Windi wulandari, M.PH Pelaksanaan STTU tidak lepas dari pengendalian lingkungan, WHO merumuskan usaha pengendalian dan pengawasan lingkungan, sebagai berikut:
Penyediaan air bersih, dengan penekanan pada kualitas dan kuantitas
yang memenuhi syarat kesehatan siap untuk digunakan, mencakup juga segi perencanaan, design, pengelolaan dan pengawasan sanitasi penyediaan air minum bagi masyarakat.
Pengolahan air kotor dan pengendalian pencemaran air, meliputi juga
pengumpulan, pengolahan dan pembuangan air kotor rumah tangga, sistem pengenceran, pengawasan kualitas air permukaan (termasuk laut) dan air tanah
Pengelolaan sampah padat, meliputi penanganan dan cara pembuangan
yang memenuhi syarat-syarat sanitasi Lanjutan
Pengawasan vektor penyebab penyakit, meliputi pengawsan terhadap
binatang arthropoda, Molusca, binatang pengerat, dan beberapa binatang/serangga lain penyebab penyakit
Pencegahan dan pengawasan pencemaran tanah oleh kotoran manusia
dan bahan kotoran lain yang dikeluarkan manusia, binatang, dan makhluk hidup lainnya
Hygiene makanan, meliputi juga hygiene susu
Pengawasan pencemaran udara
Pengawasan terhadap bahaya radiasi
Kesehatan kerja, terutama pengawasan terhadap adanya gangguan/
bahaya dari lingkungan fisik, kimia, biologis Lanjutan
Perumahan dan lingkungannya, terutama yang erat hubungannya dengan
aspek kesehatan masyarakat, meliputi bangunan untuk perkantoran, umum, dan institusi
Perkotaan dan perencanaan perkembangannya
Aspek kesehatan dari alat-alat transportasi udara, laut, dan darat
Pencegahan terhadap bahaya kecelakaan
Pengawasan terhadap bahaya radiasi
Lanjutan
Tempat-tempat rekreasi dan tourisme, terutama yang erat hubungannya
dengan aspek lingkungan sehat dari pemandian pantai, kolam renang, tempat camping dan lain sebagainya
Tindakan-tindakan sanitasi dihubungkan dengan epidemi, pertolongan
darurat, bencana, daerah urbanisasi dan transmigrasi
Tindakan usaha-usaha pencegahan yang diperlukan agar lingkungan
bebas resiko-resiko terhadap kesehatan Teknis Implementasi STTU
Sistem pencatatan dan pelaporan Identifikasi Masalah
• Dilaksanakan melalui orientasi keadaan sanitasi secara garis besar
• Untuk mencari permasalahan umum STTU • Disebut: Preliminary survey • Melakukan peninjauan lapangan dari luar (external area), kemudian pada bagian dalam (internal area) • Peninjauan dilakukan selurus wilayah TTU dan menitik beratkan pada lokasi umum (public area) • Tahapan identifikasi: datang ke lokasi Meninjau dan melihat keadaan umum sanitasi Mengetahui secara garis besar keadaan sanitasi Sensus masalah umum yang didapatkan Dicatat untuk dibuat sheet sanitasi (form), yang akan dipakai dalam melakukan survey nantinya. Pemeriksaan STTU a. Persiapan pemeriksaan
1. Mengadakan peninjauan lokasi
2. Mencari dan menentukan pokok-pokok sanitasi (sanitasi items) 3. Membuat sheet sanitasi untuk pemeriksaan
b. Pelaksanaan pemeriksaan
1. Evaluasi atau penilaian
2. Saran perbaikan Pelaksanaan Evaluasi/penilaian
Pengujian sesuatu dengan menggunakan alat ukur standar yang berlaku atau dipersyaratkan
Objek penilaiannya
Kebersihan (cleanlines): mempunyai sifat relatif subyektif tergantung dari
kepekaan masing-masing penilai Persyaratan (codes): mempunyai sifat obyektif berdasarkan persyaratan atau standar yang berlaku, sedang kepekaanya tergantung dari kepekaan alat ukurnya
Sistem penilaiannya ada 2:
Membandingkan dengan keadaan riil sesuai kenyataan dengan standar yang
berlaku
Membandingkan hasil pengukuran yang menggunakan alat ukur dengan suatu
standar tertentu Cara menilaiannya
Bentuk nilai % atau angka (kuantitatif)
Misal: meja kotor kebersihannya = 30% atau 1
Bentuk ada/tidaknya masalah (kualitatif), menggunakan tanda (-) dan (+)
(-) = tidak ada masalah (+) = ada masalah Misal: piring kotor = kebersihan (K) Piring retak = persyaratan (P) Piring bersih tapi retak = K (-) dan P (+)
Maksud dan tujuan pemeriksaan:
1. Mendeteksi masalah yang ditemukan untuk segera dilakukan tindakan perbaikan 2. Mengetahui kemajuan (progress) dan kemunduran (regress) suatu usaha selama periode tertentu 3. Mengetahui apakah hasil usaha yang diperoleh lebih efektif dan efisien Setelah selesai dilakukan pemeriksaan sanitasi dan diperoleh hasil penilaiannya maka dapat ditabulasikan dan dihitung: 1. Jumlah item yang diperiksa 2. Jumlah K (-) yang didapat 3. Jumlah P (-) yang didapat
Hitung dengan rumus:
1. Keadaan sanitasi 2. Nilai rata-rata x 100% Saran-saran perbaikan (Order for Improvement=OFI) Hasil penilaian pada saat pemeriksaan sanitasi, maka semua tanda (+), baik pada K(+) maupun P (+) keduanya berarti ada masalah, maka diperlukan OFI
OFI dapat dilakukan melalui 2 metode:
1. Langsung, dengan jalan menyampaikan secara lisan dan memberikan alasan mengapa diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya 2. Tidak langsung, dengan jalan memberikan secara tertulis berupa OFI berisikan: a. Apakah yang arus diperbaiki (What) b. Dimana tempatnya (Where) c. Apakah masalahnya (Why) d. Kapan harus diselesaikan waktunya (When) e. Bagaimana cara memperbaikinya (How) c. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (Follow Up)
Suatu pemeriksaan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari
pemeriksaan sanitasi yang terdahulu
Maksud dan tujuan:
1. Mengadakan penilaian secara terus-menerus dari keadaan sanitasi 2. Mencari data yang paling mutakhir guna menentukan perlu tidaknya segera dilakukan tindakan-tindakan perbaikan dari keadaan yang mengakibatkan kemunduran 3. Memperoleh data pembanding dari keadaan sanitasi pada waktu sekarang dengan keadaan sanitasi waktu sebelumnya 4. Memperoleh gambaran keadaan sanitasi tempat-tempat umum sepanjang tahun terus menerus 5. Memperoleh data untuk kepentingan penelitian dan pengembangan Cara mengadakan pengawasan tindak lanjut ada 2 yaitu: 1. Berdasarkan waktu a. Incidental follow up inspection Pemeriksaan tindak lanjut yang dilakukan setelah pemeriksaan sanitasi yang pertama dengan waktu tidak tentu b. Routine follow up inspection Pemeriksaan tindak lanjut yang dilakukan secara berkala dan teratur, yang dapat dilakukan secara mingguan, bulanan atau tribulanan 2. Berdasarkan materi a. General follow up inspection yaitu pemeriksaan tindak lanjut secara umum atau semuanya diperiksa lagi b. Special follow up inspection yaitu pemeriksaan tindak lanjut secara khusus terbatas kepada hal-hal yang telah disarankan untuk diperbaiki, untuk melihat seberapa jauh telah dilakukan perbaikan
Manfaat pemeriksaan tindak lanjut:
1. Masalah yang timbul segera diketahui dan diperbaiki (early diagnosis and promt treatment) 2. Masalah yang timbul segera diketahui dan dicarikan jalan pemecahannya (problem solving) 3. Kerusakan kecil segera diketahui dan diatasi, sehingga tidak menjadi masalah yang besar dan dapat dicegah adannya pemborosan (small saving) d. Sistem penilaian dan analisis permasalahan
Masalah yang timbul pada saat diadakan pemeriksaan sanitasi maupun
pemeriksaan tindak lanjut harus mempertmbangkan: • Adanya klasifikasi permasalahan, apabila termasuk kesalahan yang menyangkut • Adanya penentuan prioritas (priority setting) yang perlu perbaiki terlebih dahulu disesuiakan dengan kemampuan
e. Sistem pencatatan dan pelaporan
Pencatatan diperlukan untuk menilai kembali keadaan sanitasi selanjutnya.
Untuk hal yang penting terutama yang menyangkut berbagai pihak maupun instansi lain diperlukan pelaporan sehingga pihak tersebut dapat ikut serta mengadakan pengawasan berdasarkan pertimbangan dari laporan tersebut. Baik follow up maupun sanitary inspection adalah suatu tindakan dalam control system, dalam hal ini objek pengawasan dapat berupa : Lingkungannya (kebersihan dan persyaratan) Manusianya (unsur manusianya sendiri dan hasil kerjanya serta cara melakukan pekerjaaan tersebut) Perundang-Undangan yang Terkait dengan STTU • Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 519/MENKES/SK/VI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat • Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 424/MENKES/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Upaya Kesehatan Pelabuhan dalam Rangka Karantina Kesehatan • Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 432/MENKES/SK/IV2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di RS • Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 288/MENKES/SK/III/2003 Tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum • Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1098/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran • Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit • Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 14 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura Menteri Negara Lingkungan Hidup • Persyaratan Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum, Dirjen PPM dan PLP, Depkes RI, 1993 • Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Dirjen PPM & PL, Depkes RI Tahun 2007 • Permenkes RI Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum