Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengelolaan Pengawasan Sanitasi Tempat- Tempat Umum


Dalam pelaksanaan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum ada
beberapa langkah yang perlu dilakukan. Adapun langkah-langkah tersebut
adalah:
1. Identifikasi Masalah Higiene dan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Pelaksanaan identifikasi masalah dilakukan dengan melihat secara
garis besar untuk mengetahui permasalahan sanitasi pada tempat umum
yang diperiksa menyangkut permasalahan umum sanitasi yang
ada.Tahap ini merupakan survey pendahuluan (preliminary survey) pada
tempat umum. Pelaksanaan identifikasi masalah dapat dilakukan dengan
cara wawancara dengan pengusaha/pengelola atau karyawan pada
tempat umum tersebut dan melakukan peninjauan lapangan. Dalam
peninjauan lapangan dimulai dari bagian luar (halaman dan pekarangan),
kemudian ke bagian dalam (ruangan-ruangan).Peninjauan dilakukan di
seluruh wilayah tempat umum dan diutamakan pada lokasi yang
dipergunakan sebagai pelayanan umum (public area).
2. Pemeriksaan Sanitasi (Sanitary Inspections)
Dalam pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum ada 2 tahapan
yang dilakukan yaitu:
a. Langkah persiapan pemeriksaan
Kegiatan yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah
mengadakan peninjauan lokasi (areal survey), mencari dan
menentukan barang-barang sanitasi (sanitary items) dan
membuat formulir pemeriksaan (sanitary inspection sheet).
b. Langkah pelaksanaan pemeriksaan
Dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan ada dua tindakan yang
dilakukan yaitu:
1) Penilaian adalah pengujian sesuatu dengan menggunakan
alat ukur atau standart ukuran tertentu apakah obyek yang
diuji sesuai dengan ketentuan atau persyaratan yang berlaku.
2) Pemberian saran perbaikan (order for improvement)
Dalam pelaksanaan pemberian saran dapat dilakukan dengan
cara langsung secara lisan atau tidak langsung yaitu
menuliskan saran pada formulir perbaikan yang dapat
ditempel pada unit wilayah yang didapatkan ada
permasalahannya. Cara pemberian saran mencakup
beberapa hal yaitu tentang 4W + 1H : apa yang harus
diperbaiki (what); dimana tempatnya (where); mengapa harus
diperbaiki, apa masalahnya (why); kapan waktu harus selesai
memperbaiki (when); bagaimana cara memperbaikinya (how).
3. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sanitasi (Follow Up Inspections)
Pengertian tindak lanjut hasil pemeriksaan sanitasi adalah suatu
pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka pengamatan terhadap hasil
pelaksanaan perbaikan sanitasi setelah pemberian saran pada
pemeriksaan sebelumnya. Maksud dan tujuan dari tindak lanjut ini adalah
mengadakan penilaian secara terus menerus mengenai keadaan sanitasi
suatu tempat umum, memperoleh data pembanding dari kegiatan sanitasi
saat ini (dibandingkan dengan sebelumnya), memperoleh gambaran
keadaan sanitasi tempat umum sepanjang tahun terus menerus,
memperoleh data untuk kepentingan penelitian dan pengembangan.
4. System penilaian (Evaluation Methode)
Permasalahan yang didapatkan pada saat diadakan pemeriksaan
sanitasi maupun pemeriksaan tindak lanjut perlu dipertimbangkan
penyelesaiannya apakah hal-hal yang berhubungan dengan:
a. Adanya klasifiasi permasalahan, apakah kesalahannya
menyangkut konstruksi, pengaturan, tidak memenuhi:
persyaratan, tidak memenuhi peraturan, terbatasnya anggaran,
dan sikap karyawan.
b. Adanya penentuan prioritas, mana yang perlu dilakukan perbaikan
terlebih dahulu, disesuaikan dengan kemampuan pengelola
tempat umum.
5. System Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan (recording)
Setiap pelaksanaan dan hasil yang didapatkan dari pengawasan
sanitasi harus dibuat pencatatan.Catatan ini nanti nya dipergunakan
untuk menilai kembali keadaan sanitasi selanjutnya (pembanding).
Hal-hal yang perlu dicatat adalah data hasil pemeriksaan dan
pengawasan, nilai keadaan sanitasi yang diperoleh pada waktu
pemeriksaan dan pemeriksaan tindak lanjut, dan data untuk
keperluan statistic yang akan digunakan sebagai dasar pelaporan.
b. Pelaporan (reporting)
Dari hasil pencatatan yang diolah selanjutnya disusun sebagi
pelaporan. Dengan adanya pelaporan ini maka pihak-pihak lain akan
dapat mengetahui dan dapat memanfaatkan untuk
mengembangkannya.

B. Pemeriksaan Sanitasi Masjid

Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana orang umum


pada waktu tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam.

Persyaratan bangunan masjid antara lain:


a. Bagian luar
1) Halaman bersih tidak terdapat sampah berserakan dan
genanganair.
2) Tersedia tempat sampah yang tertutup rapat, kedap air, dan
mudah dibersihkan, mudah diangkat, jumlah dan kapasitas
disesuaikan dengan kebutuhan.
3) Pembuangan air limbah mengalir dengan lancer, saluran
bersambung dengan saluran pembuangan air kotor yang kedap
air. Bila tidak ada saluran air kotor umum, air limbah ditampung
pada saran penampungan yang dibuat sendiri dan tertutup.
b. Bagian dalam
1) Kondisi langit-langit,lantai dan dinding yang bersih.
2) Alas sembahyang bersih dan bebas dari kutu busuk dan juga
serangga alinnya, serta sepanjang bagian depan pada tiap sap
dipasang kain putih yang bersih dengan lebar 30 cm yng
dipergunakan untuk tempat sujud.
3) Lantai mudah dibersihkan dan tidak lembab.
4) Terdapat ventilasi yang cukup dan memenuhi syarat untuk
pengunjung terbanyak, juga disertai dengan penghawaan
mekanik bila kondisinya memungkinkan.
5) Memiliki pencahayaan yang cukup dan tidak menyilaukan mata.
6) Tersedia tempat sandal/sepatu khusus yang cukup.

C. Pemeriksaan Sanitasi Kolam Renang


1. Pengertian kolam renang
Kolam renang adalah suatu konstruksi buatan yang dirancang untuk diisi
dengan air dan digunakan untuk berenang, menyelam, atau aktivitas air
lainnya. Kolam renang pribadi adalah simbol status bagi pemiliknya, karena
membutuhkan banyak tempat dan biaya perawatan yang besar. Kolam
renang umum biasanya adalah bagian dari pusat kebugaran jasmani atau
taman rekreasi, dengan fasilitas-fasilitas lainnya meliputi sauna, lapangan
olahraga (squash, tenis, dll) dan rumah makan. Untuk menjernihkan dan
mendisfeksi air biasanya digunakan kaporit. Menurut Permenkes nomor 416/
MENKES/PER/IX/1990 yang dimaksud dengan air kolam renang adalah air
di dalam kolam renang yang digunakan untuk olah raga renang dan
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan pelayanan lainnya menggunakan air
tanpa pengolahan lebih dahulu.
2. Hubungan Kolam Renang dengan Kesehatan
a. Penularan penyakit
Penyakit yang berhubungan dengan kolam renang yang terpenting adalah
1) Penyakit kulit
2) Infeksi mata
3) Typhus abdominalis
4) Dysentri
5) Gastro enteritis
6) Polio melitis
7) Leptopirosis

b. Kecelakaan
Kecelakaan dan kematian merupakan masalah besar di kolam renang,
penyebab utama adalah dari kurangnya pengawasan pada konstruksi, cara
penggunaan dan pemeliharaan peralatan di kolam renang.
Masalah kecelakaan yang sering terjadi di kolam renang adalah disebabkan
antara lain :
a. Patahnya papan loncat
b. Penempatan peluncur air yang salah
c. Salahnya pemasangan atau pemeliharaan perawatan listrik
d. Kurang tepatnya pemasangan atau pemeliharaan perawatan listrik
e. Adanya pecahan gelas ataupun kacamata didalam kolam.
Dari kenyataan yang ada, banyak membuktikan bahwa teori jelas
berbeda dari kenyataan yang terjadi. maka, akan lebih bijak ketika lewat
pembahasan mengenai kolam renang ini diharapkan ketika kunjungan
lapangan dapat memberikan pelajaran lebih lagi mengenai sanitasi
kolam renang.
c. Macam-macam kolam renang
Menurut Suparlan (1988 :102), kolam renang dibagi menjadi beberapa jenis
yaitu:
1. Menurut Jenis Sifat Penggunaannya
a. Kolam renang perorangan (Privato Swimming Pool)
Kolam renang perorangan (Privato Swimming Pool) yaitu kolam renang
yang terletak di rumah perseorangan dan diawasi oleh pemiliknya
sendiri. Penggunaannya hanya terbatas yaitu anggota keluarga atau
tamu yang di undang.
b. Kolam renang untuk umum (Public Swimming Pool)
Kolam renang untuk umum (Public Swimming Pool) adalah kolam
renang yang digunakan untuk renang atau mandi secara kolektif oleh
sejumlah orang dan dioperasikan oleh seorang pemilik atau peusahaan
dengan dikenakan biaya setiap kali menggunakannya.
2. Menurut Typenya
a. Pemandian alam (natural bathing place)
Pemandian pantai laut, telaga, sungai dsb. Pengawasan sanitasi tipe ini
sulit sekali di lakukan, yang perlu dperhatikan adalah lingkungan sekitar
pemandian tersebut harus dijaga kebersihannya terutama saluran
pembuangan air limbah, pembuangan tinja, buangan bahan-bahan
kimia dan radio aktif.
b. Pemandian buatan (Artificial swimming Pool)
Pemandian umum didalam kotamadya/kabupaten, di hotel, dsb.
3. Menurut Cara Pengisian Air dan Pengurasan Kolam
a. Fill and Draw Pools
Tipe kolam renang ini menggunakan air kolamnya secara terus
menerus dalam satu periode waktu tertentu. Setelah air kolam tampak
kotor baru dikuras/dibuang kemudian seluruhnya diganti dengan air
yang baru dan bersih. Untuk menentukan kotor tidaknya air adalah
dengan melihat keadaan fisik air tersebut atau dari jumlah perenang
yang datang, yang seperti ini adalah tipe yang tidak baik.
b. Flow Through Polls
Pada tipe ini air kolam mengalir secara terus menerus setiap saat
sehingga air kolam senantiasa dalam keadaan bersih. Hal ini
disebabkan karena air yang baru. Kolam renang tipe ini adalah yang
terbaik tetapi membutuhkan banyak air. Tipe ini umumnya terdapat di
daerah pegunungan atau tempat-tempat yang ada sumber airnya.
c. Recirculating Pools (Kolam Renang Resirkulasi)
Pada tipe ini air kolam renang yang telah dipakai dan kotor secara
terus menerus (berputar) dialirkan melalui instalasi-instalasi
penyaringan (filter) dan dipompa kembali ke dalam kolam renang,
setelah bersih dan didesinfeksi dengan zat chlor. Kolam renang tipe ini
adalah hemat sekali, karena tidak begitu membutuhkan banyak air
asalkan harus dijaga bahwa proses penyaringan dan pendesinfeksian
air tersebut harus berjalan dengan baik.
4. Menurut Letaknya
a) Kolam renang yang terletak di tempat terbuka (out door swimming pool),
yaitu kolam renang yang berlokasi di luar halaman pemukiman penduduk.
Kolam renang semacam ini biasanya diperuntukkan bagi umum.
i. Misalnya : kolam renang umum/perorangan yang terletak di
tempat terbuka, kolam renang alam/ pemandian alam.
b) Kolam renang yang terletak di tempat tertutup (indoor swimming pool), yaitu
kolam renang yang berlokasi di halaman atau pemukiman penduduk.
Misalnya Public Swimming Pool yang terletak dalam bangunan tertutup, dsb.

d. Syarat Pembangunan Kolam Renang


1. Letak kolam renang
a. Terletak di tempat yang strategis, yaitu mudah dicapai dengan jalan kaki,
ataupun kendaraan umum/pribadi
b. Bangunan kolam harus dapat melindungi kolam air kolam dari tipan angin
kencang yang membawa debu atau daun-daunan
c. Wilayah dari kolam renang harus dipagari setinggi minimal 1,80 meter dan
tidak mudah di panjati
d. Kolam renang harus bebas dari dun-daunan yang menggelantung di
atasnya.
2. Ukuran Kolam Renang
Ukuran kolam renang erat hubungannya dengan perkiraan daya tampung
kolam renang terhadap pengunjung.
a. Untuk pemandian umum yang besar, data untuk experted loading mungkin
dapat diperoleh dari kolam renang lain pada area yang sama, atau
melakukan survey khusus. Diperkirakan untuk kota berpenduduk dibawah
30.000 orang jumlah pengunjung maksimal setiap harinya di kolam renang
antara 5-10 % dari populasi.
b. Batas jumlah perenang menurut APHA
1) Diving area (daerah penyelaman)
Batas maksimum 2 perenang untuk radius 10 ft dari masing-masing
papan loncat
2) Swimming area (daerah perenang)
Mempunyai kedalaman lebih dari 5 ft dan terletak di luar dari daerah
penyelaman Non swimming area (bukan daerah untuk berenang)
Untuk kolam renang yang besar 60-80 , dari luas kolam digunakan
untuk non swimming area
3. Penyediaan air kolam renang
a. Kualitas air kolam harus memenuh syarat fisika, kimia, dan mikrobiologis
sesuai dengan peraturan menteri Kesehatan Nomor : 416/Menkes/Per/IX/-
1990 tanggal 3 September 1990.
b. Jumlah air didalam mencukupi
c. System penyediaan air dalam kolam dilakukan secara saniter yang
terlindung dari bahaya kontaminasi pada
d. Air penambah (Make up Water) harus dialirkan lewat “Vacuun Breaker”
untuk mencegah Backsiphonage”
4. Konstruksi kolam
a. Kolam harus dibuat dari bahan yang kuat, rapat air, keras dan licin, baik
untuk lantai ataupun dinding.
b. Dinding dan lantai harus berwarna terang ntuk menjaga keselamatan dan
agar lebh seniter
c. Setiap pertemuan dua dinding atau sudut membentuk bulatan agar mudah
dibersihkan.
5. Bentuk kolam dan dasar kolam
a. Lubang pengurasan harus terletak di tempat terdalam
b. Kemiringan dari lantai kolam tidak boleh lebih dari 1 inc per ft. jika
kedalaman air kurang 51/2 ft dan tidak boleh ada perubahan kemiringan
lantai yang tiba-tiba. Pada kolam renang dengan panjang kurang dari 50 ft,
rata-rata kemiringan akan menurun menjadi 11/2 inch per ft.
c. Dinding kolam harus benar-benar vertical dan melengkung dengan
pertemuan dengan lantai dasar
6. Tempat berjalan Perenang
a. Sekeliling kolam tersebut harus ada tempat berjalan (pool duck area) yang
lebarnya minimum 1,5 meter
b. Tempat berjalan tersebut harus punya kemiringan sebesar ¼ inch per foot
dan dilengkapi dengan lubang pengering lantai satu buah untuk setiap 100
ft2 luas permukaan.
D. Sanitasi Lingkungan Hotel
Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian
atau seluruh bangunannya untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan,
makan dan minum serta jasa umum lainnya yang dikelola secara komersial
serta memenuhi persyaratan keputusan pemerintah.

Kondisi Hotel

1. Persyaratan Kesehatan Lingkungan dan Bangunan Umum


a. Lokasi terhindar dari pencemaran kimia, fisika, bakteri dan banjir.
b. Lingkungan bersih tidak memungkinkan tempat berkembang biak
serangga dan tikus.
c. Bangunan kuat, kokoh dan perpagar.
d. Pembagian ruang digunakan sesuai fungsinya.
e. Lantai bersih kedap air, tidak licin dan tidak mungkin ada genangan.
f. Dinding bersih, kedap air, dan berwarna terang.
g. Atap tidak bocor.
h. Langit-langit tingginya 2,5m dan bersih.
i. Pintu dapat dibuka dan dikunci, dan dapat mencegah binatang
pengganggu masuk.
2. Persyaratan Kesehatan Kamar
a. Kondisi ruang tida pengap, bebas kuman, tidak berbau amoniak, gas
beracun tidak melampaui ambang batas, tingkat kebisingan tidak
melebihi syarat.
b. Kamar tidur bersih, kasur standard an jendela ada tirai.
c. Ruang istirahat karyawan bersih, namun belum ada jamban dan
ruang istirahat antara pria dan wanita tidak terpisah.
d. Kamar mandi, jamban dan peturasan bersih, aliran air limbah lancer
dan kedap air.
e. Kamar lena bersih, udara segar dan tersedia lemari tertutup.
f. Ruang cuci bersih, tidak mungkin terjadi campuran lena bersih dan
kotor, lantai tidak licin.
g. Gudang bersih, barang tertata rapi, dan dilengkapi rak.
3. Persyaratan Kesehatan Fasilitas Sanitasi
a. Kualitas air hanya memenuhi syarat fisik.
b. Kuantitas air tersedia min 120 liter.
c. Pembuangan air limbah memiliki sendiri, mengalir lancer, tertutup
rapat dan kedap air.
d. Toilet untuk umum bersih dan tidak berbau, jauh dari ruang lain,
namun toilet pria dan wanita tidak terpisah.
e. Kamar mandi dan jamban untuk tamu bersih dan tidak berbau, jauh
dari ruang lain, kamar mandi cukup.
f. Pengolahan sampah memenuhi persyaratan dilengkapi alat pencegah
serangga dan tikus.
4. Persyaratan Karyawan
a. Pakaian karyawan bersih dan rapi, diapaki saat kerja dan utuh.
b. Tiap karyawan belum punya surat keterangan dokter.
E. Sanitasi Lingkungan Salon Kecantikan
Salon adalah sarana pelayanan untuk memelihara kecantikan
khusunya memelihara rambut dan kulit dengan menggunakan kosmetik,
manual, preparative, aparatif dan dekoratif tanpa melakukan operasi.
Jenis-jenis salon kecantikan menurut pelayanan yang dilakukan ada 3
macam, yaitu:
a. Salon kecantikan rambut.
b. Salon kecantikan kulit.
c. Salon kecantikan rambut dan kulit.
Menurut jenis bahan kosmetik yang digunakan ada 3 jenis, yaitu:
a. Salon kecantikan modern.
b. Salon kecantikan tradisional.
c. Salon kecantikan kombinasi.
Menurut tipenya salon dapat diklasifikasi menjadi 4 tipe, yaitu:
a. Salon kecantikn Tipe D
Salon tipe D ini merupakan usaha kecil-kecilan.
1) Ciri-ciri fisik
a) Rumah sendiri/tempat lain dengan ukuran minimal 9 m2.
b) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimal 4 kursi, kulit
maksimal 2 dipan.
2) Kegiatan yang dapat dilayani adalah:
a) Tata kecantikan rambut
 Pencucian kulit kepala/rambut
 Pemangkasan/pemotongan dan pengeringan rambut
 Penataan rambut
 Pengeritingan
 Pengecatan (tanpa pemucatan)
 Perawatan kulit kepala/rambut (creambath)
b) Tata kecantikan kulit
 Kulit, wajah, tangan (menikur) dan kaki (pedikur) tanpa
kelainan
 Merias wajah sehari-hari (pagi, siang, sore)
b. Salon kecantikan tipe C
1) Ciri-ciri fisik, adalah:
a) Rumah sendiri/tempat lain dengan ukuran minimal 30 m2.
b) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimal 6 kursi, kulit
maksimal 3 dipan.
2) Kegiatan yang dapat dilayani, adalah
a) Tata kecantikan rambut
 Pencucian kulit kepala/rambut
 Pemangkasan/pemotongan dan pengeringan rambut
 Penataan rambut
 Pengeritingan
 Pengecatan (tanpa pemucatan)
 Perawatan kulit kepala/rambut (creambath)
 Pelurusan
 Perawatan rambut dengan kelainan ringan (kebotakan,
ketombe, kerontokan)
b) Tata kecantikan kulit
 Merawat Kulit, wajah, tangan (menikur) dan kaki (pedikur)
dengan kelainan ringan
 Merias wajah sehari-hari (pagi, siang, sore), panggung,
disko, karakter, cacat dan usia lanjut
 Penambahan bulu mata
 Menghilangkan bulu-bulu yang tidak dikehendaki
 Perawatan kulit dengan menggunakan alat listrik
sederhana (2 jenis seperti frimator dan sauna).
c. Salon Kecantikan Tipe B
Salon kecantikan kulit atau rambut tipe B memberikan pelayanan
kecantikan dan rambut dengan perawatan manual, preparative, aparatif
dan dekoratif.Disini alat kecantikan (alat listrik) yng digunakan masih
terbatas.Salon ini diselenggarakan dengan manajemen yang baik yang
mempunyai pimpinan, staf administrasi dan staf teknologi.
1) Ciri-ciri fisik
a) Rumah sendiri/tempat lain dengan ukuran minimal 50 m2.
b) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimal 8 kursi, kulit
maksimal 4 dipan dengan penyekat atau merupakan kabin.
2) Kegiatan yang dilayani
a) Tata kecantikan rambut
 Pencucian kulit kepala/rambut
 Pemangkasan/pemotongan dan pengeringan rambut
 Penataan rambut
 Pengeritingan
 Pengecatan (tanpa pemucatan)
 Perawatan kulit kepala/rambut (creambath)
 Pelurusan
 Perawatan rambut dengan kelainan ringan (kebotakan,
ketombe, kerontokan)
 Penambahan rambut kepala
b) Tata kecantikan kulit
 Merawat Kulit, wajah, tangan (menikur) dan kaki (pedikur)
dengan kelainan ringan
 Merias wajah sehari-hari (pagi, siang, sore), panggung,
disko, karakter, cacat dan usia lanjut
 Penambahan bulu mata
 Menghilangkan bulu-bulu yang tidak dikehendaki
 Perawatan kulit dengan menggunakan alat listrik
 Perawatan badan (body massage).
d. Salon kecantikan tipe A
Salon kecantikan tipe A merupakan pusat pelayanan kecantikan kulit
dan rambut (beauty center) yang member pelayanan perawatan lengkap
baik manual, preparative, aparatif, dan dekoratif, ditambah perawatan
khusus seperti obesitas, diet dan senam. Peralatan listrik yang digunakan
lebih lengkap.Salon ini dikelola secara institusional dengan manajemen
yang baik seperti tipe B tetapi disini lebih lengkap terutama staf ahli
teknis.
1) Tata kecantikan rambut sama dengan salon kecantikan tipe B.
2) Tata kecantikan kulit:
a) Seperti pada salon kecantikan tipe B ditambah perawatan yang
lebih luas baik secara tradisional Indonesia (empiric timur),
maupun modern (empiric barat), seperti : Akupresur, aroma terapi,
reflekzone.
b) Perawatan dengan alat listrik: helioterapy, hydrotherapy,
mekanotherapy, elektroerapi.
c) Perawatan tradisional yang spesifik seperti: perawatan pengantin,
ibu hamil, ibu setelah melahirkan, dll.
Kondisi Salon antara lain:

a. Persyaratan kesehatan dan bangunan


1) Lokasi salon terhindar dari pencemaran lingkungan dan tidak terletak
di daerah banjir.
2) Lingkungan dan halamn bersih, tidak terdapat genangan air dan air
limbah mengalir dengan lancar.
3) Lantai salon bersih, bahan kuat, tidak kedap air, permukaan rata dan
tidak licin.
4) Dinding salon bersih dan berwarna terang.
5) Atap salon tidak bocor/kuat, tidak memungkinkan terjadi genangan
air.
6) Langit-langit mempunyai tinggi lebih dari 2,5 m, kuat dan berwarna
terang.
7) Pintu salon kuat dan dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.
8) Salon tidak mempunyai pagar pembatas dengan jalan.
9) Pencahayaan salon kurang terang.
10) Terdapat ventilasi kondisi udara ruang terasa nyaman dan namun
tidak ada alat untuk mengatur sirkulasi udara.
b. Fasilitas sanitasi
1) Penyediaan air tersedia dengan jumlah yang cukup dan memenuhi
persyaratan fisik.
2) Air limbah dapat mengalir dengan lancer dan saluran air limbah
tertutup dn kedap air.
3) Toilet bersih dan tidak berbau, lantai kedap air, miing ke arah saluran
pembuangan dan toilet pria bergabung dengan toilet wanita.
4) Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, kedap air dan dengan
penutup, namun jumlahnya tersedia dengan cukup.
c. Alat kerja dan bahan
1) Sisir, gunting, mesin cukur dan tempat bedak selalu dalam keadaan
bersih dan baik.
2) Handuk bersih dan tersedia dengan jumlah yang cukup.
3) Kain penutup bersih, berwarna putih/terang, tersedia dengan jumlah
yang cukup (berjumlah rata-rata tamu/ pengunjung).
4) Pisau, gunting dan lain-lain didesinfeksi dengan larutan kimia atau air
panas.
5) Kosmetik/ wangi-wangian diperoleh dari sumber yang terpercaya.
d. Karyawan
1) Pemangkas rambut/juru rias dalam keadaan sehat.
2) Karyawan belum dilengkapi dengan pakaian kerja khusus.
e. Lain-lain
Tersedia kotak P3K
F. Sanitasi Lingkungan Restoran atau Rumah Makan
Restoran adalah suatu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di
sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan
peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan,
penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat
usahanya. Sedangkan rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial
yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman
untuk umum di tempat usahanya.
1. Persyaratan lokasi :
a. Lokasi restoran dan rumah makan harus pada daerah yangt
terhindar dari pencemaran yang diakibatkan oleh debu, asap,
serangga dan tikus.
b. Tidak berdekatan dengan sumber pencemaran, seperti :
1) Tempat pembuangan sampah umum
2) WC umum
3) Pengolahan air limbah
Dengan tujuan agar tidak mencemari makanan.
2. Persyaratan Bangunan
a. Umum
1) Sesuai dengan peraturan perundangan dan tata kota yang
berlaku.
2) Terpisah dengan tempat tinggal
b. Tata Ruang
1) Pembagian ruang minimal terdiri dari dapur, gudang, ruang
makan, toliet, ruang karyawan, ruang administrasi.
2) Disetiap rusang dibatasi dengan dinding, serta ruang 1 dengan
lainnya dihubungkan dengan pintu.
3) Tata ruang sesuai dengan fungsinya, sehingga memudahkan
arus tamu, arus karyawan, arus bahan makanan dan makanan
jadi, atau barang-barang lainnya, sehingga tidak dapat
mencemari terhadap makanan
3. Persyaratan Bagian Luar (Halaman dan Pekarangan).
a. Kebersihan halaman
1) Halaman selalu dalam keadaan bersih, sering disapu.
2) Segala sesuatu yang ada di halaman harus teratur, sehingga :
a) Tidak ada kesempatan bagi serangga dan tikus bersarang.
b) Tidak menghalangi jalan/arus lalu lintas.
c) Tidak menyebabkan timbulnya kecelakaan bagi para tamu.
d) Tidak menggangu pemandangan, masuknya cahaya dan
udara.
3) Tidak ada genangan air, penumpukan sampah, timbulnya debu,
kotoran, dll
b. Pembuangan sampah.
Tersedia bak penampung sampah yang memadai. Dalam
pelaksanaan pembuangannya dapat dikut sertakan pada
pembuangan sampah perkotaan/kebersihan kota, atau dikelola
sendiri.
c. Pembuangan air kotor
Semua saluran air bekas dari dapur, kamar mandi, WC, dll harus
dalam keadaan teratur, dapat mengalir ke dalam saluran air kotor
perkotaan (bila telah ada), atau dikelola dibuatkan instalasi
pengolahan sendiri. Saluran pembuangan harus tertutup. Tetapi bils
dalam keadaan terbuka harus memenuhi syarat:
1) Cukup banyak tersedia air untuk menghayutkan sisa-sisa
makanan.
2) Setiap selesai bekerja harus dilakukan pembersihan.
3) Tidak menyebabkan kelembaban tanah sekitarnya.
4. Pemeriksaan dan pengawasan bagian dalam restoran dan rumah
makan
a. Konstruksi
1) Lantai
a) Lantai harus dibuat kedap air, rata, tidak licin dan harus
mudah dibersihkan.
b) Pertemuan lantai dengan dinding tidak boleh terbentuk sudut
siku atau sudut mati.
2) Dinding
a) Permukaan dinding bagian dalam harus rata dan mudah
dibersihkan.
b) Konstruksi dinding tidak boleh dibuat rangkap.
c) Setiap permukaan dinding yang sering terkena percikan air
harus dibuat kedap air atau dilapisi dengan bahan kedap air
dan mudah dibersihkan, misalnya porselin.
3) Ventilasi
a) Ventilasi alam harus memenuhi syarat:
- Menjamin peredaran udara yang baik.
- Dapat menghilangkan uap, asap, gas, bau, dan debu dari
dalam ruangan
b) Bila ventilasi alam tidak bisa memenuhi persyaratan
ditambah dengan ventilasi buatan.
4) Pencahayaan/Penerangan
a) Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk:
- Melakukan pekerjaan pengolahan makanan secara
efektif.
- Kegiatan pembersihan ruangan.
b) Di setiap ruang kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci
peralatan, dan tempat cuci tangan, intensitas pencahayaan
minimal 10 Fc.
c) Pencahayaan/penerangan harusmtidak menyilaukan dan
harus tersebar merata, diupayakan sedapat mungkin tidak
menimbulkan bayangan yang nyata.
5) Atap
Atap tidak boleh ada yang bocor, kemiringan mencukupi, dan
tidak menjadi sarang tikus atau serangga lainnya.
6) Langit-langit
a) Permukaan rata, berwarna terang, mudah dibersihkan.
b) Tidak terdapat lubang-lubang.
c) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,40 meter.
7) Pintu
a) Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.
b) Pintu dapat ditutup dengan baik dan membuka ke arah luar.
c) Setiap bagian bawah pintu setinggi 36 cm dilapisi dengan
logam.
d) Jarak daun pintu dengan lantai tidak lebih dari 1 cm.

G. Sanitasi Lingkungan Sekolah


Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran
siswa atau murid di bawah pengawasan guru.
Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang
umumnya wajib sekolah dasar untuk anak-anak dan sekolah menengah
untuk remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar.
Selain sekolah-sekolah inti, siswa di negara tertentu juga mungkin
memiliki akses dan mengikuti sekolah-sekolah baik sebelum dan sesudah
pendidikan dasar dan menengah. TK atau pra-sekolah menyediakan sekolah
beberapa anak-anak yang sangat muda (biasanya umur 3-5 tahun).
Kebijakan dalam penyelenggaraan sanitasi dan higiene sekolah
sejalan dengan kebijakan program Lingkungan Sehat, Kepmenkes Nomor
1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
lingkungan di sekolah, kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (AMPL) berbasis masyarakat dan Kepmenkes Nomor
582/Menkes/SK/IX/2009 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM).
Pembinaan dan pengembangan UKS dilaksanakan melalui tiga program
pokok yang meliputi:
1. Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat
Strategi dalam penyelenggaraan Sanitasi dan Higiene Sekolah adalah
bagian dari strategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
melalui kemitraan pemerintah-swasta melalui pembinaan yang dilaksanakan
secara lintas program dan lintas sektor melalui kegiatan yang terpadu dan
berkesinambungan. Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan sehat
sangat diperlukan untuk mendukung proses belajar mengajar. Fasilitas
sanitasi sekolah yang meliputi sir bersih, toilet (kamar mandi, WC dan
urinoir), sarana pembuangan air limbah, sarana pembuangan sampah dan
pengendalian vektor di lingkungan sekolah perlu mendapatkan perhatian.
Fasilitas sanitasi atau kesehatan lingkungan yang tidak memadai merupakan
faktor risiko terjadinya berbagai gangguan kesehatan termasuk kecelakaan
dan berbagai penyakit berbasis lingkungan seperti diare, DBD, ISPA,dll.
Di samping itu bangunan gedung sekolah ini memenuhi persyaratan
keselamatan yakni memiliki struktur yang stabil dan kukuh sampai
dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan
hidup dan beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan
untuk menahan gempa dan kekuatan alam lainnya, serta dilengkapi
sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah
dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
Sedangkan persyaratan kesehatan yang hendak dipenuhi adalah bahwa
bangunan gedung sekolah ini mempunyai fasilitas secukupnya untuk
ventilasi udara dan pencahayaan yang memadai. Ia memiliki sanitasi di
dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih,
pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan tempat sampah, serta
penyaluran air hujan. Bahan bangunan pun merupakan bahan bangunan
yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Bangunan gedung sekolah ini akan menyediakan fasilitas dan aksesibilitas
yang mudah, aman, dan nyaman. Adapun faktor kenyamanan yang penting
diperhatikan adalah bangunan gedung ini mampu meredam getaran dan
kebisingan yang mengganggu kegiatan pembelajaran. Setiap ruangan
memiliki temperatur dan kelembaban yang tidak melebihi kondisi di luar
ruangan, serta setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.
Sebagai bangunan gedung bertingkat bangunan gedung sekolah ini tidak
melebihi dari tiga lantai serta dilengkapi tangga yang
mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan
pengguna.

Anda mungkin juga menyukai