Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN PERBENGKELAN

PK 2.31.4.2/2 SKS (1-1)/IV


Pertemuan XI

MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN

Dosen Mata Kuliah :


RUDY CHANDRA, ST. MT

POLITEKNIK KELAUTAN PERIKANAN


PARIAMAN
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN

6.3. PERENCANAAN SYSTEM PEMELIHARAAN

Biaya operasi kapal yang tinggi merupakan tantangan bagi setiap


industri, perikanan, dalam beberapa studi ditemukan bahwa
komponen biaya untuk perawatan kapal mencapai 40% dari
keseluruhan biaya operasi kapal, untuk itu diperlukan suatu upaya
perbaikan sistem perawatan kapal untuk menekan biaya ini namun
tidak mengakibatkan kualitas pelayanan menurun
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

Sistem Pemeliharaan Kapal Terencana/Planned


Maintenance System (SPKT/PMS)
adalah suatu sistem yang menyangkut/mengenai rencana-
rencana, prosedur-prosedur, dan langkah-langkah untuk
mengurangi pemeliharaan tak terduga/darurat (emergency)
menjadi sekecil mungkin, sehingga dapat menekan biaya
pemeliharaan menjadi sekecil mungkin.
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

SPKT juga merupakan suatu sistem yang akan menolong untuk dapat mengetahui lebih awal
kebutuhan-kebutuhan pemeliharaan yang akan datang, mengurangi pemakaian suku cadang (spare
parts) dan inventaris (inventory), menghindari pemborosan pemakaian tenaga kerja/jam orang untuk
pemeliharaan, menekan waktu dan biaya docking, dan secara umum dapat menghemat biaya
pemeliharaan kapal, serta menjamin kondisi teknis kapal sehingga meningkatkan waktu pengoperasian
kapal karena kondisi layak laut kapal yang lebih lama.
Pemeliharaan terencana rneliputi pekerjaan pemeliharaan perbaikan (corrective maintenance) dan
pekerjaan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance).
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

1. Sistem Pemeliharaan Terencana/Planned Maintenance System (PMS)


Sistem Pemeliharaan Terencana / Planned Maintenance System (PMS) adalah suatu sistem mengenai rencana-
rencana, prosedur-prosedur, dan langkah-langkah untuk mengurangi pemeliharaan darurat (emergency), sehingga
dapat menekan biaya pemeliharaan menjadi sekecil mungkin.

PMS juga merupakan suatu sistem pendukung untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pemeliharaan yang
akan datang, mengurangi pemakaian suku cadang (spare parts) dan inventaris (inventory), menghindari pemakaian
tenaga kerja secara berlebihan untuk pemeliharaan, menekan waktu dan atau biaya pengedokan, dan secara umum
dapat menghemat biaya pemeliharaan kapal, dan juga menjamin kondisi teknis/laik laut kapal sehingga
meningkatkan waktu pengoperasian kapal.
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

PMS dapat berupa sistem yang berbasis dokumen atau software yang
memungkinkan pemilik kapal atau operator untuk melaksanakan
pemeliharaan dalam interval menurut persyaratan galangan dan
klasifikasi. Pemeliharaan didasari oleh inspeksi yang dilakukan secara
periodik. Perencanaan dan penjadwalan pemeliharaan, serta
dokumentasi, harus dibuat sesuai dengan sistem yang disetujui oleh
klasifikasi
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

Perencanaan pemeliharaan meliputi bagian-bagian lambung, permesinan, powertrain dan sistem kelistrikan, serta
peralatan beserta komponen-komponen dari bagian-bagian tersebut. Perincian dan pengkodean, komponen-
komponen tersebut dilihat pada Ship Work Breakdown sbb :

1. Kode 100: kode untuk perlengkapan lambung


2. Kode 200: kode untuk perlengkapan permesinan
3. Kode 300: kode untuk perlengkapan kelistrikan
4. Kode 400: kode untuk perlengkapan navigasi
5. Kode 500: kode untuk perlengkapan peralatan dan keselamatan kapal
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

2. Elektronic Planned Maintenace System (ePMS)


Electronic Planned Maintenance System (ePMS) adalah sebuah Planned Maintenance System / Sistem
Pemeliharaan Kapal Terencana yang berbasis elektronik / berbasis teknologi informasi .ePMS menggunakan
serangkaian teknologi untuk menggantikan PMS manual sehingga menjadi lebih mudah digunakan dan
meningkatkan daya guna sistem PMS. Implementasi ePMS selain untuk mengubah format data dari manual
menjadi elektronik, juga melakukan serangkaian perubahan proses pada PMS manual sehingga menjadi lebih
mudah digunakan, baik dalam hal perawatan, otorisasi, perencanaan maupun pelaporan.

Aplikasi ePMS memudahkan komunikasi antar entitas yang terlibat dalam proses PMS, komunikasi tidak dibatasi
oleh media fisik yang berpeluang memperlambat proses tetapi diubah menjadi media digital yang bisa di akses
secara realtime.
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

Penggunaan e-PMS terdiri dari 2 blok besar yakni:


1. Pengisian data di lapangan,
Petugas di lapangan, baik kru kapal maupun petugas pangkalan, akan mengisi data-data berkenaan dengan
kegiatan PMS melalui perangkat tablet. Perangkat ini digunakan untuk memudahkan mobilitas dari petugas.

Data yang diambil meliputi data:


1. Teks sesuai dengan form yang adal dalam aplikasi
2. Foto atau gambar, baik gambar kapal maupun beberapa
dokumen yang berkaitan dengan PMS

Skema Pengambilan Data di Lapangan


VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

2. Pertukaran data

Data yang telah diambil oleh petugas lapangan dikirim melalui aplikasi tersebut pada server pusat untuk dapat
diakses, baik melalui web maupun mobile. Data akan tersimpan dalam server sehingga pencarian dan
pemanggilan data kembali mudah dilakukan kapan saja dan dimana saja.

Kode ini berdasarkan dari ship breakdown untuk


memudahkan inventarisasi data komponen-komponen
kapal. Sistem Kode yang diperkenalkan dan dipakai di
sini adalah Sistem Kode Standar dari Marine Systems
Division
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

Kapal dibagi atas 5 bagian utama, yaitu:

1. Bagian Lambung (Hull Parts)


2. Bagian Permesinan (Machinery Parts)
3. Bagian Peralatan dan Perlengkapan (Ship's Equipment Parts)
4. Bagian Kelistrikan (Electrical Parts)
5. Bagian Alat Keselamatan dan Pemadam kebakaran (Safety & Fire Fighting Equipment Parts)

Sistem kode ini terdiri dari 3 digit, dimana digit pertama menunjukkan bagian utama (main sections), dan tiap
main sectioni dbagi lagi dalam satu digit section (yaitu digit kedua), serta tiap bagian section dibagi lagi dalam
satu digit sub section (yaitu digit ketiga).
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

Perencanaan Waktu Perawatan


Pelayanan perawatan pada masing-masing peralatan perlu diseimbangkan, tidak terlalu kurang dan tidak terlalu lebih.
Perawatan terlalu kurang (under maintained) dapat mengakibatkan timbulnya kerusakan yang lebih awal, sedangkan
terlalu banyaknya perawatan (over maintained) dapat menimbulkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak diperlukan
sehingga terjadi pemborosan.

Frekuensi pekerjaan perawatan dapat ditentukan berdasarkan:


a. Menurut skala waktu kalender, misalnya:
1. Mingguan
2. Bulanan
3. Kwartalan
4. Tahuan, dst.
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

b. Menurut waktu operasi:


1. Jam operasi
2. Jumlah putaran operasi
3. Jarak tempuh

Catatan Historis / Kartu Riwayat Mesin


Catatan historis adalah suatu dokumen yang menginformasikan tentang semua pekerjaan yang telah dilakukan pada
peralatan. Keberhasilan suatu sistem hanya dapat dievaluasi dari hasil yang telah dicapai, fakta-fakta ini merupakan
keputusan yang diambil untuk tindakan selanjutnya. Informasi mengenai data perawatan dimasukkan dan disimpan
pada kartu catatan historis. Pencatatan mengenai kejadian-kejadian dalam perawatan harus dibuat menurut kondisi
fasilitas atau bagian yang dirawat.
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

Dalam hal ini perlu ditentukan:


1. Informasi apa yang harus dicatat
2. Bagaimana informasi harus dicatat dan
disimpan
Informasi pokok yang perlu dicatat adalah: nama
fasilitas, nomor identitas, lokasi dan keterangan
lainnya yang diperlukan. Contoh format kartu
catatan historis dapat dilihat pada gambar sbb
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

Informasi yang dicatat pada kartu catatan historis adalah :

1. Inspeksi, perbaikan, pelayanan dan penyetelan yang dilakukan.


2. Kerusakan dan kegagalan, akibatnya, penyebabnya, tindakan perbaikan yang dilakukan.
3. Pekerjaan yang dilakukan pada fasilitas, komponen-komponen yang diperbaiki atau diganti.
4. Kondisi keausan, kebocoran, korosi dan lain-lain.
5. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan, alignment, clearance, hasil pengujian dan inspeksi.
6. Waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk perawatan atau perbaikan yang dilakukan.
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

Pencatatan dan Analisis.


Catatan yang perlu dibuat untuk membantu kelancaran pekerjaan perawatan ini adalah:
1. Buku manual operasi.
2. Manual instruksi perawatan.
3. Kartu riwayat mesin.
4. Daftar permintaan suku cadang.
5. Kartu inspeksi.
6. Catatan kegiatan harian.
7. Catatan kerusakan, dan lain-lain.
Catatan-catatan ini akan banyak membantu dalam menentukan perencanaan dan keputusan-keputusan yang akan
diambil.
VI. MENGAPLIKASIKAN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN
6.3. Perencanaan system pemeliharaan

Data data analisis berdasarkan catatan-catatan tersebut akan membantu dalam hal :

1. Melakukan pencegahan kerusakan daripada memperbaiki kerusakan yang terjadi.


2. Mengetahui tingkat kehandalan mesin.
3. Menentukan umur mesin.
4. Memperkirakan kerusakan mesin dan merencanakan untuk memperbaikinya sebelum terjadi
kerusakan.
5. Menentukan frekuensi pelaksanaan inspeksi.
6. Menentukan untuk pembelian mesin yang lebih baik dan cocok berdasarkan pengalaman masa lalu.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai