Anda di halaman 1dari 49

ICRA

Infection Control Risk


Assessment
• Nama : Dr. Yael Esthi Nurfitri Kuncoro, SpKK, FINSDV, FISQua

• Jabatan:
• Surveior UKP Akreditasi FKTP
• Surveior Akreditasi Rumah Sakit
• Kepala Bidang Penunjang Medis RS Ken Saras
• Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS Ken Saras
• Ketua Sub Komite Mutu Profesi Komite Medik RS Ken Saras

• Pendidikan:
• FK : FK. Universitas Diponegoro Semarang : (2001 – 2007)
• Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Univ. Diponegoro Semarang : (2008 – 2012)

• No Telp : 081229099921
• Email : LA_BELLEE@yahoo.com
SUMBER RUJUKAN UTAMA
2
1
ICRA suatu kegiatan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
fasyankes untuk menilai dan mengontrol risiko infeksi di
fasyankes yang dilakukan per unit bagian fasyankes
Infection Control Risk Assessment

proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi,


pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi
pasien, fasilitas dan program :

• Fokus pada pengurangan risiko dari infeksi,


• Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi,
renovasi, pemeliharaan fasilitas, dan
• Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan
lingkungan perawatan, yang memungkinkan organisasi
untuk mengantisipasi dampak potensial.
ICRA  bagian proses perencanaan pencegahan dan kontrol infeksi, sarana untuk mengembangkan

perencanaan, pola, bersama menyusun perencanaan, menjaga fokus surveilans dan aktivitas program

lainnya, serta melaksanakan program pertemuan reguler dan upaya pendanaan (Lardo, 2016)

ICRA merupakan pengkajian yang di lakukan secara kualitatif


dan kuantitatif terhadap risiko infeksi terkait aktifitas
pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan serta
mengenali ancaman/bahaya dari aktifitas tersebut
Tujuan
• Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko terhadap :
1) Paparan kuman patogen melalui petugas, pasien dan pengunjung
2) Penularan melalui tindakan/prosedur invasif yang dilakukan baik melalui
peralatan,tehnik pemasangan, ataupun perawatan terhadap HAIs.

• Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindak


lanjuti berdasarkan hasil penilaian skala prioritas
JENIS ICRA
ICRA KONSTRUKSI
ICRA PROGRAM PPI
Penilaian Risiko Pengendalian
Infeksi melalui proses Kajian risiko infeksi mencakup:
multidisiplin yang berfokus 1. Risiko terkait prosedur pelayanan
pada pengurangan risiko dari 2. Risiko terkait data hasil surveilans Hais
infeksi ke pasien, dg 3. Risiko terkait data hasil audit kepatuhan
perencanaan fasilitas, desain, 4. Risiko terkait pelayanan penunjang
dan kegiatan konstruksi. 5. dan lain lain
Setiap tahun untuk ICRA Siapa?
Bagaimana? Program

Risk management Multidisiplin


flow chart
Tim PPI melakukan
Kapan? koordinasi
The risk management flowchart as it is applied to HAI

Pastikan risiko teridentifikasi, dianalisa dan dilakukan tindakan


Hindari risiko

Inforrmasi yang berkaitan dg risiko harus diinformasikan kepihak terkait


Kebijakan/Standar prosedur
- tugas yg jelas
Communicate and consult

Monitor dan review


Identifikasi risiko
Apa penyebab terjadinya infeksi?
Bagainama cara transmisi?
Siapa saja yg berisiko?
(pasien, petugas atau lingkungan)?

Perlakuan risiko Analisa risiko


Hindari risiko Mengapa bisa terjadi
Kurangi risiko ( langkah pencegahan, (activitas, prosedur)?
ada sistem dan kontrol Berapa sering terjadi/konsekuensi apa?

Evaluasi risiko
Hal2 apa saja risiko
rendah/meminimalkan risiko atau
risiko penularan (staff, pasien)? T.
Aseptik, APD dll
External Internal
• Terkait dengan • Terkait pasien
komunitas • Terkait petugas
• Terkait dengan • Terkait prosedur
bencana • Peralatan
• Persyaratan peraturan • Lingkungan
dan akreditasi • Sumber daya
ICRA

UKM
ESSENSIAL DAN PENGEMBANGAN.

UKM UKP
UKP
UNIT, Ruang, Pelayanan

KEGIATAN
Kegiatan
Pendataan, Screening, Kunjungan
Sasaran, Vaksinasi, Penyuluhan.
Pemberdayaan, dsb
LANGKAH PENGKAJIAN ICRA PROGRAM

1 IDENTIFIKASI MASALAH
melihat seberapa beratnya dampak potensial dan kemungkinan seberapa
sering frekuensi munculnya risiko, identifikasi aktifitas yang dilakukan
pada risiko dan cara transmisinya

2 ANALISA RISIKO

3 PENILAIAN DAN PENENTUAN SKORING

4 PENGELOLAAN RISIKO

5. PLAN OF ACTION
 Penerapan Pencegahan Infeksi
TINDAKAN PELAYANAN GIGI BUNDLES PPI
PERTOLONGAN PERSALINAN  sarana dan prasarana
NEBULAZER OKSIGEN  SOP
PENYUNTIKAN YANG AMAN  Kondisi Lingkungan
LAPORAN HASIL SURVEILAN HAIS  kepatuhan petugas terhadap
HASIL AUDIT PROGRAM PPI standar
 angka kejadian Infeksi
Pemasangan infus dan imunisasi Risiko Pneumonia

Pertolongan persalinan  /IDO Catheter-associated urinary tract infections


(CAUTI)  /ISK
PENILAIAN PROBABILITAS
TINGKAT
DESKRIPSI FREKUENSI KEJADIAN
RISIKO

0-5% extremely unlikely or virtually impossible.


1 Very low
Hampir tidak mungkin terjadi (terjadi dalam lebih dari 5 tahun).

Jarang (frekuensi 1-2 x/tahun), Jarang tapi bukan tidak mungkin terjadi
 2  low
(terjadi dalam jangka waktu 2-5 tahun).

31-70% fairly likely to occur


 3  Medium Kadang (frekuensi 3-4 x/tahun). Mungkin terjadi/ bisa terjadi (dapat terjadi
tiap 1-2 tahun).

Agak sering (frekuensi 4-6 x/tahun),


 4  High
Sangat mungkin terjadi (terjadi setiap bulan/beberapa kali dalam setahun).

Sering (frekuensi > 6 x/tahun), Hampir pasti


5 Very high
akan terjadi (terjadi dalam minggu/bulan).
PENILAIAN DAMPAK

TINGKAT RISIKO DESKRIPSI DAMPAK

1 Minimal Klinis Tidak ada Cedera.

Cedera ringan, misalnya lecet, dapat


2 Moderate klinis
diatasi dengan P3K.

Cedera sedang (luka robek), berkurangnya fungsi


  motorik/sensorik/ psikologis atau intelekteual tidak
   
Lama hari rawat panjang berhubungan dengan penyakitnya dan Setiap kasus akan
3 memperpanjang hari
perawatan

  Cedera luas/berat (cacat atau lumpuh), kehilangan


Kehilangan fungsi tubuh
fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau intelektual ) tidak
4 sementara
berhubungan dengan penyakit
Kematian yang tidak berhubungan dengan
5 Katastropik
perjalanan penyakit
PENILAIAN SISTEM

SISTEM, PERATURAN DAN


TINGKAT RISIKO DESKRIPSI
PELAKSANAAN

1 Solid Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Tidak Selalu


2 Good
Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Tidak


3 Fair
Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Tidak Ada, Tidak


4 Poor
Dilaksanakan

5 None Tidak Ada Peraturan


3. Penilaian dan Penentuan Skor
Menyusun skor jumlah

Probability, Impact, Current Systems

score for probability : 3


score dampak : 2
sistem berkelanjutan : 4

total score 3X2X4 =24

Program prioritas berdasarkan nilai terbesar


EVALUASI RISIKO

1. Rangking masalah
2. Prioritas masalah
3. Analisa manfaat biaya yang • Risk Matrix Grading
dikeluarkan (setelah diranking,
biaya unt mengurangi resiko • FISH BONE
dibandingkan dengan biaya kalau • Root Cause Analysis
terjadi resiko) ( RCA )
4. Pastikan risiko yang ditimbulkan
bisa diterima atau tidak

