Anda di halaman 1dari 5

A.

PENGERTIAN AL- ‘ADATU


MUHAKKAMAH

 Secara etimologi, al- ‘adatu muhakkamah diambil dari kata kerja ‘awwada-
yu’awwidu atau ta’awwada-yuta’awwidu yang berarti ‘’sesuatu yang
berbilang,sesuatu yang diulang-ulang’’. Al-’addah adalah segala sesuatu yang sudah
terbiasa dilakukan masyarakat tanpa direkayasa dikatakan sebagai adat.

 ‘Urf berasal dari baha arab yang berarti ‘sesuatu yang telah diketahui,sesuatu yang
dikenal,sesuatu yang baik.
B. DASAR HUKUM KAIDAH AL-’ADAH
MUHAKKAMAH
• Dasar hukum didalam Al-Qur’an yaitu:
ِ ْ‫َوْأ ُمرْ بِ ْال ُعر‬
َ ِ‫ف َوَأ ْع ِرضْ َع ِن ْال َجا ِهل‬
• ‫ين‬
• “Dan suruhlah orang-orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang
bodoh”.(QS. Al-A’raf: 199).
ِ ‫اشرُوهُ َّن بِ ْال َم ْعر‬
• ‫ُوف‬ ِ ‫َو َع‬
• “Dan pergaulilah mereka secara patut”. (QS. An-Nisa: 19).
• Dasar hukum didalam Hadits yaitu:
• ‫َما َر َءاهُ ْال ُم ْس ِل ُم ْو َن َح َسنًا فَه َُو ِع ْن َد هللاِ َح َس ٌن َو َما َر َءاهُ ال ُم ْسلِ ُم ْو َن َس ْيًئا فَهُ َو ِع ْن َداهللاِ َس ْي ٌء‬
• “Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam maka baik pula di sisi Allah, dan apa
saja yang dipandang buruk oleh orang Islam maka menurut Allah pun digolongkan
sebagai perkara yang buruk” (HR. Ahmad, Bazar, Thabrani dalam Kitab Al-Kabiir dari
Ibnu Mas'ud).
C. PERBEDAAN ANTARA
AL-’ADAH DENGAN AL-’URF
• 1. ‘urf hanya menekankan pada adanya aspek pengulangan pekerjaan, dan
harus dilakukan oleh sekelompok, sedang obyeknya lebih menekankan pada
posisi pelakunya.
• 2. ‘adah hanya melihat dari sisi pelakunya, dan boleh dilakukan pribadi atau
kelompok, serta obyeknya hanya melihat pada pekerjaan.
• Sedangkan persamaannya, ‘urf dan ‘adah merupakan sebuah pekerjaan yang
sudah diterima akal sehat, tertanam dalam hal dan dilakukan berulang-ulang serta
sesuai dengan karakter pelakunya.
D. KEDUDUKAN ‘ADAH DAN ‘URF DALAM
PANDANGAN FUQAHA’
Untuk mengetahui masalah kedudukan ‘adah atau ‘urf sebagai salah satu patokan hukum,
fuqohah’beragam pendapat dalam memeganginya sebagai dalil hukum, yaitu sebagai berikut:
• a. Abu Hanifah : Al-Qur’an, sunnah, ijma’, qiyas, istihsan, dan ‘urf masyarakat.
• b. Imam Malik : Al-Qur’an, sunnah, ijma’, qiyas, istihsan, istishhab, maslahah mursalah,
syadduzdharai’ dan ‘urf.
• c. Malikiyyah, membagi ‘adah kebiasaan atau ‘urf menjadi tiga, yaitu:
• 1. Yang dapat ditetapkan sebagai hukum lantaran nash menunjukkan,
• 2. Jika mengamalkannya berarti mengamalkan yang dilarang atau mengabaikan syara’.
• 3. Yang tidak dilarang dan tidak diterima dan tidak diterima lantaran tidak ada larangan.
• d. Imam Syafi’i tidak mempergunakan ‘urf atau ‘adah sebagai dalil, karena beliau berpegang
pada al-Qur’an, sunnah, ijma’, dan ijtihad yang hanya dibatasi dengan qiyas saja. Karena itulah
keputusan yang telah diambil oleh imam syafi’i dalam wujud “qaul jadid” itu merupakan suatu
imbangan terhadap penetapan hukumnya di bagdad dalam wujud “qaul qadim’.
E. CONTOH-CONTOH PENERAPAN KAIDAH
AL-’ADATU MUHAKKAMAH
1. Jual beli dengan uang muka(‘Arbun)
2. Pribumisasi Islam
3. Lafal ‘Minta’
4. Pakaian penutup aurat
5. Kebaya
6. Melangkahi kakak dalam menikah
7. Harta gono-gini

Anda mungkin juga menyukai