BERKELANJUTAN
RPS
MINGGU POKOK BAHASAN SUB-BAHASAN
PERTAMA Gambaran umum praktek • Perkembangan pertanian Ambo Ala
pertanian dan ciri pertanian • Permasalahan Pertanian
berkelanjutan konvensional
• Perkembangan konsepsi
• Ciri-ciri pertanian berkelanjutan
Kedua Pengertian pertanian • Definisi Ambo Ala
Berkelanjutan • Perkembangan konsep berkelanjutan
• Atribut dan cakupan
Ketiga Perbandingan PB, hambatan • Perbandingan PB, Pertanian Organik, Ambo Ala
dalam implementasinya, dan LIESA
perumusan konsep jadi aksi • Anggapan yang menghambat
perkembangan PB
• Prasyarat PB
• Dari konsep ke Aksi
Keempat Pertanian Ekologi • Ciri pertanian ekologi Ambo Ala
• Kriteria minimum
• Keragaman secara ekologi
RPS
MINGGU POKOK BAHASAN SUB-BAHASAN
Kelima Manejemen Ekosistem Untuk • Karakterisasi Bahan Organik Tanah Prof Laode/Azis
Keberlanjutan Pertanian: (BOT)
Manajemen Lahan • Kuantitas perubahan BOT
• Dampak Pengolahan Tanah
Keenam Manejemen Ekosistem Untuk • Neraca massa Prof Laode/Azis
Keberlanjutan Pertanian: • Faktor-faktor anthropogenik
Neraca massa, Faktor • Faktor-faktor nonantropoghenik
Anthropogenik dan Non-
atropoghenik
Ketujun Manejemen Ekosistem Untuk • Cara pengelolaan tanaman Prof Laode /Azis
Keberlanjutan Pertanian: • Menentukan tanaman
Pengelolaan Tanaman Untuk
Keberlanjutan
Kedelapan Mid tes
RPS
MINGGU POKOK BAHASAN SUB-BAHASAN
Kesembilan Model pertanaman untuk • Intercoropping Prof Laode/Azis
meningkatkan keragaman • Multiple cropping
ekosistem • Pergiliran Tanaman
• Tanaman Pagar
• Agroforestri
Kesepuluh Cara-cara meningkatkan • Pengelolaan Bahan organik Prof Laode/Azis
keragaman ekosistem • Konsep pertanian terpadi
pertanian (Ljt) • Pengurangan penggunaan bahan
kimia
Kesebelas Manajemen kehilangan • Strategi menyeimbangkan hara Prof Laode/Azis
hara • Runoff losses
• Pencucian
• Pengendalian erosi
keduabelas Integrasi sistem • Pemupukan Prof Rahim
• Penggunaan pestisida
• Inovasi kultur teknis
• Integrasi komponen-komponen
RPS
MINGGU POKOK BAHASAN SUB-BAHASAN
Ketiga belas Pertanian Alternatif • BMPs Prof Rahim
• Biodiversity
• Biodynamic
• Biological farming
• Consercation buffer strips
• Holistic approach
Keempatbelas Aspek ekonomi Prof Rahim
kelimabelas Aspek sosial
Keenam belas Ujian final Prof Rahim
Pendahuluan
Pertanian dapat dinyatakan sebagai seni, perbuatan/praktek produksi
tanaman dan ternak pada suatu unit pertanian yang terorganisir. Secara
umum dianggap merupakan salah satu basis peradaban manusia.
Gangguan ekosistem dimulai setelah munculnya pertanian. Pada
awal munculnya pertanian sebagai bagian dari lingkungan,
penduduk asli berada dalam lingkungan stabil, dan dengan
keseimbangan yang baik, tapi kemudian lingkungan didominasi,
‘dipaksakan’ sehingga sistem alami menjadi terganggu.
• semakin menurunnya produktivitas tanah akibat erosi tanah dan kehilangan (pencucian)
2 hara dari tanah
• semakin meningkatnya ancaman residu bahan agrokimia thd kualitas dan keamanan
4 pangan
Focus: Botton-Up
PRASYARAT PERTANIAN BERKELANJUTAN
• KUALITAS TANAH TIDAK BOLEH RUSAK, TOP SOIL TIDAK BOLEH MENIPIS
1
3
• SUMBERDAYA AIR TERSEDIA HARUS MAMPU MEMENUHI KEBUTUHAN TANAMAN,
TDK BERLEBIHAN & TDK KEKURANGAN
10
CIRI-CIRI PERTANIAN BERKELANJUTAN
(TIWANY, at al, 1999)
• MEMELIHARA SUMBERDAYA DASAR , SEPERTI LAHAN
1
• DITERIMA PETANI
4
11
CIRI PERTANIAN BERKELANJUTAN
ASPEK POSITIF TANTANGAN
Bertujuan untuk mencapai keseimbangan di antara siklus dasar ekologis dan Kurangnya definisi singkat
keeseimbangan alami yang dapat mengurangi polusi
Memastikan bahwa kebutuhan dasar dari generasi sekarang dan generasi masa Operasionalisasi terkadang sulit,
depan, secara kuantitatif dan kualitatif dapat dipenuhi sambil sambil terutama menyangkut aspek sosial
menghasilkan produk pertanian lainnya
Menyediakan lapangan pekerjaaan jangka panjang, pendapatan memadai, dan Perlu waktu lama untuk mencapai
kondisi hidup yang laayak bagi semua orang yang terlibat dalam sistem produksi konsensus diantara aktor yang
pertanian berbeda
Mempertahankan dan memperkaya kapasitas produktif SDA secara Membutuhkan pendekatan baru
keseluruhan, dan kapasitas regeneratif sumberdaya terbarukan dalam berpikir
MULTI TUJUAN DAN SERING KALI DI ANTARA TUJUAN YANG AKAN DICAPAI TIDAK
SEJALAN, SEHINGGA PARAMETER TERUKURNYA SULIT DITENTUKAN
13
PENGERTIAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
• Pengendalian OPT secara biologi dan cara lain untuk mengurangi penggunaan
2 pestisida
• Meningkatkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam dasar dimana ekonomi pertanian bergantung.
1
• Pemanfaatan sumberdaya tak terbarukan dengan efisien, dan sumberdaya pertanian secara tertintegrasi yang
2 sesuai dengan siklus biologi alami dan kontrol
3
• Mendukung keberlansungan ekonomi dari kegiatan pertanian.
4
• Memenuhi kebutuhan pangan dan serat manusia
5
• Meningkatkan kualitas hidup petani dan masyarakat secara keseluruhan
PERTANIAN BERKELANJUTAN (LJT)
DARI DEFINISI PERTANIAN BERKELANJUTAN TERSEBUT
ADA LIMA PENEKANAN
PRODUKTIVITAS/
productiviity
KELAYAKAN KUALITAS
EKONOMI/ HIDUP/
Ec. advisability Quality of live
19
PERTANIAN BERKELANJUTAN (LJT)
PENEKENAN PADA KEUNTUNGAN JANGKA PENDEK YANG MERUSAK LINGKUNGAN ATAU
PENEKANAN PADA KUALITAS LINGKUNGAN YANG TIDAK MEMBERI KEUNTUNGAN JANGKA
PENDEK TIDAK BERKELANJUTAN
• Program PB dari pemerintah lebih dilihat aspek negatifnya dari pada aspek positifnya. Program
pokok pemerintah dipahami, namun tidak dibenarkan, hambatannya lebih diperhatikan daripada
2 manfaatnya.
• Sampai sekarang , semua yang langsung terkait dengan pertanian berkelanjutan dipandang tidak tersentuh
dengan pertanian modern/progresif. Sejarahnya mengembalikan ke kondisi tahun 1970-an, ketika
pergerakan pertanian alternatif , yang dikaitkan dengan pertanian berkelanjutan. Sikap ini menganjurkan
3 perluasan pada tahun-tahun belakangan ini.
KEBERLANJUTAN PERTANIAN DAPAT DICAPAI
DENGAN MEMAHAMI BEBERAPA HAL
Faktor psikokimia, seperti: tanah, iklim, kelembaban, radiasi, panjang hari dsb, serta
perubahan dan interksinya.
Element biologi dari sistem produksi, dalam hal tanaman dan/atau ternak kaitannya
dengan patogen, gulma, OPT, dan organisme yang menguntungkan
25
SEJARAH (LJT)
BANYAK IDE TENTANG ARAH: SEHINGGA TIDAK MUNGKIN KONSESNSUS PADA SATU TITIK
KESEIMBANGAN; KURANG DIPAHAMI; DATA SULIT; ATAU KONSENSUS PADA DATA DASAR; IKLIM GLOBAL
DAN VARIASINYA; KEMAJUAN TEKNOLOGI, PERAN MANUSIA DALAM PERTANIAN, DAN HUBUNGAN
ANTARA PERTANIAN DAN LINGKUNGAN SEMUANYA TIDAK DAPAT DIPREDIKSI
• Keragaman tinggi, biasanya memungkinkan penggunaan sumberdaya dalam suatu agroekosistem lebih efisien.
Tingkat adaptasi terhadap habitat lebih baik, menunjukkan saling mengisi diantara kebutuhan spesies tanaman,
5 diversifikasi nisia, tumpang tindih nisia spesies , dan pembagian sumberdaya.
• Keragaman mengurangi resiko untuk petani, khususnya pada areal yang lingkungannya
tidak dapat diprediksi, jika satu tanaman kurang berhasil, maka dapat dikompensasi dari
6 yang lain.
Nilai Keragaman agroekosistem
Strategi kunci pertanian berkelanjutan adalah memasukkan kembali keragaman
kedalam pertanian dan mengelolannya lebih efektif. Keragaman adalah nilai
Agroekosistem dengan berbagai alasan, di antaranya:
• Rotasi: rotasi tanaman merupakan cara penting meningkatkan keragaman dari sistem. Rotasi
dilakukan dengan menanam tanaman yang berbeda secara berurutan atau berulang dengan
5 beurutan makin besar perbedaan tanaman yang dirotasi, dampak ekologinya makin baik.
• Fallow/bero: fariasi dari praktek rotsi adalah sistem bero, yaitu pada periode tertentu berurutan
antara penanaman dan bero (membiarkan lahan tanpa ditanami. Pada saat bero tanah ‘istirahat’
6 di mana terjadi suksesi dan pemulihan keragaman pada banyak bagian sistem, terutama tanah.
Yang perlu dipami perannya adalah bahan organik yang bisa berkontribusi lebih besar
terhadap produktivitas dibanding dengan komponen tanah tunggal. Sifat-sifat biologi,
fisik, dan kimia dipengaruhi oleh stabilitas bahan organik. Kerangka kelengkapan tanah
mendukung pertumbuhan tanaman. Perhatian berkembang sehubungan dengan
manajemen ‘kerangka’ tanah ini untuk pertanian berkelanjutan.
Berat kering Jaringan tanaman terdiri atas 50-70% karbohidrat, sebahagian besar
residu tanaman kembali ke tanah. Karbohidrat menjadi unsur utama mikroba
tanah, dan berperan penting dalam perkembangannya. Senyawa berat moleku
rendah terutama digunakan sebagai substrat mikroba tanah, yang ada sementara
sangat tergantung pada infusi bahan organik segar (Vaughan and Malcolm, 1985)
Bagian tertinggi BOT, sekitar 85-90%, disusun dari bahan ‘humic’ . Ini istilah
umum berkait dengan inang mikroba dan produk degradasi kimia. Vaughan and
Malcolm (1985) menggambarkan persoalan identifikasi senyawa spesifik dari
bahan humic sebagai hasil variasi teknik ekstraksi. Istilah umum ‘asam humic’,
‘asam fulvic’,dan ‘humin’ menyarankan contoh ekstrak dengan asam dan
alkalin. Bahan humic stabil, memperlihatkan resistensi besar terhadap
penguraian/breakdown lebih lanjut dibanding bahan non-himic.
Manajemen tanah: Kuantitas perubahan BOT
Perhatian pada pemeliharaan BOT berkaitan dengan siklus. Pada daerah
pertanian baru, manajemen BOT tidak begitu penting , untuk kesuburan
(termasuk produktivitas) langsung respon dengan penambahan bahan organik.
Sekarang ini menggunakan input energi tinggi seperti pupuk buatan memberikan
hasil yang baik. Memelihara BOT atau meningkatkannya adalah inti dari praktek
pertanian berkelanjutan, terutama untuk kesuburan, dan pengendalian erosi.
Manusia mempengaruhi tingkat BOT dimulai sejak pertanian berkembang.
Tingkat BOT pada keadaan yang belum terganggu/dimanfaatkan (virgin state)
berbeda karena hasil faktor-faktor lokal selerti spesies tanaman asli, iklim,
pengaruh ternak, bahan induk tanah, dan kondisi lainnya. Perkembangan
pertanian modern menghancurkan kuantitas BOT, dengan tingkat
pengurangan dalam tanah berbeda-beda menuju keseimbangan baru.
Mengurangi pengolahan tanah sebelum tanam nampaknya diperlukan sekarang dari pada
waktu lampau untuk optimalisasi produksi tanaman, dan kerena itu, dampak pengolahan
tanah terhadap lingkungan lebih kecil. Peran pengolahan tanah konservasi (conservation
tillage) pada produksi tanaman memberikan contoh perubahan ini. Residu permukaan
kaitannya dengan pengolahan konservasi dapat mengurangi erosi dengan secara dramatik,
selain itu juga dapat meningkatkan infiltrasi tanah. Sehingga sangat penting menggunakan
teknologi yang sesuai,, mengurangi pengolahan tanah sudah terbukti bisa memproteksi
tanah dan air
Energi yang diperukan untuk pengolahan tanah cukup banyak, walaupun masih jauh lebih
kecil dari pada pemupukan nitrogen. Upaya mengurangi energi yang digunakan dengan
meningkatkan efisiensi pengolahan tanah atau dengan mengurangi pengolahan tanah
sangat penting. Praktek yang dapat dilakukan untuk mengurangi energi adalah dengan
meninggalkan residu tanaman di permukaan tanah .
Manajemen tanah: Dampak pengolahan tanah
terhadap keberlanjutan
Pengolahan tanah minimum atau pengolahan tanah konservasi yang didefinisikan sebagai sistem
pertanaman dengan menyisakan minimal 30% residu tenaman di permukaan tanah. Cara ini telah
digunakan luas di AS dengan berbagai alasan, yaitu: mengurangi biaya, mengurangi aliran permukaan
dan erosi, menambah BOT, dan meningkatkan retensi air tanah. Pengolahan tanah minimum memiliki
dampak nyata terhadap ekologi, agronomi dan ekonomi, dan sudah dipromosikan penggunaannya pada
sistem pertanaman inovatif. Sistem ini juga mengurangu kerusakan tanah, mendukung perkembangan
sub-sistem dekomposis menjadi lebih kompleks, meningkatkan stabilitas sistem tanah, dan efisiensi
siklus hara internal. Dengan meningkatnya interaksi yang kompleks antara tanaman, invertabrata, dan
miroorganisme, maka pengolahan tanah minimum lebih menyerupai sistem alami dari pada sistem
konvensional. Dengan demikian suystem agriekosistem lebih berkelanjutan
Crop Management
Climate
Topography Rotation
Cover crops
SOIL
FERTILITY
Management Strategies
• Flesible systems Minimize nutrient losses
• Realistio yield goals • Runoff
• Integrated practices • Leaching
• Holistic approach • Gass
FAKTOR NONANTROPOGENIK
Bahan induk mempengaruhi sifat kesuburan tanah,
khususnya kandungan mineral, ukuran partikel yang
mempengaruhi tekstur, tipe dan laju reaksi kimia yang
terjadi. cara deposisi mempengaruhi struktur dan topografi.
Iklim mempengaruhi sifat kesuburan tanah karena
faktor-faktor iklim menentukan tingkat hancuran
(weathering) bahan induk. mempengaruhi tingkat
rekasi biologi, kimia termasuk larutan, hidrasi,
mineralisasi, immobilisasi, dan pencucian tanah.
Apabila semua varietas atau hibrida mempunyai respons yang sama terhadap perubahan
pengolahan tanah, ketersediaan air, stres hara, atau temperatur ekstrem, maka kita tidak perlu
mempertimbangkan perbedaan kulivar untuk suatu sistem termasuk perbedaan kondisi
pertumbuhan tanaman. Tapi bila terdapat interaksi yang kuat , atau perbedaan respons antara
kultivar, maka kita perlu melakukan seleksi tanaman tertentu untuk suatu kondiasi baru yang
bisa meningkatkan peroduktivitas, stabilitas hasil, dan keberlanjutan dari sistem (Francis, 1990).
Pengelolaan tanaman untuk pertanian
berkelanjutan: Menentukan Tanaman
Varietas baru atau varietas lain diperlukan untuk membuat sistem lebih
berkelanjutan, boleh jadi dengan mengurangi penggunaan input yang tidak berdaur
ulang, tergantung pada perbedaan kondisi stres dalam sistem yang baru. Perbedaan
genetik yang ada untuk menoleransi kondisi stres yang ada seperti kekeringan,
tempratur, kondisi tanah, air, pengaruh biotik. Pertanyaannya adalah apakan semua
kondisi akan berubah sebagai hasi ldari modifikasi sistem pertanaman.
Apabila dilakukan perubahan sistem intercrop menjadi lebih intensif, maka diperlukan untuk
mencari tanaman yang lebih randah yang tahan naungan, dan tanaman yang efisien
menggunakan air. Jika perubahan dilakukan dengan mengurangi pemupukan, atau sistem
irigasi terbatas , perlu diketahui varieas yang efisien menggunakan sumberdaya yang langka.
Pemuliaan untuk mendapatkan tanaman toleran terhadap kekeringan sangat kompleks,
sehingga seleksi untuk ukuran secara fisiologi spesifik lebih efektif dari pada seleksi langsung
terhadap toleran kekeringan.
Ciri terpenting dari MC adalah meningkatnya keragaman, baik dalam hal strutur maupun spesies
habitat. Dalam hal ini MC menyerupai komunitas tanaman alami yang lebih tertutup dibandingkan
dengan sistem monokultur input tinggi yang minim keragaman. Beberapa bentuk itercropping
seperti pertanaman campuran dan relay intercropping meningkatkan apa yang oleh Whittaker
(1960) istilahkan ‘alpha’ atau keragaman dalam habitat. Praktek lainnya sperti strip intercropping
dengan baris yang relatif lebar, meningkatkan ‘beta’ atau keragaman antara habitat
Pengelolaan tanaman untuk pertanian
berkelanjutan: mulitiple cropping (MC)
Sistem intercrop biasanya memiliki ratio ekuivalen lahan (LER), adalah jumlah relatif lahan yang ditanami
monokultur yang akan diharapkan memberi hasil sama, lebih besar dari satu. Mis. Achmed dan Rao
(1982) menguji sistem intercrop jagung-kedelai pada 14 lokasi di 7 negara menemukan LERs lebih besar
dari satu, dia juga menemukan pendpatan lebih besar dari sistem intercrop dibanding hasil masing-
masing tanaman dalam monokultur. Alasan yang sering dikutip dari banya k sistem intercrop tradisional
adalah meningkatnya kegunaan sumberdaya baik dalam waktu maupun ruang
Kebutuhan sumberdaya setiap tanaman berbeda termasuuk cahaya, air, dan hara, maka MC
seyogiyanya dirancang untuk menggunakan sumberdaya lebih efisien dari pada monokultur., misalnya
struktur kanopi yang lebih kompleks dapat meningkatkan total penggunaan cahaya. Tanaman yang
diintercrop dengn kebutuhan hara,air, dan perbedaan pola perakaran bisa menggunakan sumberdaya
yang tersedia secara penuh. Untuk menggunakan sumberdaya lebih efisien, Agroekosistem
intercropping lebih efisien pada siklus hara internal dan dan ‘kebocorannya lebih kecil dibanding
monokultur konvensional.
Kombinasi tanaman berbeda terhadap waktu penyerapan hara bisa mengurangi potensi
kehilangan hara melalui pencucian. Tanaman dengan kedalaman pola perakaran yang
berbeda bisa mentranspor hara dari dari horizon tanah yang lebih rendah kepermukaan
untuk digunakan oleh tanaman lain. Bagian dari meningkatnya produksi, total produksi
biomasa sering elbih tinggi pada sistem intercrop. Stinner (1990) mengamati produksi
biomasa sistem intercrop jagung-alafalfa 17,5 ton/ha, dibanding monokultur jagung hanya
11,2 ton/ha.
Pengelolaan tanaman untuk pertanian
berkelanjutan: mulitiple cropping (MC)
Pemanfaatan legum adalah aspek penting pada sistem MC, dan sangat
relevan dengan usaha pengembangan ‘sistem pertanian berkelnjutan input
rendah/low input sustainable agriculture, LISA’. Meningkatkan keragaman
dapat mengurangi persoalan hama-panyakit, ini terjadi terutama karena
meningkatnya populasi predator dan parasit. Sebagai contoh Brust et al
( 1986a) menemukan kepadatan predator lebih tinggi macrotropoda tanah
dan predasi larva hama lepidoptera dari intercropping jagung-pada campuran
alfalfa-rumput kebun buah-buahan (orchard)
Umpan atau tanaman perangkap dapat digunakan untuk mengendalikan
hama nematoda pada sistem MC. Tanaman umpan bukan tanaman inang
dirancang untuk mengaktifkan larva nematoda dalam keadaan tidak ada
inang yang memungkinkannya melanjutkan perkembangannya. Alteri dan
Liebman (1986) mendaftar lebih dari selusin tanaman umpan digunakan
untuk mengendalikan 10 spesies nematoda pada berbagai macam
tanaman. Tanaman perangkap adalah tanaman inang yang ditanam untuk
menarik hama seperti nematoda . Sistem MC juga memiliki potensi untuk
mengurangi kepadatan gulma dengan secara efektif menghambat
ketersediaan sumberdaya untuk gulma.
Pengelolaan tanaman untuk pertanian berkelanjutan:
Agroforestry
Agroforestri, termasuk pohon dalam sistem pertanaman, cara ini dikenal sejak lama dan
masih banyak dipraktekkan saat ini. agroforestri mungkin merupakan bentuk pertanian asli
didarah yang alamnya berhutan. System agroforestri menerima perhatian pembaharuan ,
khususnya di daerah tropis karena nilainya untuk tujuan pertanian berkelanjutan , cara ini
juga tiodak hanya cocok untuk tanaman semusim dan tahunan, tetapi juga dengan
peternakan.
Secara ekologi dan agronomi, agroforestry bisa memberikan hasil besar sementara sistim yang
lain tidak berhasil. Agroforestri menstabilkan sistem pertanaman, tanaman pohonan menjadi
permanen di atas dan di bawah tanah dari suatu sistem pertanaman. Dengan cara itu pergerakan
air dan angin berkurang sehingga kehilangan tanah karena erosi dapat berkurang dramatik. Pohon
juga memodifikasi kondisi iklim mikro dengan mengurangi temperatur ekstrem, pohon juga
mengintersepsi air dan mendistribusikannya kedalam tanah.
Praktek input tinggi telah menyebabkan over produksi tanaman tertentu pada berbagai
negara maju, sehingga harga jual produksi turun dan pendapatan petani berkurang.
Efisiensi produksi tidak sebanding dengan peningkatan energi yang digunakan. Misalnya
pertania AS dari tahun 1970 -1978 petani menggunakan 50% energi lebih banyak untuk
meningkatkan produksi 30% (Buttel et al, 1986). Selain itu, input tinggi menjadi tidak
efisien dalam hal energi. Setiap satu kalori pangan yang diproduksi di AS memerlukan
tiga kalori dalam produksi, dan tujuh kalori untuk prosesing, distribusi dan preparasi
(Papendick, 1978). Input tinggi juga menimbulkan persoalan ekonomi, lingkoungna dan
masalah ekologi.
Yang paling penting adalah efek lingkungan, yaitu: (1) erosi tanah, (2) polusi bahan
kimia pertanian pada air tanah dan air permukan, (3) gangguan dan kerusakan
habitat mardasatwa, (4) berbagai pengaruh merugikan pedesaan. Masalah yang
paling serius adalah 1/3 dari topsoil pada Pertanian AS telah hilang selama lebih
dari 200 tahun. Sekitar 1/4 dari 421 juta acre pertanaman mengalami kehilangan
tanah yang serius (Papendick, 1987).
Pentingnya Integrasi: Input utama ke dalam
sistem pertanian
Produksi diperoleh dengan menanam tanaman, lalu diberikan input yang sesuai.
Input utama adalah beberapa tingkat pengolahan tanah; persyaratan hara tanaman
dengan pemupukan; metode proteksi tanaman dari hama, penyakit dan gulma;
dan rotasi yang sesuai untuk memaksimasi produktivitas (lihat Gambar Interaksi
Antara Input pertanian)
Pemupukan
Proteksi tanaman
Pentingnya Integrasi:
Input utama ke dalam sistem pertanian
Pusat dari pola ini adalah ‘ekonomi pertanian’ yang mencakup input lain seperti:
lahan, tenaga kerja, bangunan, mesin, bahan kimia, dan benih, seimbang
dengan keuntungan dari hasil dan faktor-faktor ekonomi lainnya seperti menjual
di pasar, ekspor dan subsidi.
Sistem pertanian tidak sederhana, bukan sekedar penjumlahan dari
komponennya , tapi merupakan sistem kompleks dengan interaksi yang
rumit. Petani dan ahli pertanian jarang mempertimbangkan pengaruh
pupuk terhadap hama, penyakit, dan gulma. Demikian pula pengaruh
kultivasi pada persoalan hama-penyakit, dan gulma. Namun untuk
penggunaan pestisida dilakukan dengan sistem Pengelolaan Hama Terpadu
Sistem konvensional, ‘pertanian input tinggi’, hasil tinggi sering dicapai tanpa
memeberikan perhatian besar terhadap interaksi antara berbagai input. Misalnya jika
dilakukan pemupukan dosis tinggi, tanaman menjadi lebih peka terhadap hama-
penyakit, sehingga harus menggunakan pestisida lebih banyak. Pestisida berpengaruh
pada cacing-tanah, dan organisme tanah lainnya yang berperan pada: mengganti bahan
organik, siklus hara, dan kesuburan tanah. Bila input kimia lebih rendah, penting
dipelajari apa pengaruh semua input terhadap satu dengan lainnya secara detail. Jadi
sistem pertanian dengan sedikit bahan kimia secara implisit memerlukan pengetahuan
lebih banyak pada interaksi antar dan inter input dalam agroekosistem.
Pentingnya Integrasi:
Komponen-komponen pertanian berkelanjutan
Pemupukan
• Dengan input lebih rendah, maka penggunaan bahan organik, dapat
meningkatkan hasil dramatik.
• Pada titik tertentu, biaya pemupukan sama dengan pertambahan hasil. Untuk
mengurangi penggunaan pupuk in-organik dapat diganti dengan melakukan rotasi,
khususnya dengan menggunakan leguminosa, selain itu juga bisa dengan menanam
tanaman yang keburuhan haranya rendah, dan menggunakan pupuk secara efisien.
1
• Melakukan peramalan kejadian hama
2
• Penempatan dan formulasi insektisida yag baik sehingga efisien
3
• Kultivasi yang baik agar serangan hama kurang
4
• Melakukan rotasi untuk memutus siklus hama
5
• Mengatur waktu tanam
6
• Mengatur gulma untuk perkembangan musuh alami hama
Pentingnya Integrasi:
Komponen-komponen pertanian berkelanjutan
Pestisida
Penggunaan pestisida harus dapat dikurangu melalui IPM. Berbagai cara yang
dapat dilakuka di antaranya adalah:
• Mesin pengendalian gulma yang dapat digunakan pada berbagai pola tanam
4
Fertilisers
Inorganic Organic
Crop
Rotations Yield Income
Cultivars
Pesticides
Pentingnya
Integrasi Integrasi:
komponen-koponen
Komponen-komponen pertanian berkelanjutan
pertanian berkelanjutan
Sistem pertanian berkelnjutan tergantung pada manipulasi dari komponen-
komponennya dan bagaimana mengurangi penggunaan bahan kimia dari
komponennya. Selain itu juga bagaimana memahami begaimana komponen
saling berinterksi. Interaksi-interaksi termasuk:
• Pemupukan mempengaruhi pertumbuhan tanaman , gulma , hama dan
1 penyakit
• Bahan organik dapat mengurangi hama -penyakit dengan meningkatnya
2 keragaman spesies termasuk musuh alam,
• Bahan organik mendorong pertumbuhan jamur yang mengendalikan
3 nematoda, dan bisa mengabsorpsi dan menonaktifkan pestisida
• Bahan organik menyediakan makanan alternatif untuk hama-penyakit marginal
4 sehingga mengurangi pengaruhnya.
88
ALTERNATIVE FARMING/ALTERNATIVE
AGRICULTURE
• TANAMAN, TERNAK DAN PRODUK
MENCAKUP KEGIATAN DAN PERTANIAN LAINNYA YANG TIDAK
TRADISIONAL
PERTANIAN, DENGAN • PELAYANAN, REKREASI, TURIS, PENGOLAHAN
MEMPERTIMBANGKAN PANGAN, HUTAN DAN PERUSAHAAN
PERBEDAAN KEGIATAN LAINNYA YANG BERBASIS PADA PERTANIAN
DAN SUMBERDAYA ALAM (PERUSAHAAN
PERTANIAN UMUM ATAU PENDUKUNG)
KONVENSIONAL. TERMASUK • SISTEM PRODUKSI YANG TIDAK
KONVENSIONAL SEPERTI PERTANIAN
ORGANIK ATAU AKUAKULTUR
• PEMASARAN LANGSUNG STRATEGI
PENGUSAHAAN PEMASARAN LAINNYA
93
BIOINTENSIF GARDENING/MINI-FARMING
94
BIOLOGICAL FARMING/ECOLOGICAL FARMING
95
CONSERVATION BUFFER
STRIPS
Bidang penyangga konservasi adalah area atau bidang lahan
yang bervegetasi tetap yang dirancang untuk menahan polutan
dan erosi.
96
CONSERVATION TILLAGE
• sistem pengolahan tanah, di mana sisa daun-daunan dibiarkan menutupi
permukaan tanah, untuk mengurangi erosi.
1
• Pada sistem ini tanah dibiarkan tidak terganggu dari panen sampai
penanaman berikutnya kecuali untuk amandemen hara. Pengendalian
gulma dilakukan terutama dengan menggunakan herbisida, sedikit
3 kultivasi, sistem lebih berkelanjutan dengan tanaman penutup tanah.
• Hasil CTIC : bahwa 30% atau lebih residu tanaman harus tetap berada di
pertanaman. Beberapa tipe khusus : Minimum tillage, Zone Tillage , No-Till ,
Mulch-Till , Reduced-Till , Strip-Till , Rotational Tillage dan pengelolaan residu
4 tanaman.
97
HOLISTIC MANAGEMENT (HM)
u nt uk uksi
mu lai p rod
l a h di i stem kan
n te s
an ingkat
ka n d
ke bija ertania at men sial.
og ram ang p ---dap dan so
d a n pr emand g utuh onomi
ta n ian gan m si yan m, ek
n p er a den tegra ya al a
ne l itia bahw atu in berda
Pe gakui gai su sum
n
men an seba ggunaa
pang nsi pen
e
efisi g ra si-
e
int k ----
e m
in i sis an terna
t
konsep aman d n gan
am tan s , k u
s u k dal rdaya uktivita ksi ling
a e d te
Term nsi sumbihara pro mempro arganya tuk
u
efisie t memel an, dan i dan kel batan un
dapa guntungk an petan tasi ham ng lebih
men kesehat a menga anian ya
serta asuk jug tem pert
term erima sis
men lanjutan
e
berk
99
INTEGRATED PEST MANAJEMEN
(IPM)
s is eko logi
katan berba an penyakit
h p e
end lian hama d gunakan
a l a
IPM adap pengenda ) dengan men ungan
terhad ng dan gulma isiplin ----hub netapan
(binata ahuan multi dpenyakit--- peakit yang
pengetan dan hama ri hama peny an
tanam g ekonomi da erus melakuk si masalah.
amban iterima dan t untuk poten
dapat dring lapangan
monito
k up ke giatan asi
n dapa t menca s resisten, rot
a ta
Pengelolpaenggunaan varieah, penggunaannih
seperti: , kegiatan alami ara optimal, be
tanaman alian biologi sec indingan biji,
pengend, perlakuan perl bas penyakit, aikan
berlabel aan tanaman be yang tepat, perb g
penggun an pada waktu a, dan membuan
penanamemberian petisid.
waktu p yang terinveksi
tanaman
100