19
Identifikasi pelayanan Gigi
• Peralatan Kritikal, semi kritikal,non
kritikal masih belum terpisahkan pada saat
pelayanan
• Petugas Menggunakan APD belum sesuai
standar pelayanan
• Tempat pencucian alat kesehatan masih di
tempat wastafel cuci tangan
• Kebersihan lingkungan : Meja, Lampu dll
PELAYANAN GIGI
POTENSIAL RIKS/ PROBABILITY IMPACT CURRENT SYSTEM SKOR Prioritas
PROBLEM
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Peralatan Kritikal, semi 5 3 5 75 I


kritikal,non kritikal belum
terpisah
Petugas Menggunakan 4 2 1 8 V
APD sesuai tidak indikasi

Tempat pencucian alat 5 2 5 50 III


kesehatan masih di ruang
pelayanan gigi
Kebersihan lingkungan : 3 3 2 18 IV
Meja, Lampu belum
rutin
dst 5 3 4 60 II
PERSIAPAN PERSALIANAN
SAAT PERTOLONGAN PERSALINAN
• Petugas menggunakan APD belum
sesuai standar
• Peralatan yg digunakan kategori
Kritikal, Semi kritikal, non kritikal
belum sesuai standar
• Lingkungan ruangan tindakan
persalinan masih banyak barang yang
tidak tertata dan akan menyadi
penyebab kontaminasi
• tidak tersedia lemari tempat
penyimpanan peralatan steril
POTENSIAL RIKS/ PROBABILITY IMPACT CURRENT SYSTEM SKO
PROBLEM R Prioritas
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Petugas menggunakan APD


belum sesuai standar

Peralatan yg digunakan
kategori Kritikal, Semi
kritikal, non kritikal belum
sesuai standar
Lingkungan ruangan
tindakan persalinan masih
banyak barang yang tidak
tertata dan akan

Kebersihan lingkungan :
Meja, Lampu belum
dialkukan rutin

tidak tersedia lemari


tempat penyimpanan
peralatan steril
CONTOH KASUS ICRA HASIL SURVEILAN:
Hasil data surveilans di ruang VK ditemukan 2 orang pasien post partum dengan tindakan episiotomi terjadi infeksi daerah
insisi, tampak merah dan bengkak serta pasien mengeluh nyeri terutama saat akan BAK dan sudah kontrol ke poli umum
berulang data tersebut sudah dicatat sebagai insident rate infeksi daerah operasi (IDO), SOP pertolongan pasien
persalinan dengan tindakan episiotomi sudah ada, peralatan steril masih diragukan karena saat melakukan sterilisasi
menggunakan bengkok terbuka saat dimasukan kedalam autoclave, petugas tidak menggunakan APD sesuai standar

     
Probabilty Dampak Sistim

Rangking risiko
   

Score
   
No Uraian
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 IDO 18
EPISIOTOMI 2 3 3
PENILAIAN PROBABILITAS
TINGKAT
DESKRIPSI FREKUENSI KEJADIAN
RISIKO

0-5% extremely unlikely or virtually impossible.


1 Very low
Hampir tidak mungkin terjadi (terjadi dalam lebih dari 5 tahun).

Jarang (frekuensi 1-2 x/tahun), Jarang tapi bukan tidak mungkin terjadi
 2  low
(terjadi dalam jangka waktu 2-5 tahun).

31-70% fairly likely to occur


 3  Medium Kadang (frekuensi 3-4 x/tahun). Mungkin terjadi/ bisa terjadi (dapat terjadi
tiap 1-2 tahun).

Agak sering (frekuensi 4-6 x/tahun),


 4  High
Sangat mungkin terjadi (terjadi setiap bulan/beberapa kali dalam setahun).

Sering (frekuensi > 6 x/tahun), Hampir pasti


5 Very high
akan terjadi (terjadi dalam minggu/bulan).
PENILAIAN DAMPAK

TINGKAT RISIKO DESKRIPSI DAMPAK

1 Minimal Klinis Tidak ada Cedera.

Cedera ringan, misalnya lecet, dapat


2 Moderate klinis
diatasi dengan P3K.

Cedera sedang (luka robek), berkurangnya fungsi


  motorik/sensorik/ psikologis atau intelekteual tidak
   
Lama hari rawat panjang berhubungan dengan penyakitnya dan Setiap kasus akan
3 memperpanjang hari
perawatan

  Cedera luas/berat (cacat atau lumpuh), kehilangan


Kehilangan fungsi tubuh
fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau intelektual ) tidak
4 sementara
berhubungan dengan penyakit
Kematian yang tidak berhubungan dengan
5 Katastropik
perjalanan penyakit
PENILAIAN SISTEM

SISTEM, PERATURAN DAN


TINGKAT RISIKO DESKRIPSI
PELAKSANAAN

1 Solid Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Tidak Selalu


2 Good
Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Tidak


3 Fair
Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Tidak Ada, Tidak


4 Poor
Dilaksanakan

5 None Tidak Ada Peraturan


NO
5. Membuat plan of action (rencana kegiatan)
JNS KELOMPOK RISIKO

RISIKO/MASALAH
POTENSIAL

SKOR

PRIORITAS

TUJUAN UMUM

TUJUAN KHUSUS
  PROGRESS /
STRATEGI EVALUASI ANALISIS
 

1 Pelayanan 1. Peralatan 75 I Pengelolaan alat di 1. Ada pemilahan 1. Sosialisasi 1. Terlaksananya 1.Pelaksaan sosialisasi
gigi Kritikal, semi pelayanan gigi alat kritikal, semi mengeai sosialisasi hanya mengenai
kritikal,non sesuai standar dan non pemilahan alat 2. Monitoring pemilahan alat
kritikal belum 2. Pemrosesan alat 2. Sosilaisai 3. Tersedianya 2. Hasil monitoring
terpisah dan sesuai dengan pemrosesan alat alat pemilahan dan
be;um kategori 3. Pengajuan alat sterilisator pemrosesan alat
diproses 60 II 3. Tersedianya alat sterilisator autoclave meningkat
sesuai standar sterilisator autoclave 3. Belum teredia alat
2.Air kumur
yang
digunakan
masih air
kran
ICRA KONSTRUKSI
PCRA (Pre Construction Risk Assesment)
• Manajemen risiko pada konstruksi adalah proses yang bertahap dan
berkesinambungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
dampak konstruksi pada pasien, petugas, dan lingkungan fasyankes.

• Melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko dampak


konstruksi, renovasi dan demolisi.

• Kerja sama antara fasyankes dengan pihak kedua selaku pelaksana


renovasi
PCRA meliputi
• Kualitas udara
• ICRA
• Utilitas
• Kebisingan
• Getaran
• Bahan berbahaya
• Layanan darurat
• Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan dan layanan
Contoh
PCRA

Jika jawaban YA, apa upaya yang harus dilakukan…?


LANGKAH-LANGKAH ICRA KONSTRUKSI
• PRE RENOVASI
o Rapat Tim Multidispilin
o Penetapan & rencana tidakan konstruksi bangunan

 Identifikasi type dan jenis konstruksi


 Identifikasi kelompok risiko
 Membuat Matrix penilaian risiko
 Perencanaan tindakan PPI sesuai hasil penilaian
• SELAMA RENOVASI
o Monitoring pelaksanaan sesuai kesepakatan
o Monitoring tindakan perbaikan atas rekomendasi usulan perbaikan
• SETELAH RENOVASI
o Pengawasan hasil limbah pekerjaan
o Menetapkan penilaian kelayakan bangunan sesuai penilaian risiko
infeksi
- Pengumuman adanya proses
renovasi
- Pemantauan aliran udara
- Pemantauan area sekitar
renovasi ( bebas debu, puing,
dll )
- Pembersihan rutin
Menentukan Tipe Konstruksi/Renovasi Bangunan Berdasarkan
Tingkat Risiko (debu, aerosolisasi, durasi dan HVAC)
1. Type A :
kegiatan renovasi/konstruksi dengan risiko rendah misalnya pemindahan plafon, pengecatan,
pemasangan pipa keecil, merapikan pekerjaan listrik .
2. Type B :
kegiatan renovasi skala kecil, durasi pendek dengan risiko debu minimal misalnya pemotongan dinding
plafon dimana penyebaran debu dapat dikontrol, instalasi kabel telepon dan komputer.
3. Type C :
kegiatan pembongkaran gedung dan renovasi gedung yang menghasilkan debu yang banyak dan tinggi
misalnya konstruksi pembongkaran dan pembangunan dinding baru.
4. Type D :
kegiatan pembangunan proyek konstruksi dan pembongkaran gedung dengan skala besar misal
konstruksi baru atau pembangunan gedung baru.
Langkah Ke-2:
Identifikasi Kelompok Risiko
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4
RENDAH SEDANG TINGGI SANGAT TINGGI
- Area kantor • Rawat jalan - UGD, ruang tindakan - Ruang isolasi tekanan negatif
• Cafeteria - Ruang pelayanan gigi - Unit luka bakar
• Dietary - Ruang perawatan pasien - Kamar Operasi
- Manajemen Material - Ruang Maternitas / VK - CSSD
- Kamar bayi
-Laboratorium - Kateterisasi Jantung
- Koridor Umum (yang - Area pasien
dilewati pasien, suplai, dan immunocompromised
linen)
- Newborn Intensive Care
Unit (NICU)
- Intensive Care Unit
Langkah Ke-3 :
Menentukan Level/Kelas ICRA Renovasi
Ditentukan berdasarkan tabel matrix antara Tipe Aktivitas Konstruksi dan
Kelompok Risiko Pasien

Level risiko TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D


konstruksi
Rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Sedang Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Sangat Tinggi Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV

Note : Persetujuan pengendalian infeksi akan diperlukan ketika aktivitasi kontruksi dan tingkat
risiko berada pada kelas 3 dan kelas 4 dan dan dilakukan identifikasi dampak lain di daerah
sekitar area proyek.
Contoh :
Penilaian Risiko Renovasi
Level risiko TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D
konstruksi
Rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Sedang Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Sangat Tinggi Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV

Class of Precautions
Langkah-langkah Intervensi PPI Ditentukan
Berdasarkan Kelas
Risiko Berdasarkan Type Konstruksi Kelas I, sbb:
• Lakukan pekerjaan dengan metode meminimalkan debu
• Pembersihan lingkungan kerja segera lakukan setelah pekerjaan selesai

Kelas II, sbb:


• menyediakan sarana penghalang penyebaran debu ke udara
TYPE KONSTRUKSI • Memberikan kabut air pada permukaan lingkungan kerja untuk menghalangi dan
KELOMPOK mengendalikan debu selama proyek konstruksi berlangsung
• Melakukan pembersihan lingkungan kerja segera lakukan setelah pekerjaan selesai
PASIEN
BERISIKO TYPE A TYPE B TYPE C TYPE D Kelas III, sbb:
• Membuat penghalang debu dengan menutup area masuknya debu (melakban pintu)
• Menutup ventilasi udara
• Menutup sistim heating ventilation air conditioning (HVAC)
• Limbah konstruksi ditempatkan dalam wadah tertutup rapat dan segera dibuang dan dilakukan
RENDAH I II II III/IV pembersihan
• Setelah selesai pekerjaan semua debu di bersihkan dari seluruh permukaan

SEDANG I II III IV Kelas IV, sbb:


• Buat pembatas area kerja harus dipasang sampai proyek selesai dan dibersihkan
• Menutup jendela di area yang menampung pasien yang dinilai rentan untuk diminimalkan
masuknya spora jamur yang dihasilkan oleh pekerjaan bangunan di dekatnya.
TINGGI I II III/IV IV • Jika penyedot debu digunakan, pastikan mereka memiliki filter efisiensi tinggi pada udara yang
habis.
• Mengisolasikan sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi sistem saluran
SANGAT
II III/IV III/IV IV • Mengangkut puing-puing dalam kantong atau wadah tertutup dengan tutup yang rapat, atau
TINGGI menutupi puing dengan kain basah.
• Jangan mengangkut puing-puing melalui area perawatan pasien tetapi melalui pintu keluar
yang berbeda.
Izin No:
Lokasi konstruksi: Tanggal mulai proyek:
Koordinator Proyek: Perkiraan durasi:
Pekerjaan konstruksi: Tanggal kadaluarsa:
Supervisor: Telephone:
Ya Tidak AKTIFITAS KONSTRUKSI Ya Tidak KELOMPOK BERISIKO
TIPE A: Inspeksi, aktifitas non invasif Kelompok 1: Risiko rendah
TIPE B: Skala kecil, durasi pendek, tingkat sedang – Kelompok 2: Risiko sedang
tinggi
TIPE C: Kegiatan yang menghasilkan debu tingkat Kelompok 3: Risiko tinggi
sedang sampai tinggi, membutuhkan waktu penyelesaian
lebih dari 1 shift.
TIPE D: Kegiatan konstruksi level tinggi. Membutuhkan Kelompok 4: Risiko sangat tinggi
waktu penyelesaian yang panjang.
1. Lakukan pekerjaan konstruksi dengan metode debu 3. Pembongkaran minor untuk perombakan
KELAS I minimal. ulang
2. Segera mengganti plafon yang digunakan untuk
pemeriksaan visual
1. Menyediakan sarana aktif (peralatan lengkap) untuk 6. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
KELAS II mencegah penyebaran debu ke udara. tertutup rapat sebelum dibuang.
2. Memberikan kabut air pada permukaan kerja untuk 7. Lakukan pengepelan basah dan/atau vakum dengan

