Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK

10
“HADIST TENTANG HADIAH”
Ayu Dwi Aprlia 200121077
ROSLINA 200121059
Pengertian Hadiah

hadiah adalah penyerahan hak milik harta benda tanpa


ganti rugi yang umumnya dikirimkan kepada penerima
untuk memuliakannya.

Secara sederhana hadiah dapat diartikan sebagai pemberian


dari seseorang kepada orang lain tanpa adanya penggantian
dengan maksud memuliakan

Hadiah adalah pemberian yang dimaksudkan untuk


mengagungkan atau rasa cinta
Menurut istilah fikih,
hadiah didefinisikan
sebagai berikut:

Zakariyya Al- Muhammad


Sayyid Sabiq
Anshari Qal‘aji
Hadiah adalah penyerahan hak Hadiah itu seperti hibah dalam segi
Hadiah adalah pemberian sesuatu
milik harta benda tanpa ganti hukum dan maknanya. Dalam
tanpa imbalan untuk
rugi yang umumnya dikirimkan pengertian ini, Sayyid Sabiq tidak
menyambung talisilaturrahim,
kepada penerima untuk membedakan antara hadiah dengan
mendekatkan hubungan, dan
memuliakannya. hibah dalam segi hukum dan segi
memuliakan.
makna.
Rukun Hadiah
01 03
Mauhub (barang yang
Wahib (pemberi)
dihadiahkan)
Wahib (pemberi) adalah orang yang Mauhub (barang yang dihadiahkan)
memberikan hadiah atau pemindahan adalah barang yang dihadiahkan kepada
kepemilikan. penerima hadiah.

02 04
Mauhub Lah
Shighat (ijab dan qabul)
(penerima)
Karena hadiah itu merupakan transaksi Dalam pemberian hadiah yang menjadi
langsung, maka penerima hadiah sasaran ialah kepada shighat dalam
disyaratkan sudah wujud dalam artinya transaksi tersebut sehingga perbuatan itu
yang sesungguhnya ketika akad hadiah sunguh mencerminkan terjadinya
dilakukan. pemindahan hak milik melalui hadiah.
yang menjadi landasan dalam pemberian hadiah yaitu terdapat dalam firman Allah dalam surah Al-Mudatstsir ayat 6 yang
berbunyi:

Syarat-Syarat Hadiah
a.
b.
 
Hadiah dari harta yang boleh di-tasharruf-kan.
Terpilih dan sunguh-sunguh.
c. Harta yang diperjualbelikan.
d. Tanpa adanya penganti.
e. Orang yang sah memilikinya.
f. Sah menerimanya.
g. Walinya sebeum pemberi dipandang cukup waktu.
h. Menyempurnakan pemberian.
i. Tidak disertai syarat waktu.
j. Pemberi sudah mampu tasharruf (merdeka, mukallaf, dan rashid).
syarat untuk wahib (pemberi hadiah) dan
mauhub (barang) yaitu:
1. Syarat Wahib (pemberi hadiah)
Wahib disyaratkan harus ahli tabarru (derma), yaitu berakal, baliqh, rasyid (pintar).
2. Syarat mauhub (barang)
a.
b.
Harus ada waktu hadiah.
Harus berupa harta yang kuat dan bermanfaat.  
c. Milik sendiri.
d. Menyendiri, menurut Ulama Hanafiah, hadiah tidak dibolehkan terhadap barang bercampur
dengan milik orang lain, sedangkan menurut ulama’ Malikiyah, Hambali dan Syafi’iyah,
hal itu dibolehkan.
e. Mauhub terpisah dari yang lain, barang yang dihadiahkan tidak boleh bersatu dengan
barang yang tidak dihadiahkan, sebab akan
f. Menyulitkan untuk memanfaatkan mauhub.
g. Mauhub telah diterima atau dipegang oleh penerima.
h. Penerima memegang hadiah atas seizin wahib.
Hikmah Hadiah
1. 1. Memberi hadiah dapat menghilangkan penyakit
dengki, yakni penyakit yang terdapat dalam hati
dan dapat merusak nilai-nilai keimanan.
2. 2. Pemberian hadiah dapat mendatangkan rasa
saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi.
3. 3. Hadiah atau pemberian dapat menghilangkan
rasa dendam,
Macam-Macam Hadiah
Hadiah dalam
perlombaan

Hadiah dalam pembelian


suatu barang

Hadiah sebagai suap


atau sogokan
Anjuran Memberi Hadiah
yang di Jelaskan dalam Surat
An Nisa Ayat 4
Hadits Memberi Hadiah
1.Memberi Hadiah Saat 2. Larangan Mengambil
Membayar Hutang Kembali Hadiah
Abu Hurairah menceritakan ada Ibnu Umar ra dan Ibnu Abbas ra
seorang laki-laki datang menuturkan bahwa Rasulullah
menagih utang kepada SAW bersabda, “Tidak halal bagi
Rasulullah. Saat itu, Rasulullah seorang laki-laki Muslim apabila
berutang kepadanya setengah dia memberikan sesuatu
wasaq kurma. Saat membayar kemudian mencabutnya kembali,
utang tersebut, Rasulullah SAW kecuali pemberian seorang
bersabda, “Yang setengah bapak kepada anaknya.” (HR.
wasaq ini milikmu, dan Ahmad)
setengah wasaq lagi hadiah
dariku.” (HR. Bazaar)
Hadits Memberi Hadiah
3.Larangan Mengungkit 4. Saling Memberi Hadiah
Hadiah Yang Sudah Sebagai Bentuk Rasa Cinta
Diberikan Rasulullah SAW bersabda,
Asma binti Abu Bakar ra “Salinglah memberi hadiah,
menyatakan bahwa Rasulullah maka kalian akan saling
SAW bersabda, “Keluarkanlah mencintai. (HR. Bukhari)
derma atau bermurah hatilah
kalian. Dan janganlah
mengungkit-ungkit, sebab kelak
kamu akan diungkit oleh Allah.
Dan janganlah kalian memata-
matai apa yang telah kalian
berikan kepada orang lain,
karena kelak kalian akan
dimata-matai oleh Allah SWT."
(HR Bukhari dan Muslim)
Kesimpulan
1. Hadiah adalah pemberian seseorang kepada orang lain
karena hendak memuliakannya.
2. Hadiah hukumnya sunnah, bahwa hal ini merupakan
perbuatan yang baik. Namun hadiah bisa diharamkan apabila
sudah mengarah kepada Risywah.
3. Syarat-syarat hadiah adalah adanya ijab dan qabul
sedangkan rukunnya meliputi:
a. Ada yang memberi
b. Ada yang diberi
c. Ada ijab dan qabul
d. Ada barang yang diberikan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai