Anda di halaman 1dari 42

BAB 1

PRINSIP PRINSIP DASAR


KRITERIA PERANCANGAN
KOMPONEN MESIN
• Berfungsi (functional)
• Aman (safe)
• Handal (reliable)
• Mampu bersaing (competitive)
• Berguna (usable)
• Dapat diproduksi (manufacturable)
• Dapat dijual (marketable)
PERTIMBANGAN PERANCANGAN

• Kekuatan/ tegangan (strength/ stress)


• Distorsi/ defleksi/ kekakuan (distortion/ deflection/ stiffness)
• Keausan (wear)
• Korosi (corrosion)
• Keamanan (safety)
• Keandalan (reliability)
• Gesekan (friction)
• Kegunaan (utility)
• Biaya (cost)
• dll.
STANDARD & CODE

Standard,
Adalah sederetan spesifikasi untuk komponen, material
atau proses yang ditujukan untuk memperoleh keseragaman
(uniformity), efisiensi dan kualitas tertentu.
Salah satu tujuan penting dari Standard ini ialah meletakkan
batas pada item dalam spesifikasi sehingga menyediakan
penyimpanan perkakas, ukuran, bentuk dan variasi.

Contoh : Baut M20


Baja AISI/SAE 4340
STANDARD & CODE

Code
Adalah sederetan spesifikasi untuk analisis, desain, manufaktur
dan konstruksi sesuatu.
Tujuan dari Code ini ialah untuk menyediakan tingkat
keamanan terentu, efisiensi dan kualitas atau unjuk kerja.

Contoh :
Code yang dikeluarkan oleh ASME untuk desain
- Poros Transmisi
- Bejana Tekan
dll.
ORGANISASI KEAKHLIAN
YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKNIK MESIN
• Aluminium Association (AA)
• American Gear Manufacturers Association (AGMA)
• American Institute of Steel Construction (AISC)
• American Iron and Steel Institute (AISI)
• American National Standard Intitute (ANSI)
• American Society of Mechanical Engineers (ASME)
• American Society of Testing and Materials (ASTM)
• American Welding Society (AWS)
• American Petrolieum Institute (API)
• Society of Automotive Engineers (SAE)
• International Standards Organization (ISO)
MATERI PEMBAHASAN MODUL 1
1. KESETIMBANGAN STATIK
2. MATERIAL TEKNIK
3. TEGANGAN TARIK & TEGANGAN TEKAN
4. SATUAN TEGANGAN
5. GAYA & MASA
6. PERSOALAN STATIK TAK TENTU
7. TITIK BERAT
8. LENTURAN PADA BATANG
9. MOMEN INERSIA
10. PERGESERAN SUMBU MOMEN INERSIA
11. PRINSIP SUPERPOSISI
12. DEFLEKSI BATANG
13. TEGANGAN GESER
14. LINGKARAN MOHR
Perancangan Komponen Mesin
didasarkan kepada :

1. Teori Mekanika
2. Teori Kekuatan Material
1. KESETIMBANGAN STATIK
Bila benda “diam” atau “bergerak” dengan kecepatan konstan,
gaya-gaya luar yang bekerja pada benda tersebut dalam kondisi
setimbang. Pernyataan ini berlaku untuk benda secara keseluruhan
atau pada sebagian dari benda.

Kesetimbangan statik artinya, baik Gaya maupun Momen dalam


keadaan setimbang/ balans. Jumlah gaya pada arah manapun harus
sama dengan nol, demikian juga jumlah Momen terhadap garis
sebagai sumbu harus sama dengan nol.

Bila benda mendapat percepatan, gaya Inersia harus dilibatkan


dalam persamaan kesetimbangan.
2. MATERAL TEKNIK

PERSAMAAN MATEMATIK DITURUNKAN


ATAS DASAR IDEALISASI MATERIAL YG BERSIFAT :

• ELASTIK SEMPURNA
Gaya pada benda menyebabkan perubahan bentuk
& ukuran, bila gaya dihilangkan, benda kembali
kebentuk semula.
• HOMOGEN
Sifat material sama diseluruh bagian
• ISOTROPI
Sifat elastik sama pada seluruh arah
3. TEGANGAN TARIK & TEKAN

l A

P 
P

P
Tegangan Tarik :  (N/mm2) (1)
A
Regangan, e : 
 (2)
l

Modulus Elastisitas, E :

   .E atau  (3)
E

Pl (4)
Defleksi : 
AE
4. SATUAN TEGANGAN

s : ( N/mm2 ) atau ( MPa )

t : ( N/mm2 ) atau ( MPa )

Pa : Pascal ( N/m2)
MPa : Mega-Pascal (1.000.000 N/m2 )

Catatan : 1 MPa = 145 psi


psi = pound per square inch
5. HUBUNGAN GAYA & MASA

Hk Newton ke-2 :

F = m. a atau
F = m. g

g : Percepatan gravitasi = 9,81 m/s2


6. PERSOALAN STATIK TAK TENTU

900 mm
baja bronze baja
100 mm2 150 mm2 100 mm2

250 kg

Berapa tegangan pada masing-masing kawat ?


Diperlukan 2 persamaan :
1) Persamaan Gaya
2) Persamaan Defleksi
7. TITIK BERAT BENDA
Y

dA (y  y )dA  0
0 atau
y - yo
c.g
y.dA  y.dA

y   (5)
 dA A
o
y
yo

Hal yang sama ;


 x.dA  x.dA
x  
 dA A
o
X
O

Untuk bentuk yang kompleks, dapat dibagi-bagi menjadi


beberapa penampang yang sederhana, maka berlaku rumus :
A1 y1  A2 y2  A3 y3  ... A1 x1  A2 x2  A3 x3  ...
yo  dan xo  (6)
A1  A2  A3  ..... A1  A2  A3  .....
Contoh 1
Tentukan Titik Berat Penampang Gabungaan
70 mm

30 mm

130 mm 30 mm

30 mm

140 mm
y

A3

A2
y3

y2
A1
y1 x
O
x1= x 2= x 3

Buat sumbu koordinat x, y y1  15 (mm)


maka titik berat masing2 penampang :
y2  65 (mm)
x1  x2  x3  70 (mm)
y3  115 (mm)
Titik berat Penampang gabungan :

x  x1  x2  x3  70 (mm)

y1 A1  y2 A2  y3 A3 (mm)
y
A1  A2  A3

15(4200)  65(2100)  115(2100)


y
4200  2100  2100

441.000
y  52,5 (mm)
8.400
y

A3

A2
y3
c.g
y
y2
A1
y1 x
O
x1= x2= x3
x

x  70 (mm)
y  52,5 (mm)
8. LENDUTAN BATANG
M
M

O x
y

y
LENDUTAN BATANG
O1

x Perbandingan dalam 2 buah


O
d
X segitiga sebangun :
v v.d
y
r

r dx
h
A
 A sumbu netral
dX B
 d dX
dA v
v d d

O1
dv B r
v
v.d

Y
  .d (a)
 
r dx

  E
 atau   . (7)
E r r
M

dA
v

E
  .dA   ( E / r ). .dA   .dA (b)
r

  .dA   . A  0 (8)
9. MOMEN INERSIA

Batang dalam keadaan setimbang;


E 2 EI
M    . .dA   ( E / r ) .dA   .dA  (9)
r r
2
dimana integral :  .dA disebut Momen Inersia Luas

Jika radius lengkungan r, di-eliminasi, diperoleh :


M
 ( 10 )
I
Harga maksimum tegangan normal (tarik/ tekan) :
M .c
 ( 11 )
I
MOMEN INERSIA LUAS
( terhadap sumbu netral )
d

h/2

h r

h/2

b
Sumbu netral

bh3  .d 4  .r 2
I I  ( 12 )
12 64 4
10. PERGESERAN SUMBU MOMEN INERSIA
dA

v
0

1 1

I1   (  y ) 2 .dA   (v 2  2 yv  y 2 ).dA (c)

2
dimana,  .dA
v Sama dengan Momen Inersia thd. sumbu 0 - 0

2 y  v.dA Sama dengan nol, karena suku ini


mempresentasikan Momen Inersia thd.
sumbu yang melalui titik berat.
2 2
 y .dA  Ay
Maka, Momen Inersia luas terhadap sumbu 1 – 1 :

I1  I 0  Ay 2 ( 13 )

Persamaan diatas disebut Teori Sumbu Sejajar


( parallel axis theorem )

Maka bentuk geometri gabungan, dapat dicari dengan cara


membagi menjadi bentuk-bentuk sederhana. Sehingga harga
Momen Inersia Luas, merupakan penjumlahan dengan
menggunakan rumus ( 13 ). Dengan catatan, sumbu 0 – 0
harus melewati titik berat dari luas yang dicari.
Contoh 2:
Hitung Momen Inersia Luas dari penampang dibawah ini
terhadap sumbu yang melalui titik berat penampang

80 mm

20 mm

20 mm
100 mm

20 mm
1. Bagi menjadi penampang sederhana (A1, A2 dan A3)
2. Buat sumbu koordinat x – y, dan tentukan titik asal-nya.
3. Tentukan titik berat penampang gabungan  c.g pen. gab.
4. Hitung jarak titik berat penampang individu thd. c.g pen.
gab. (y1, y2 & y3)
5. Hitung luas masing-masing area sederhana.
6. Hitung Momen Inersia
y Luas dgn menggunakan teori sumbu
sejajar.
A3

y3
A2
c.g (pen.
gabungan)
y1
A1
x
O
y
A1 = 20 x 80 = 1600 mm2
A3 y1 = 40 mm

A2 = 20 x 60 = 1200 mm2
y3
A2 y2 = 0
c.g (pen.
gabungan) A3 = 20 x 80 = 1600 mm2
y1
y3 = 40 mm
A1
x
O

2
I1  I 01  y1 A1 2
I 2  I 02  y2 A2
2
I 3  I 03  y3 A3

I 00  I1  I 2  I 3
80(20)3 (mm4 )
I1   40 2 (1600)  2.560.000
12
20(60)3 (mm4 )
I2   0  360.000
12
80(20)3 (mm4 )
I3   40 2 (1600)  2.560.000
12

Momen Inersia Luas :


I 0  0  I1  I 2  I 3
4
I 00  2.560.00  360.000  2.560.000  5.480.000 ( mm )
11. PRINSIP SUPERPOSISI
P

P

M

P
P P M .c
  ( 14 )
A I
12. PERSAMAAN DEFLEKSI BATANG (lanjutan)
dy

dx

d d 2 y
 2
dx dx

d 1 d2y
  2 ( 15 )
dx r dx

d2y M
2
 ( 16)
dx EI
x
x
0

w
M M + { dM/dx } dx
y

A B
h V dx

V + { dV/dx } dx

dM  dV   dx 
M .dx  V  dx   w.dx.   M  0
dx  dx   2
dM
V
dx
Contoh : Batang ditumpu sederhana, tentukan lendutan
maksimum dan slope di ujung batang.
F

A B

L/2

Hitung reaksi tumpuan di A dan B  RA = RB = F/2


F

A B

F/2 F/2
Buat potongan pada batang dengan jarak
V
x dari A

Fv  0 F
V (d) A M
V
2 x

F/2 B
M
M A  0
M  V .x  0 V L-x

 F V
M  V .x   .x (e) V/2
2 (+)
0
Untuk x = 0 : M 0 (-)

M
Fl ( FL/ 4 )
Untuk x = (l/2) : M 
4 (+)
0
F
(L/2)

A
Fv  0 M
x

 F  V  F
V

  F/2
V
2
B
M
F
V  (f) L-x
2
M A  0 Potongan pada x ≥ L/2

L
M  V .x  F    0
2
 F F
M    L   .x FL
Untuk x = L/2 M
2 2 4
FL F
M  .x
2 2
(g) Untuk x = L M 0
Menghitung Lendutan maksimum, perhatikan pers. ( 19 ) ;

d2y M
2

dx EI

d2y F .x
EI 2   M  
dx 2

dy Fx 2
EI  EI    C1 (h)
dx 4

Fx3 (i)
EIy    C1 x  C2
12

Syarat batas : Untuk x = 0  Defleksi, y = 0, maka C2 = 0


Perhatikan persamaan (h);
Syarat batas : pada x = L/2 kemiringan batang (slope) = 0
Sehingga;
F ( L / 2) 2
0  C1
4
FL2
C1 
4
Kemiringan di ujung batang (A), yaitu pada x = 0

Fx 2
EI A    C1
4
FL2
A  (rad)
16 EI
Defleksi maksimum terjadi di tengah batang ( x = L/2 )
F ( L / 2)3 FL2  L  FL3 FL3 FL3
EIy       
12 16  2  96 32 48
FL3
ymaks  (mm)
48 EI
F

A B

F/2 F/2
L/2
F
A B
A ymaks

L
SELESAI
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai