Anda di halaman 1dari 7

Dampak kolonialisme belanda di bidang

pendidikan
• Bangsa Eropa yang datang dan menjajah Indonesia membawa banyak pengaruh. Kolonialisme dan
imperialisme yang mereka terapkan berdampak di banyak aspek kehidupan rakyat Nusantara pada
saat itu. Dampak positif dan negatif muncul dan mempengaruhi tatanan kehidupan rakyat Indonesia.
Meskipun ada sisi baik, kolonialisme dan imperialisme lebih banyak membawa dampak buruk bagi
rakyat pribumi. Bersumber dari e-Modul Sejarah Indonesia Kelas 11 Kemendikbud Ristek,
kekejaman para penjajah tersebut bahkan dituliskan dan diterbitkan dalam sebuah buku berjudul Max
Havelaar yang ditulis oleh Multatuli.
• Hal inilah yang kemudian memicu banyaknya perlawanan rakyat Indonesia terhadap kaum penjajah.
Keinginan untuk lepas dari belenggu bangsa Eropa, mendorong banyak tokoh melakukan peperangan
terhadap penjajah. Perlawanan terjadi tidak hanya dengan kekuatan fisik saja, tetapi juga secara
diplomasi. Perjuangan diplomasi ditandai dengan berdirinya berbagai organisasi dengan tujuan yang
sama yaitu merdeka dari bangsa penjajah.
• Pendidikan di Indonesia berkembang dan dianggap penting setelah adanya kebijakan Politik Etis pada masa Kolonial Belanda. Sekolah-sekolah mulai dibangun
menggunakan sistem pendidikan barat dan hanya kalangan bangsawan saja yang bisa mendapatkan pendidikan tersebut.
• Meskipun seakan memberikan kesempatan untuk rakyat pribumi mengenyam pendidikan, tujuan dibangun sekolah oleh pemerintah Belanda adalah untuk
kepentingan mereka sendiri. Belanda sengaja mendirikan sekolah agar bisa mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang terdidik dan terampil namun murah.
Dampak dari kolonialisme dan imperialisme Belanda di bidang pendidikan bisa di lihat di daftar berikut ini: Munculnya golongan-golongan terpelajar di
Indonesia.Bangsa Indonesia bisa membaca dan menulis sehingga dapat menjadi tenaga-tenaga kerja di perusahaan Belanda.Bangsa Indonesia menjadi tahu
perkembangan yang terjadi di dunia luar.Munculnya golongan terpelajar di Indonesia yang mampu membaca, menulis, dan paham tentang dunia luar, kemudian
mendorong perjuangan para pemuda terpelajar untuk melakukan perlawanan secara diplomasi. Organisasi pelajar pertama yang didirikan pada masa penjajahan
adalah Boedi Oetomo. Organisasi yang didirikan oleh dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Sutomo dan Suraji, menjadi pelopor bangkitnya pergerakan nasional di
Indonesia. Setelah Boedi Oetomo berdiri, banyak organisasi lainnya yang berdiri. Meskipun banyak organisasi yang terbentuk, tujuan dari organisasi tersebut tetap
sama yaitu berjuang untuk melepaskan Indonesia dari jajahan kolonialisme.
• Sekitar abad ke-16, Belanda masuk ke Indonesia dan mulai mendirikan sekolah di sana.Memasuki tahun 1627, Belanda memperluas pendidikannya di Pulau Jawa
dengan mendirikan beberapa sekolah di Jakarta. Kemudian, memasuki abad ke-19, Belanda telah mendirikan sejumlah 20 sekolah untuk Indonesia. Tujuan Belanda
mendirikan sekolah di Indonesia adalah untuk memperoleh tenaga kerja yang murah, membutuhkan tenaga kerja yang profesional, serta sebagai bentuk balas
budi.Adapun beberapa sekolah pada zaman Belanda adalah:
• ELS
• HIS
• HCS
• MULO
• AMS
• Schakel School
• STOVIA
Europeesche Lagere School (ELS) ELS adalah sekolah dasar zaman kolonial Hindia
Belanda yang diperuntukkan hanya untuk keturunan Belanda saja.ELS pertama kali
didirikan oleh Belanda tahun 1817. Awalnya, ELS hanya menerima untuk para murid
berkewarganegaraan Belanda.Akan tetapi, sejak diterapkan Politik Etis, tahun 1903,
ELS juga dibuka untuk rakyat Indonesia yang ingin bersekolah di sana. Para murid
yang bersekolah di ELS akan menempuh masa pendidikan sekitar tujuh tahun
dengan materi pembelajaran menggunakan bahasa pengantar bahasa Belanda.

Hollandsch-Inlandsche School (HIS) HIS merupakan sekolah dasar bagi pribumi


yang didirikan oleh Belanda. HIS pertama kali dibentuk tahun 1914. Tidak jauh
berbeda dengan ELS, HIS juga menerapkan masa studi selama tujuh tahun.HIS ini
diperuntukkan bagi rakyat Indonesia yang keturunan bangsawan dan keturunan
tokoh terkemuka.Bahasa pengantar di sekolah ini juga sama dengan ELS, yaitu
bahasa Belanda.

Hollandsch Chineesche School (HCS) HCS adalah sekolah yang didirikan


pemerintah Belanda tahun 1908 di Jakarta. HCS ditujukan khusus untuk anak-anak
keturunan Tionghoa yang saat itu ada di Hindia Belanda. Selain itu, HCS juga
didirikan untuk menandingi sekolah-sekolah berbahasa Mandarin yang didirikan
oleh Tiong Hoa Hwee Koan. HCS menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa
pengantar.
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)MULO merupakan sekolah
pendirian Belanda yang setara dengan sekolah menengah pertama atau
SMP.Akhir tahun 1930-an, MULO sudah ada hampir di setiap kabupaten di
Jawa.

Algemeene Middelbare School (AMS) AMS adalah pendidikan menengah


umum pendirian Belanda yang didirikan tanggal 5 Juli 1919. Masa
pendidikan yang harus ditempuh ketika di AMS adalah tiga tahun bagi yang
menerima lulusan MULO.AMS setara dengan sekolah menengah atas atau
SMA dengan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.

Hoogere Burgerschool (HBS) HBS adalah pendidikan menengah umum


yang didirikan tahun 1863 untuk orang Belanda, Eropa, Tionghoa, dan elit
pribumi.Masa pendidikan yang harus ditempuh di HBS adalah lima tahun,
setelah HIS atau ELS. Sekolah HBS ini memerlukan murid yang pandai,
terutama bahasa Belanda. Salah satu tokoh penting yang sempat bersekolah
di HBS adalah Soekarno di Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai