayaan dari pihak ke-3, dll.
Kepala Desa mengorganisir kampanye ‘Gerakan Kembali Bersekolah’ untuk mendorong dukungan semua pihak bagi keberlanjutan pendidikan anak.
Rencana Tindak Lanjut
Pemanfaatan Data Hasil Monitoring Anak Tidak Sekolah (ATS) dan
Anak Beresiko Putus Sekolah (ABPS) sebagai Dampak Covid 19
Program/Kegiatan
Langsung pada
individu
Perumusan Program/Kegiatan dalam Rembuk Warga/
Pengkajian Keadaan Desa
REKONFIRMASI
DATA
Menentukan Prioritas
Merumuskan Program/Kegiatan
Analisis Akar Program/Kegiatan untuk diusulkan
Masalah untuk Menjawab Akar dalam Musdes
Masalah Perencanaan
Pembangunan Desa
MUSDES
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
DESA
Analisis Masalah menggunakan
Pohon Masalah (bisa juga
menggunakan instrumen lain)
CONTOH ANALISIS MASALAH UNTUK MENEMUKAN AKAR MASALAH
MASALAH UTAMA:
Oli tercecer di lantai
Mengapa Oli Tercecer Di Lantai?
PENYEBAB LEVEL 1:
Karena merembes dari tangki yang bocor
Mengapa Tangki Oli Bocor?
PENYEBAB LEVEL 2:
Tidak ada pemeriksaan berkala terhadap tangki oli
Mengapa tidak dilakukan pemeriksaan berkala?
AKAR MASALAH:
Tidak ada standar prosedur pemeriksaan dan aktivitas
untuk memeriksa bagian-bagian dari setiap peralatan
POHON MASALAH
AKIBAT 1: AKIBAT 2:
Menjadi buta huruf dan rendahnya Berpotensi menimbulkan kenakalan
wawasan/ pengetahuan anak remaja
MASALAH UTAMA:
sebanyak 30 anak usia 7-18 tahun tidak
sekolah
PENYEBAB LEVEL 2:
PENYEBAB LEVEL 2: PENYEBAB LEVEL 2:
Orang tua menyuruh anak
membantu bekerja saat musim Tidak terdaftar sebagai Pemda tidak dapat membangun
tanam/ Panen dan Musim Tangkap Penerima Kartu Indonesia Pintar sekolah karena kurangnya
ikan (KIP) sekolah penyangga
1 Kurangnya kesadaran orang tua tentang Pelibatan tokoh Agama dan Tokoh adat
pentingnya bersekolah dalam kampanye Gerakan Kembali √ √
Bersekolah
2 Anak sudah terbiasa memperoleh uang Advokasi dan Pendampingan agar kembali
tanpa merasa perlu bersekolah bersekolah (Komunikasi, Informasi dan
√ √
edukasi)
4 Kurang kesadaran keluarga untuk Pendataan Anak Tidak Sekolah dan Anak
melaporkan diri sebagai penerima yang tidak menerima KIP, Fasilitasi KIP √ √ √
KIP/PKH/GSC DLL
5 Tidak ada sarana Transportasi yang Sewa Bis Sekolah
melayani anak ke sekolah √
Menentukan
Prioritas Kegiatan
No. Kegiatan Berdampak Langsung Mencegah Mudah Total Urutan
terhadap terjadinya Direalisasikan Nilai Prioritas
Penyelesaian masalah masalah
3. Fasilitasi KIP
4. Sewa alat transportasi
5. Penyediaan Mobil Sosial
Desa
6. Pemberian beasiswa berupa
biaya transpor
7. Fasilitasi Internet Desa
8. Fasilitasi Belajar Kelompok
NILAI
KRITERIA KOLOM A :
Nilai 3 = Jika Sangat berdampak langsung,
Nilai 2 = Cukup berdampak Langsung ,
Nilai 1 = Kurang berdampak langsung,
KRITERIA KOLOM B:
Nilai 3 = Jika Sangat dapat mecegah
Nilai 2 = Cukup dapat mencegah,
Nilai 1 = Kurang dapat mencegah
KRITERIA KOLOM C :
Nilai 3 = Jika Sangat dapat terealisasi
Nilai 2 = Cukup dapat terealisasi
Nilai 1 = Sulit terealisasi
TERIMA KASIH