Vaksin IPV2
DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA BARAT
Virus polio VDPV Tipe 2 Ditemukan dengan hasil lab positif pada tanggal 10 November dan mulai terjadi gejala
1
tanggal 6 Oktober 2022 dan ditetapkan KLB oleh Gubernur Aceh pada tangga 24 November
2 Pelacakan sampel tambahan pada anak sehat <5 tahun, ditemukan 3 positif VDPV tipe 2 pada dan anak masih
dalam keadaan sehat. Pemantauan lanjutan anak tersebut dilakukan 60 hari oleh puskesmas setempat.
Melakukan Respon Imunisasi dan Sasaran Penanggulangan KLB: Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN), Di
3
wilayah Provinsi Aceh dilaksanakan dalam 2 Putaran dengan sasaran 0 – 13 Tahun untuk wilayah Kab Pidie pada
Minggu ke 5 November dan Wilayah 22 Kabupaten Kota lain pada Minggu 1 Desember. Kemudian Sub PIN
Putaran kedua dilanjutkan 1 bulan kemudian pada Minggu 2 Januari. Vaksin menggunakan nOPV tipe 2 (Noverl
Oral Polio Tipe 2) dari Bio Farma.
4 Melakukan lanjutan advokasi dan komunikasi home to home screening dan penguatan PD3I
Vaksin nOPV2 4
HARI KE 75 (KERJA)
Sumber data : Rekap Manual, 16 November 17.00 WIB
Seluruh Kabupaten kota masih memiliki sasaran yang belum mendapat Imunisasi Kejar, sehingga perlu dilengkapi status
Imunisasi setelah BIAN usai sesuai pendataan & tetap berjalan rutin (sasaran 9-36 bln)
Terutama untuk Cakupan Tinggi dan Merata Imunisasi Kejar IPV1 dalam rangka introduksi IPV dosis 2 di Wilayah Jabar
(Beresiko) – Berdekatan dengan PEF (Polio Essential Facility) PT. Bio Farma
Sumber data : Rekap Manual, 16 November 17.00 WIB
90%
80%
Menutup Immunity GAP dengan
bertambahnya cakupan IPV-4
OUTLINE
RENCANA INTRODUKSI
PAPARAN IMUNISASI IPV DOSIS KEDUA
MEKANISME PELAKSANAAN
INTRODUKSI IPV2
Introduksi Imunisasi IPV Dosis
Kedua (IPV2)
Strategi Mencapai
Eradikasi Polio
Eliminasi Maternal dan
Keberhasilan Imunisasi Neonatal Tetanus
Mei 2015
Advokasi
komitmen
politik
Penerimaan
masyarakat
terhadap
vaksin
Integrasi
layanan
Penguatan
garda terdepan
Deteksi dan
respon
• Imunisasi rutin dengan cakupan
tinggi dan merata
• Imunisasi tambahan berdasarkan
Strategi kajian epidemiologi
• Surveilans penemuan kasus
Eradikasi Polio lumpuh layuh akut (acute flaccid
paraliysis (AFP)
• Surveilans polio lingkungan
• Pengamanan virus polio di
laboratorium
Indonesia: Polio Risk Assessment
Number of High-Risk District by
Provinsi Province
Overall Jumlah Kab/Kota % Kab/Kota
1; 3% Provinsi
Risk High Risk High Risk
Districts
*Polio Risk Assessment with WHO Tools Year
Area Published 09 May
Polio Risk Assessment
Jumlah Provinsi Jumlah Kab/Kota
Risk Assigned
2020 2021 2020 2021
Low Risk 1 1 20 45
Medium Risk 5 3 121 54
High Risk 28 30 373 415
Published 09 May
TIMELINE :
UPAYA MEMPERTAHANKAN
INDONESIA BEBAS POLIO
DAN MENCAPAI ERADIKASI 2026
Dunia Bebas Polio
POLIO GLOBAL
Mencapai cakupan tinggi dan merata
2022-2023
Introduksi IPV2
2022
Catch Up IPV1 melalui kegiatan BIAN
Januari 2017
Pengembangan surveilans polio lingkungan
Juli 2016
Introduksi 1 dosis IPV ke dalam jadwal imunisasi rutin bayi
0-11 bulan
4 April 2016
Penggantian tOPV menjadi bOPV (Switching)
Status: VALIDATED
8 – 15 Maret 2016
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio
96,5% cakupan
Goal Eradikasi Polio Tahun 2026
Tidak ada kasus polio Hambatan:
Tidak ada transmisi virus 1.Cakupan imunisasi
polio menurun, jumlah
anak-anak yang
tidak/belum lengkap
Imunisasi dengan Penguatan surveilans status imunisasi
cakupan tinggi dan AFP dan bertambah
merata polio lingkungan 2.Surveilans
(penemuan kasus)
lumpuh layuh akut
tidak mencapai target
Tujuan: kekebalan Tujuan: deteksi dini
kelompok, perlindungan kasus dan transmisi
optimal bagi seluruh virus polio
masyarakat 1
1
Rencana
Introduksi
Imunisasi IPV2
Polio Eradication
Strategy
2022-2026
WHO Position Paper: Polio Vaccines June 2022
• Semua anak di seluruh dunia harus divaksinasi polio sepenuhnya, dan
setiap negara harus berusaha untuk mencapai dan mempertahankan
tingkat cakupan yang tinggi dengan vaksin polio untuk mendukung
komitmen global untuk memberantas polio.
• Semua negara yang menggunakan OPV dalam program imunisasi nasional,
WHO merekomendasikan 3 dosis bOPV dan 2 dosis IPV sebagai jadwal
vaksinasi.
• Di negara-negara endemik polio dan di negara-negara yang berisiko tinggi
untuk impor dan penyebaran virus polio, WHO merekomendasikan
pemberian 3 dosis bOPV dan diikuti dengan 2 dosis IPV.
• Dua dosis IPV memberikan kekebalan terhadap kelumpuhan dari virus polio
tipe-2 dan meningkatkan kekebalan terhadap virus polio tipe 1 dan 3.
Sebagai alternatif untuk injeksi IPV IM dosis penuh, negara-negara dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan dosis fraksional (1/5 dari dosis
IPV penuh)
WHO Position Paper – Juni 2022
Tentang Vaksin Polio
Dose-4
P1:97.2%
P2:16.1% and
P3:97.9%
Kajian dan
Rekomendasi ITAGI
ITAGI menyetujui pelaksanaan
introduksi imunisais IPV dosis ke dua
dalam program imunisasi rutin
Perlindungan
Optimal terhadap
Polio
PENINGKATAN
02
PENYUSUNAN
KAPASITAS
01
PETUGAS
MIKROPLANING
KESEHATAN
ADVOKASI DAN
03
EVALUASI
KESIAPAN 04 PENGGERAKAN
MASYARAKAT
SUPERVISI
PELAKSANAAN
Melalui tautan
https://linktr.ee/
data_analytics_team
Micro-planning IPV-2
Introduction
24 November 2022
Micro-planning Puskesmas:
1. Sasaran IPV-2
2. Pendataan Sasaran
3. Logistik: vaksin, ADS 0.5, dan lainnya
4. Advokasi, Sosialisasi, Peningkatan Kapasitas Petugas
5. Sosial Mobilisasi Masyarakat
Sasaran IPV-2 Umur 9 bln – 10 bln kurang 1 hari
Wilayah Risti:
padat penduduk,
kumuh, pekerja migran,
kelompok marjinal dan pengungsi
pedesaan dan sulit secara geografis,
penolakan terhadap imunisasi
wilayah pemukiman baru.
•Dalam rangka mempertahankan Indonesia Bebas Polio
dan mewujudkan Eradikasi Polio global pada tahun
2026, dibutuhkan cakupan imunisasi polio yang tinggi
dan merata serta performa surveilans yang baik
•Introduksi dosis kedua IPV bertujuan untuk
mengoptimalkan perlindungan terhadap polio
KESIMPUL •Dalam pelaksanaan introduksi, perlu dilaksanakan
AN upaya persiapan yang dievaluasi secara bertahap
melalui kegiatan evaluasi kesiapan atau readiness
assessment.
•Mekanisme persiapan, pelaksanaan dan monev
introduksi imunisasi IPV2 mengacu pada Kepdirjen
tentang Petunjuk Teknis Introduksi Imunisasi IPV
Dosis Kedua (IPV2)