Anda di halaman 1dari 14

Bantuan Hidup Dasar

September 2019
Definisi

Survei bantuan hidup dasar primer


merupakan dasar tindakan penyelamatan jiwa
setelah terjadi keadaan henti jantung. Tindakan
ini bisa dilakukan oleh seorang penolong
ataupun lebih secara simultan.
Tujuan
Tujuan awal pelaksanaan BHD adalah
memperbaiki sirkulasi sistemik yang hilang pada
penderita henti jantung mendadak dengan
melakukan kompresi dada secara efektif dan
benar, diikuti dengan pemberian ventilasi yang
efektif sampai didapatkan kembalinya sirkulasi
sistemik secara spontan.
Langkah – langkah
1. Aman diri, aman pasien, aman lingkungan
Penolong awam tidak perlu memeriksa
nadi dan langsung mengasumsikan
(3A) penderita menderita henti jantung jika
penderita mengalami pingsan mendadak
2. Cekatau
respon pasien
tidak berespons, tidak dengan
bernapas, atauAVPU
bernapas tidak normal.
3. Tidak ada respon -> CALL FOR HELP
4. Cek Nadi setidaknya 5 detik dan tidak lebih
dari 10 detik, lihat dada dan perut pasien
(cek napas)
5. Jika nadi tidak teraba -> LAKUKAN RJP
• Penolong awam tidak perlu memeriksa nadi dan
langsung mengasumsikan penderita menderita
henti jantung jika penderita mengalami pingsan
mendadak atau tidak berespons, tidak bernapas,
atau bernapas tidak normal.
• Pada penolong tidak terlatih jangan berikan napas
bantu/buatan, lakukan kompresi saja sampai
bantuan datang
• Tekhnik look, listen, and feel sudah dihilangkan dari
algoritma terbaru.
Posisi penderita sebaiknya di kanan Penolong
KOMPRESI
• Baringkan penderita di tempat yang datar dan keras
• Tentukan lokasi kompresi dada yaitu di setengah
bagian bawah tulang dada (sternum). Letakkan
tumit salah satu tangan di titik kompresi tersebut.
Tangan satunya ditumpangkan di atas tangan yang
melakukan kompresi.
• Posisi lengan lurus dengan siku terkunci, sehingga
bahu ada diatas sternum pasien. Lutut penolong
dekat dengan tubuh pasien.
• Dewasa: kompresi dada dengan kedalam 5-6 cm
• Anak dan bayi: kedalaman sepertiga diameter
dinding anteroposterior dada, atau 4cm pada
bayi dan sekitar 5cm pada anak.
• Kompresi dilakukan 100 – 120x/ menit tanpa
interupsi.
• Penolong tidak terlatih lakukan kompresi saja.
• Penolong terlatih lakukan kompresi dan ventilasi.
Recovery Position
Kapan Menghentikan RJP?

• Penolong sudah melakukan BHD dan Lanjut secara optimal,


antara lain: RJP, defibrilasi pada penderita VT/VF tanda nadi,
pemberian epinefrin intravena, membuka jalan napas, ventilasi
dan oksigenasi menggunakan bantuan jalan napas tingkat lanjut
serta sudah melakukan semua pengobatan irama sesuai dengan
pedoman yang ada
• Penolong sudah mempertimbangkan apakah penderita terpapar
bahan beracun atau mengalami overdosis obat yang akan
menghambat susunan sistem saraf pusat
• Kejadian henti jantung tidak disaksikan oleh penolong
• Penolong sudah merekam melalui monitor adanya asistol yang
menetap selama 10 menit atau lebih
Implementasi penghentian usaha resusitasi

• Asistol yang menetap atau tidak terdapat denyut nadi pada


neonatus lebih dari 10 menit
• Penderita yang tidak respons setelah dilakukan bantuan hidup
jantung lanjut minimal 20 menit
• Secara etik, penolong RJP selalu menerima keputusan klinik yang
layak untuk memperpanjang usaha pertolongan juga menerima
alasan klinis untuk mengakhiri resusitasi dengan segera (karena
kemungkinan hidup yang kecil)
• Menurunnya kemungkinan keberhasilan resusitasi sebanding
dengan makin lamanya waktu melaksanakan bantuan hidup.
Perkiraan kemungkinan keberhasilan resusitasi mulai dari 60-90%
dan menurun secara jelas 3-10% per menit.
In Short!

• Bantuan datang
• Penolong kelelahan
• Permintaan keluarga
• Pasien bangun/batuk
• Muncul tanda kematian irreversible

Anda mungkin juga menyukai