SURAT IJIN KERJA PPI mengendalikan debu saat proses pemotongan.


3. Menyegel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
4. Menutup ventilasi udara.
5. Bersihkan permukaan kerja dengan
HEPA filter sebelum meninggalkan area kerja.
8. Letakkan dust mat (keset debu) di pintu masuk dan
keluar area kerja
9. Isolasi sistem HVAC di daerah di mana pekerjaan

(ICRA) & PENGAWASAN


pembersih/disinfektan. sedang dilakukan, rapikan kembali setelah
pekerjaan selesai.
1. Memperoleh perizinan dari KPPI sebelum kegiatan 6. Vakum area kerja dengan penyaring HEPA.
KELAS III konstruksi dimulai 7. Lakukan pengepelan basah dengan

SELAMA KONSTRUKSI
2. Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk pembersih/disinfektan
mencegah kontaminasi pada sistem saluran. 8. Lakukan pembongkaran bahan-bahan pembatas
3. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode area kerja dengan hati-hati untuk meminimalkan
kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik penyebaran kotoran dan puing-puing konstruksi.
dan menyegel dengan vakum HEPA untuk 9. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai. tertutup rapat sebelum dibuang.
4. Menjaga tekanan udara negatif dalam area kerja 10. Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
dengan menggunakan unit penyaringan udara 11. Setelah pekerjaan selesai, rapikan kembali sistem
HEPA. HVAC.
Tanggal 5. Pembatas area kerja harus tetap dipasang sampai
proyek selesai diperiksa oleh Komite K3, KPPI, dan
Paraf dilakukan pembersihan oleh petugas kebersihan.
1. Memperoleh perizinan dari KPPI sebelum kegiatan 7. Semua personil yang memasuki area kerja
KELAS IV konstruksi dimulai diwajibkan untuk memakai penutup sepatu. Sepatu
2. Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk harus diganti setiap kali keluar dari area
mencegah kontaminasi sistem saluran. kerja.Pembatas area kerja harus tetap dipasang
3. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode sampai proyek selesai diperiksa oleh Komite K3,
kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik KPPI, dan dilakukan pembersihan oleh petugas
dan menyegel dengan vakum HEPA untuk kebersihan.
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai. 8. Vakum area kerja dengan penyaring HEPA.
4. Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja 9. Lakukan pengepelan basah dengan
dengan menggunakan unit penyaringan udara pembersih/disinfektan.
HEPA. 10. Lakukan pembongkaran bahan-bahan pembatas
5. Menyegel lubang, pipa, dan saluran. area kerja dengan hati-hati untuk meminimalkan
6. Membuat anteroom dan mewajibkan semua personel penyebaran kotoran dan puing-puing konstruksi.
untuk melewati ruangan ini sehingga mereka dapat 11. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
Tanggal disedot menggunakan vacuum cleaner HEPA tertutup rapat sebelum dibuang.
sebelum meninggalkan tempat kerja atau mereka 12. Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
Paraf bisa memakai pakaian kerja yang lepas setiap kali 13. Setelah pekerjaan selesai, rapikan kembali sistem
mereka meninggalkan tempat kerja. HVAC.

Persyaratan tambahan:
PENGAWASAN SELAMA
KONSTRUKSI/RENOVASI

• PRAKTEK KERJA AMAN • Engineering Controls


• Briefing keamanan harian • Kontrol ventilasi dan lingkungan
• Vacuum dan penghisap debu lokal
• Kontrol lalu lintas pembersihan • Buat lingkungan dengan
puing puing tekanan negatif
• Pembersihan peralatan & • Barriers systems
lingkungan • Kontrol debu dan puing
• Pembersihan lokasi pekerjaan
• Pengawasan resiko kontaminasi
• Monitoring rutin
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai