Oleh: Muhyidin, SKM Tokoh Bangsa yang Menguasai Bahasa Asing 1. H.Agus Salim Lelaki kelahiran Agam, Sumatera Barat, ini adalah negarawan dengan otak cemerlang. Dia banyak dipuji karena kemahirannya menguasai banyak bahasa. Bahasa Belanda Agus Salim dipelajari pada saat beliau di kapal laut dalam perjalanan menuju Belanda. Dalam sejarah, Agus Salim pernah menjabat Menteri Luar Negeri Republik Indonesia ke-3 pada periode 3 Juli 1947 – 20 Desember 1949. Dia pernah menempuh pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (ELS), yang merupakan sekolah khusus anak-anak Eropa. Salim melanjutkan pendidikannya ke Hoogere Burgerschool (HBS), dan lulus sebagai lulusan terbaik. Setidaknya Haji Agus Salim menguasai sembilan bahasa, di antaranya Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Turki, dan Jepang. Bung Hatta sempat memuji betapa luar biasa kepandaian yang dimilikinya. Dalam seratus tahun, kata Bung Hatta, hanya lahir satu manusia seperti Agus Salim. Saat datang ke Mesir, Salim melakukan tiga kali ceramah memakai bahasa berlainan. Ceramah dalam bahasa Perancis di Institut Geografi Kerajaan, bahasa Inggris di Aula Universitas Fouad I (sekarang Universitas Kairo), dan bahasa Arab di Gedung Persatuan Wartawan Mesir. Tokoh Bangsa yang Menguasai Bahasa Asing 2. Soekarno Presiden Republik Indonesia Pertama ini adalah seorang kutu buku. Selain menguasai sejumlah bahasa asing, Soekarno memiliki keahlian berpidato yang luar biasa. Soekarno remaja sering larut menikmati beragam buku di perpustakaan ayahnya. Soekarno menguasai bahasa Indonesia, Jepang, Belanda, Inggris, Arab, Perancis, Jerman, Jawa, Sunda, dan Bali. Howard Palfrey Jones dalam bukunya, Indonesia: The Possible Dreams, mengatakan jika tahun-tahun dalam penjara dan pengasingan adalah tahun-tahun pendidikan bagi Soekarno. Kemampuan Soekarno berbahasa asing juga terlihat dari kedekatannya dengan berbagai pemimpin dunia. Tokoh Bangsa yang Menguasai Bahasa Asing 3. Buya Hamka Kita memanggilnya dengan Buya Hamka, seorang sastrawan dan ulama yang dicintai di Indonesia. Masyarakat juga mengenal Hamka sebagai ahli filsafat dan aktivis politik. Haji Abdul Malik Karim Amrullah, demikian nama lengkap sang ulama. Lahir di Sungai Batang, Maninjau, Sumatera Barat, pada 16 Februari 1908, Hamka adalah seorang yang mempelajari berbagai ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi, dan politik baik Islam maupun Barat secara otodidak. Proses belajar secara otodidak sangat ditunjang dengan kemampuan bahasanya, terutama bahasa Arab. Hamka mahir berbahasa Arab. Itu sebabnya dapat meneliti karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah, seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain Haikal. Hamka adalah salah satu orang Indonesia yang paling produktif menulis dan menerbitkan buku. Itu sebabnya Hamka dijuluki sebagai Hamzah Fansuri di era modern. Dia mendapat sebutan Buya, berasal dari bahasa Arab, abi atau abuya, yang berarti ayahku. Itu adalah panggilan yang ditujukan untuk seseorang yang dihormati. Tokoh Bangsa yang Menguasai Bahasa Asing 4. R.M. Panji Sosrokartono Kakak kandung R.A Kartini. Beliau menguasai 17 Bahasa asing Bung Hatta pernah berkata, “…Kartono, intelektual yang menguasai 17 bahasa asing itu mudah diterima kalangan elite di Belanda, Belgia, Austria, dan bahkan Perancis. Dia adalah adalah mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke negeri Belanda. Sosrokartono merupakan seorang polyglot yang menguasai banyak bahasa. Sebanyak 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku di Nusantara dia pelajari. Dari tanah Eropa, Sosro selalu mengirimkan buku dan buletin kepada adiknya Kartini. Dari buku-buku kiriman sang kakak itu lah Kartini mendapat pencerahan untuk melahirkan emansipasi perempuan di Tanah Air. 3 Elemen Bahasa
Terdapat tiga elemen bahasa yang berperan penting
dalam mendukung keempat keterampilan (listening dan reading sebagai receptive skill sedangkan writing dan speaking sebagai productive skill), yaitu 1. Pronunciation (pelafalan), 2. Vocabulary (kosa kata), dan 3. Grammar (struktur bahasa). Kendala Bahasa Asing 1) Sulit menghafal lebih banyak kosa kata dan artinya; 2) Sulit berbicara menggunakan bahasa Inggris/Arab; 3) Sulit menulis menggunakan tata bahasa Inggris/Arab dengan baik; 4) Beberapa orang membayangkan bahasa Inggris/Arab adalah pelajaran yang sulit; 5) Motivasi yang rendah untuk belajar bahasa Inggris/Arab; dan 6) Belum memiliki banyak kesempatan berlatih bahasa Inggris/Arab. Salah satu kendala yang dihadapi ketika belajar bahasa Inggris adalah ketika mengucapkan suatu kosa kata, karena memang bahasa tersebut memiliki cara baca yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Sebagai contohnya, angka 5 (lima) dalam bahasa Inggris menjadi five dengan cara baca /faɪv/. Namun, cara baca tersebut tidak dapat diterapkan pada pembacaan angka 15 (limabelas) yang dibaca /ˌfɪfˈtiːn/, bukan /faivti:n/ Perlunya Mempelajari Bahasa Sejak Dini
Mempelajari sebuah bahasa sebaiknya sejak dini. Mengapa?
Karena pada masa-masa tersebut otak (brain) anak-anak masih mengalami “plasticity‟ atau “flexibility‟ sehingga masa-masa tersebut sangat mudah untuk menyerap informasi. Pada masa-masa ini bahasa dapat dipelajari dengan lebih mudah daripada tahap-tahap kehidupan yang lain, sehingga masa-masa tersebut disebut masa- masa kritis atau critical period (Lenneberg, 1967) Lenneberg membuat batasan umur untuk mengakuisisi bahasa secara alami yaitu mulai umur 2 tahun sampai masa puber Memang orang dewasa masih bisa berkomunikasi dalam bahasa asing pada usia 40, tetapi akuisisi secara otomatis nya sudah hilang setelah masa puber, dan aksen bahasa asing tidak dapat diatasi dengan mudah setelah masa puber.