Anda di halaman 1dari 31

UJI TARIK

UJI TARIK
Tujuan :

Observasi sifat dan kelakuan material pada beban statik


(Quasi statik ) melalui pengujian tarik

Analisa kuat tarik, batas luluh, elongasi , reduksi penampang,


modulus elastisitas, grafik tegangan-regangan teknik dan
grafik tegangan regangan sebenarnya
DASAR TEORI
Pengujian Tarik yaitu pengujian yang dilakukan pada material
dengan memberikan gaya penarikan dengan kecepatan
konstan yang lambat ( quasi statik ) sampai material putus.
Melalui uji tarik dapat diketahui perilaku elastic dan plastic
suatu material.
Data yang dapat diambil antara
lain :

1. Kuat tarik ( tensile strength ) [ u ]

2. Batas luluh ( yield point ) [ y ]

3. Perpanjangan ( elongation ) [ e ]

4. Reduksi penampang [ A ]

5. Modulus elastisitas [ E ]
PRINSIP PENGUJIAN
Benda uji standar di cekam pada sebuah mesin
penguji. Benda tersebut akan ditarik dengan
kecepatan konstan (sangat lambat). Selama
penarikan, mesin akan menunjukan diagram
seperti pada gambar.
Selama proses diamati kelakuan benda
uji, dengan asumsi :

Tidak terjadi perubahan penampang


Laju penarikan lambat (quasi static)
Pemberian beban meningkat perlahan
HASIL PENGUJIAN

Dari hasil pengujian akan didapatkan kurva gaya-perpanjangan(F-Dl).

Dari kurva tersebut dapat diolah menjadi kurva tegangan-regangan


teknik(s-e) mengacu pada dimensi awal spesimen.

Selanjutnya dapat diolah menjadi kurva tegangan-regangan


sebenarnya dengan memasukan nilai dimensi spesimen sebenarnya
pada saat ditarik/ mengalami deformasi.
Kurva F-L Kurva -e
Prinsip pengujian tarik
Tegangan = Gaya
Luas Penampang

Regangan = perpanjangan
panjang awal
Soruce : ASM Handbook, Volume 8 Mechanical Testing &
Evaluation
Soruce : Mechanical Metallurgy. Goerge E
Dieter
Batas elasticE(elastic limit), Pada Gambar 3 dinyatakan dengan titik A.
Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian bebannya
dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula (tepatnya hampir
kembali ke kondisi semula) yaitu regangan nol pada titik O (lihat Gambar 3).
Batas proporsionalp(proportional
limit). Titik di mana penerapan hukum Hooke masih bisa
ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam
praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas
elastis
Deformasi plastis(plastic deformation). Perubahan bentuk
yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gambar 3 yaitu bila bahan
ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
Tegangan luluh atas uy (upper yield stress). Tegangan maksimum
sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi elastis ke plastis .
Tegangan luluh bawahly(lower yield stress).
Tegangan rata-rata daerahlandingsebelum benar-benar
memasuki fase deformasi plastis. Bila hanya disebutkan
tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud
adalah tegangan mekanis pada titik ini.
Regangan luluhy(yield strain). Regangan
permanen saat bahan akan memasuki fase
deformasi plastis.
Regangan elastise(elastic strain). Regangan yang
diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan
ini akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastisp(plastic strain). Regangan yang
diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini
tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
Regangan total(total strain). Merupakan gabungan regangan
plastis dan regangan elastic (T= e+p).Perhatikan beban dengan
arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total.
Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan
besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum(UTS, Ultimate Tensile
Strength). Pada Gambar 3 ditunjukkan dengan titik C (), merupakan besar
tegangan maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah(breaking strength).Pada Gambar 3 ditunjukkan
dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus atau patah
Spesimen
Standar ASTM E.8
Spesimen batang R

Standart Spesimen ( mm) Ukuran terkecil ( mm)

Diameter nominal 12,5 8,75 6,25 4,00 2,5

G 50 0,1 350,1 250,1 160,1 100,1

D 12,50,25 8,750,18 6,250,12 4,00,08 2,50,05

R 10 6 5 4 2

A 60 45 32 20 16
Keterangan:

G = 25,0 0,08
W = 6,25 0,05
R=6
L = 100
A = 32
B = 32
C = 10
2. Batas Alir
Tegangan pada batas alir disebut juga tegangan alir (Re), didapatkan dari
gaya (Fs) dan penampang awal (So) benda uji.
BESARAN-BESARAN DALAM PENGUJIAN
TARIK
1. Kekuatan tarik

Ketarik merupakan besaran pokok dalam pengujian tarik. Besaran ini dihitung
dari gaya terbesar di bagi luas penampang awal benda uji.kuatan

. Keterangan:
. Rm = Kekuatan tarik (N/mm2)
. Fm = Gaya terbesar (N)
. So = Luas penampang awal
3. Regangan Patah
Untuk menentukan regangan patah, maka kedua bagian yang patah
pada temperatur ruangan disambungkan pada sumbu porosnya,
sehingga kedua porosnya membentuk satu sumbu.
4. Regangan Patah
Untuk menentukan regangan patah, maka kedua bagian yang patah pada temperatur
ruangan disambungkan pada sumbu porosnya, sehingga kedua porosnya membentuk
satu sumbu.

Pada umumnya satuan regangan patah ini diberikan dalam persen.


5. Reduksi Penampang Patah (Z)
Untuk menentukan reduksi penampang patah pada benda silindris dilakukan
dengan pengukuran diameter pada penampang terkecil. Pengukuran
dilakukan dua kali dengan cara bersilang.
6. Modulus Elastisitas
E Modul adalah perbandingan antara Tegangan dan Regangan dalam batas
Elastis.

Keterangan:

E: dalam N/mm2

: dalam N/mm2

: tanpa satuan
7. Tegangan Yang Sebenarnya
Pengujian kekuatan tarik didasarkan pada penampang awal. Jika digunakan
penampang yang sebenarnya pada gaya tertentu, maka akan diapatkan
kurva yang berbeda di atas batas alir.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai