Anda di halaman 1dari 34

BAB I

DEFLEKSI BATANG
1.1 Tujuan
1. Mengetahui teori dasar defleksi pada batang uji berbentuk rectangular dan
circular.
2. Membandingkan defleksi batang hasil percobaan dengan hasil perhitungan
(secara teoritis).
3. Mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi defleksi pada batang.

1.2 DASAR TEORI


1.2.1 Persamaan Diferensial Kurva Defleksi
Defleksi adalah perubahan yang berupa lendutan yang dihitung dari kondisi awal
tanpa beban sampai batang melendut akibat pembebanan. Penggambaran defleksi
yang terjadi pada batang yang ditumpu dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.1. Batang sebelum dan sesudah dibebani.


Penurunan titik C setinggi Y dari titik awal inilah yang disebut defleksi. Besarnya
defleksi Y disetiap jarak X pada batang dapat dihitung. Hubungan ini bisa dituliskan
dalam bentuk persamaan yang sering dinamakan persamaan defleksi.

Gambar 1.2. Kurva Defleksi.


Didalam mendesain suatu poros, perhatian biasanya tidak hanya ditujukan kepada
tegangan-tegangan yang timbul akibat aksi beban, tetapi juga kepada defleksi yang
ditimbulkan oleh beban ini. Selanjutnya dibuat ketentuan bahwa defleksi maksimum
tidak boleh melampaui suatu bagian kecil tertentu dari rentang batang.
Misalkan kurva AmB pada gambar diatas merupakan bentuk sumbu batang
setelah lenturan (pembengkokan terjadi). Lenturan terjadi pada bidang simetri oleh
karena gaya-gaya lintang yang bekerja pada bidang-bidang itu. Kurva ini dinamakan
Kurva Defleksi (Deflection Curve).
Untuk mendapatkan persamaan diferensial kurva ini ditarik sumbu-sumbu
koordinat seperti terlihat pada gambar dan anggap bahwa lengkungan kurva defleksi
pada titik manapun, hanya tergantung kepada besarnya momen M di titik itu.
Persamaan tersebut adalah:
d2y
EI. = - Mx
dx 2
dy
EI. = EIӨ =  Mdx + C1 (Persamaan Kurva Kemiringan)
dx
EIy =  Mdx.dx + C1 x + C 2 (Persamaan Kurva Elastis)
Dimana:
x dan y = adalah sistem koordinat
E = modulus elastisitas batang
I = momen inersia penampang batang terhadap sumbu netral.
Mx = momen bending pada jarak x, biasanya merupakan fungsi x.
C1 dan C2 adalah konstanta integrasi yang harus dievaluasi dari kondisi balok
tertentu dan pembebanannya.

1.2.2 Metode Luas Bidang Momen


Metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan defleksi pada suatu titik
tertentu.


t B/A
ØAB

Gambar 1.3. Metode Luas Bidang Momen


Pada gambar di atas sebuah batang AB menerima beban tertentu sehingga
mengalami lendutan. Demikian pula akan terjadi momen lentur. Kita tinjau dua buah
titik D dan E yang setelah melendut mempunyai jarak sejauh ds dan perpotongan
normal dari titik tersebut di O membentuk sudut dӨ dan diagram momennya akan
terbentuk seperti pada gambar yang diarsir. Persamaan yang dihasilkan adalah:
1 M
dӨ = ds = ds
 EI
Karena defleksi yang terjadi sangat kecil maka dapat dituliskan ds = dx sehingga:
M
dӨ = dx
EI
Persamaan ini kalau ditafsir dari grafis diatas maka dӨ adalah sama dengan luas
bidang elemen Mdx yang diarsir pada diagram momen lentur dibagi dengan
flextural rigidity beam (EI). Persamaan diatas berlaku untuk elemen-elemen yang
kecil sehingga sudut Ө antara garis singgung di titik A dan B akan didapat dengan
menjumlahkan elemen-elemen, sehingga secara integral dapat dituliskan:
B
M
ӨAB =  dx
A
EI
Sehingga dari persamaan diatas lahir theorema I yaitu:“Besarnya sudut antara
garis singgung yang melalui sembarang titik pada suatu garis eleastisitas adalah
merupakan luasan bidang momen antara titik-titik tersebut dibagi dengan EI
beam“. Sehingga dapat ditulis dalam bentuk:
( Luas) AB
ӨAB =
EI
Jarak vertikal antara garis singgung yang melalui titik D dan E yang berpotongan
dengan garis vertikal yang melelui titik B adalah dt. Setiap segitiga yang terbentuk
ini dianggap sebagai busur lingkaran dengan jari-jari x dan dengan sudut dӨ.
dt = x dӨ
Untuk jarak penyimpangan vertikal titik B adalah merupakan penjumlahan dt dari
setiap elemen-elemen kecil dari titik A sampai titik B sehingga bisa dituliskan
sebagai berikut:
B B B
x(Mdx)
M 1
= BB’ =  xd =  x dx =
EI A
tAB
A A
EI
1.2.3 Statis Taktentu Pada Batang Elastis
Suatu batang dikatakan statis tertentu, Gaya reaksi tumpuan batang akibat Gaya
luar yang bekerja pada batang tersebut dapat dihitung dengan persamaan statis yaitu:
ΣFx = 0; ΣFy = 0; ΣM = 0
Suatu batang dikatakan statis tak tentu, Gaya reaksi tumpuan batang akibat Gaya
luar yang bekerja pada batang tidak bisa dihitung dengan persamaan statis saja.
Dalam hal ini perlu ada tambahan persamaan yaitu persamaan akibat deformasi dari
beam.

1.2.4 PEMBEBANAN DENGAN TIPE TUMPUAN ROL - ROL


Pembebanan dengan tipe tumpuan rol-rol menggunakan spesimen 6 mm atau □
6 x 10 mm:

Gambar 1.4. Balok dengan tipe tumpuan rol-rol (dua Perletakan)


Rumus Umum δ untuk tipe tumpuan Rol – Rol:
R A x 3 P(x − a )3  R A L3 P(L − a )3 
δ= - + − + x
6EI 6 EI  6 LEI 6 LEI 
1.2.5 PEMBEBANAN DENGAN TIPE TUMPUAN JEPIT-JEPIT
Pembebanan dengan menggunakan tipe tumpuan jepit-jepit menggunakan
spesimen  6 mm atau □ 6 x 10 mm:

Gambar 1.5. Balok dengan tipe tumpuan jepit-jepit


Rumus umum defleksi untuk tipe tumpuan jepit-jepit:
6 A1a1 6 A2 b2   
MA.a + 2MC (a + b) + MB.b + + = 6EI  C + C 
L1 L2 a b 
Momen Inersia
bh 3
• Bentuk rektangular (spesimen □ 6 x 10 mm) I=
12
• Bentuk circular atau silinder (spesimen  6 mm) I =
( )
 d4
64

1.2.6 BAGIAN-BAGIAN UTAMA ALAT UJI LENDUTAN BATANG

Gambar 1.6. Bagian-bagian Utama Alat Uji Lendutan.


1. Rangka Alat Uji Lendutan Batang.
2. Slider beserta tumpuan.
3. Tempat penyimpanan spesimen.
4. Dudukan dial indikator.
1.3 ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
• Alat Uji Lendutan Batang
• Dial Indikator kecermatan 0,01 mm
• Mistar Ukur
• Batang uji profil rectanguler dan circuler
Bentuk rektangular adalah spesimen □ 6 x 10 mm
Bentuk circular adalah spesimen ○ 6 mm
Bahan spesimen uji yaitu SS AISI No 301
E spesimen = 1,97 x 106 kg/cm2

1.4 PROSEDUR PRAKTIKUM


1. Siapkan bahan dan alat praktikum
2. Pasang Dial Indikator pada dudukannya, ditengah-tengah batang
3. Pasang batang uji profil tertentu yang akan dilakukan percobaan
4. Lakukan pembebanan dari 230 gram sampai 920 gram (tambahkan setiap
230 gram) pada jarak a = 200 mm.
5. Catat besarnya defleksi yang terjadi pada Dial Indikator
6. Ulangi lagi pada jarak a = 250 dan 300 mm.
1.5 TUGAS
1. Hitung defleksi dengan jarak a pada masing-masing percobaan secara
teoritis?
2. Bandingkan hasilnya, antara defleksi secara teoritis dan hasil percobaan!
3. Buat grafik antara pembebanan Vs defleksi (teoritis dan percobaan) pada
masing-masing a (jarak beban)!

Tabel 5.1 Hasil Defleksi Batang (rektanguler & circular)

VARIASI L E I
P a (mm) (N/mm2) (mm4) δ teoritis δ percobaan
(N) (mm)
300 600
2.3 250 600
200 600
300 600
4.6 250 600
200 600
300 600
6.9 250 600
200 600
300 600
9.2 250 600
200 600

Keterangan:
I = Momen inersia
P = F = m x g = Pembebanan yang terjadi
m = massa (kg)
g = gaya gravitasi (m/s2)
L= Jarak tumpuan (mm)
E= Modulus elastisitas bahan.
δ = Defleksi batang (mm)
Jawaban:
Jawaban:
Jawaban:
BAB II
PERPINDAHAN PANAS KONDUKSI LINIER
2.1 Tujuan
1. Memahami dasar teori perpindahan panas
2. Memahami teori perpindahan panas konduksi
3. Dapat menjelaskan konduksi linier.
4. Memahami nilai konduktivitas thermal bahan.
2.2 Dasar Teori
Perpindahan panas sangat penting di bidang rekayasa teknik dan aspek-aspek
kehidupan. Banyak peralatan rumah tangga dibuat dengan memakai prinsip-prinsip
perpindahan panas, seperti: peralatan masak, oven, setrika, mesin mobil, knalpot,
pendingin ruangan dan lain-lain.

Tabel 2.1. Notasi

Prinsip kerja alat adalah ada sumber panas pada sisi kiri dan penyerap panas pada
sisi kanan sehingga ada perbedaan temperatur yang cukup besar (signifikan)
sepanjang logam yang diuji. Sumber panas berasal dari pemanas listrik, benda uji
beserta pemanasnya semua diisolasi. Benda uji terdiri brass, copper, aluminium dan
stainless steel dengan tebal 20 mm dan diameter 30 mm.
Energi yang terjadi pada heater di berikan pleh persamaan:
W = V x I …………………………………………………. (1)
Dimana:
W = Daya listrik (watt)
V = Tegangan listrik (volt)
I = Arus listrik (ampere)
Gambar 2.1. Perpindahan panas konduksi pada benda

Kualitas panas (ℚ) adalah sejumlah energy biasanya satuannya (Joules).


Laju Perpindahan energy adalah setiap perpindahan energy panas pada setiap waktu,
atau ℚ/t, yang dapat dinyatakan dalam persamaan:

(Watt) ...……………………………………. (2)

Maka: W= ………………………………………………. (3)

Gradien temperature linier sepanjang benda adalah: perubahan temperature per


satuan panjang benda. Distribusi temperatur saat pengujian didapat grafik seperti
dibawah: Gradien temperatur adalah:

…………………………………………….. (4)

Gambar 2.2. Gradien Temperatur Linier


Persamaan laju perpindahan panas termasuk luas budang perpindahan panas (A) dan
jarak antara dua temperature pengukuran adalah:

……………………………………… (5)

Atau
……………………………………… (6)

Dan persamaan konduktivitas thermal:

……………………………………… (7)

Atau
……………………………………… (8)

2.3. Alat Dan Bahan


Alat/peralatan untuk melaksanakan praktikum seperti gambar dibawah.
Sedangkan bahan yang diujikan berupa Brass, Steinless, copper dll.

Gambar 2.2. Alat Percobaan

2.4. Prosudur Percobaan


. a. Siapkan alat utama pengujian seperti gambar 2.2.
b. Siapkan peralatan uji Linier Heat Conduction (TD1002A)

Gambar 2.3. Linier Heat Conduction Experimental


c. Posisikan alat ukur temperature seperti gambar 2.6.

Gambar 2.6. Posisi Alat Ukur Temperatur

d. Pasangkan Spesimen uji pada alat uji.


e. Alirkan Air Melalui Selang air sehingga air bersirkulasi.
f. Hidupkan Power listrik.
g. Nyalakan Komputer
h. Atur input daya sebesar 30 watt.
i. Tunggu sampai keadaan dinyatakan steady dengan cara memperhatikan
perubahan temperature pada masing masing alat ukur tidak berubah
terlalu banyak.
j. Baca dan catat temperature T1 sampai dengan T7.
k. Ulangi prosudeur diatas dengan menseting daya input sebesar 50 Watt.
l. Matikan heter dan supply air.

2.5 Tabel Pengambilan Data

Tabel 2.1. Data Hasil Pengukuran


Power (W) T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7
30

50

Jarak dari 0 (m) 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 0,12


T1 (m) (m) (m) (m) (m) (m)

2.4. TUGAS
1. Buatlah grafik hubungan antara jarak termokople terhadap temperatur!
2. Hitung Gradient temperature dari garis temperature pada grafik (1)?
3. Hitung konduktivitas thermal pada setiap jarak!
4. Buat grafik hubungan antara posisi terhadap konduktivitas thermal!
5. Hitung nilai k bahan pada pemanasan 30 watt dan bandingkan dengan k pada
tabel!
Sebagian Bahan Acuan pembanding ada beberapa material dengan konduktivitas
thermal seperti berikut:
jawaban
Jawaban
Jawaban
jawaban
BAB III
FLAST POINT DAN FIRE POINT

3.1 Tujuan
• Mengetahui titik nyala (Flast Point) dan titik bakar (Fire Point) dari bahan
bakar
• Mengetahui pengaruh aditif atau campuran lain terhadap titik nyala dan titik
bakar.

3.2 Dasar Teori


Secara umum bahan bakar dibedakan menjadi:
• Bahan Bakar padat, antara lain: batu bara, kayu dan ampas.
• Bahan bakar cair, antara lain: bensin, solar, minyak tanah.
• Bahan bakar gas antara lain: natural gas, petroleum gas, biogas
Bahan bakar cair merupakan hydrokarbon komponen yang didapat dari sumber alam
maupun secara buatan. Beberapa keunggulan bahan bakar cair dibandingkan bahan
bakar padat antara lain:
➢ Handlingnya yang mudah
➢ Menggunakan alat bakar yang lebih kompak
➢ Keberhasilan dari hasil pembakarannya.
Salah satu kekurangan adalah harus melalui proses pemurnian yang cukup komplek.
Dalam suatu bahan bakar cair, karakteristik yang perlu diperhatikan adalah besarnya
flast point dan fire point.
• Flast Point adalah temperatur pada keadaan dimana uap diatas bahan bakar
akan terbakar dengan cepat (meledak) apabila nyala api didekatkan padanya.
• Fire Point adalah temperatur pada keadaan dimana uap diatas permukaan
bahan bakar secara kontinyu apabila nyala api didekatkan padanya.
Flast point dan fire point penting untuk mengetahui karakteristik kestabilan bahan
bakar terhadap kemungkinan menyala/terbakar. Juga untuk mempertimbangkan cara
penanganan serta deliveri yang aman.

3.3 PERALATAN PRAKTIKUM


• Flash point tester, dengan asesoris: 1 test inset with cover & cup, 1
termometer, 1 stirrer coupling, 1 dripping vessel, 1 holder.
• Bahan bakar solar
• Aditif, menggunakan Diesel Fuel Testment & Injector Cleaner with
antigel/cold flow improver, FL.oz (236 ml); atau aditif lainnya
• Gas LPG.

Gambar 3.1. alat uji

15
3.4 PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Sebelum melakukan percobaan, semua komponen peralatan ada dalam
keadaan bersih (cup/cawan, stirrer).
2. Bahan bakar yang akan diuji dimasukkan kedalam cawan/cup sesuai dengan
ukuran yang ada pada cup/cawan. Tutup dari cup/cawan tidak boleh basah.
3. Cawan diletakkan pada alat, kemudian dipasang tutupnya. Stirrer
dihubungkan kemotor pengaduk (stirring motor), termometer harus dipasang
dengan baik.
4. Setelah alat-alat dengan baik terpasang lalu saklar stirrer dipasang.
5. Nyala api pemandu (pilot flame) dinyalakan dari aliran bahan bakar gas
dengan panjang nyala ± 4 mm dan disiapkan di mulut penutup celah
(shutter).
6. Nyalakan pemanas penutup sehingga suhu bahan bakar naik tidak lebih dari
5 0C/menit. (Prediksi terlebih dahulu karakter bahan bakar).
7. Operasikan alat penutup celah (shutter) sehingga api pemandu turun/masuk
kedalam cawan/cup. Dan biarkan ± 1 detik, setelah itu kembalikan shutter
pada posisi semula. Cara mengoperasikan shutter adalah dengan memuntir
knop hitam searah jarum jam ± 150
8. Apabila saat api pemandu masuk kedalam uap bahan bakar “tersulut” maka
suhu yang terbaca pada termometer adalah flash point bahan bakar uji.
9. Prosedur nomor 7 diatas dilakukan lagi untuk setiap kenaikan suhu
40C/menit hingga titik nyala tercapai.
10. Apabila flash point yang tercapai pada prosedur nomor 7 diatas dilanjutkan
hingga tercapai fire point (suhu pada mana uap bahan bakar akan
terbakar/nyala secara tetap).
11. Hentikan pemanasan (heater dimatikan) dan prosedur nomer 7 dilakukan lagi
untuk penambahan aditif, hingga tercatat kembali, fire point dan flash point.
12. Pengujian dilakukan berkali-kali, minimum 3 kali untuk satu bahan bakar.
13. Pengujian selesai, padamkan api pemandu, bersihkan semua alat hingga
benar-benar kering.

Gambar 3.2. Gambar Skematik

16
3.5 PENGUMPULAN DATA
Data yang dicatat dalam pengujian

Tabel 3.1 Data Hasil Pengujian


Campuran Bahan Bakar Temperatur (0 C)
Solar (ml) Aditif (ml) Flash Point Fire Point
66 0

66 4

66 12

3.6 Tugas
1. Buatlah grafik hubungan jumlah zat aditif dan temperatur untuk flash point
dan fire point!
2. Berilah penjelasan/analisa hasil pengujian!

17
Jawaban

18
Jawaban

19
Jawaban

20
BAB IV
IMPACT JET

4.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui gaya yang dihasilkan oleh sebuah jet air yang menumbuk
permukaan sebuah pelat atau pembelok yang merupakan laju perubahan
momentum.
2. Mengetahui perbedaan gaya yang dihasilkan dengan pembelok yang berbeda.
3. Menambah pengetahuan cara kerja alat dan pengoprasian alat uji.
4. Membandingkan sekaligus membuktikan teori-teori yang didapat dibangku
kuliah, dengan kenyataan dilapangan.

Gambar 4.1. Alat uji

4.2 Dasar Teori


Impect Jet digunakan untuk mengetahui gaya yang dihasilkan oleh sebuah jet
air yang menumbuk permukaan sebuah pelat atau pembelok. Perubahan kecepatan
fluida akibat pembelok mengakibatkan laju perubahan momentum, dimana oleh
Newton dikatakan sebagai Hukum Newton II tentang gerakan.
Daftar Simbol yang Digunakan:
A = Luasan penampang melintang dari jet (m2)
F = Gaya normal diatas permukaan bidang tumbukan (Newton)
S = Gaya reaksi pada permukaan bidang tumbukan (Newton)

m = Laju aliran massa (kg/dt)


n = Konstanta
V = Kecepatan jet (m/dt)
P = Kerapatan massa jet air (kg/m2)
θ = Sudut antara arah jet dengan permukaan bidang tumbukan.

4.2.1 BIDANG TUMBUK PELAT DATAR


(Diameter Nozzle adalah 5 mm dan 8 mm)
Gaya teoritis di atas bidang tumbuk:
F = ρ A V2
Dimana:
ρ = kerapatan fluida (untuk air ρ = 1000 kg/m3)
A1 = 1,9634 x 10-5 m2 (untuk diameter nozzle 5 mm)
V = kecepatan fluida (m/dt)

18
Bila k = ρ A dan n = 2 (untuk kedua nozzle)
Maka akan diperoleh:
a. Untuk nozzle 8 mm maka k = 0,0502
b. Untuk nozzle 5 mm maka k = 0,0196

4.2.2 BIDANG TUMBUK CONICAL


Gaya teoritis diatas bidang tumbuk

F= m V sin θ
Dimana:

m= ρ A V
sin θ = 0,707
Komponen vertikal searah jet (tumbukan) S:
S = F sin θ

= m V sin θ sin θ

= m V sin2 θ
Maka
S = ρ A V2 sin2θ
Sehingga k = ρ A sin2θ dan n = 2 (untuk ke dua nozzle)

4.2.3 BIDANG TUMBUK HEMISPHERICAL


Hubungan antara F dan V adalah sebagai berikut:
n
F=kV
Dimana k dan n adalah konstanta
sehingga log F = log k + n log V
Perubahan dalam kecepatan = V – (-V) = 2V

Perubahan dalam momentum = m 2V


• •

Gaya dalam arah jet air F = 2 m V, dimana m = ρ A V


Maka
F = 2 ρ A V2
Dengan k = 2 ρ A dan n = 2 (untuk 2 nozzle)

4.3 PERHITUNGAN-PERHITUNGAN
a). Bidang Tumbuk Datar
Secara Teoritis:
Dengan perhitungan, F = ρ A V2 Newton

2
Nozzle 5 mm, F = V
50,9
2
Nozzle 8 mm, F = V
19,9
Hasil percobaan (dari kertas grafik)
Nozzle 5 mm, log F = m log V + C
Bila log F = +1 dan log F = -1 maka:
1 = m 2,53 + log C
- 1 = m 1,44 + log C
Maka diperoleh m = 1,83 sehingga log C = - 3,6299

19
Jadi
V 1,83
F=
37,7
V 1,90
Cara yang sama untuk nozzle 8 mm, didapat F =
15,7
b). Bidang Tumbuk Conical
Dengan perhitungan, F = ρ A V2 sin θ
V2
Nozzle 5 mm, F =
72
V2
Nozzle 8 mm, F =
28
Hasil percobaan (dari kertas grafik)
Nozzle 5 mm, log F = m log V + C
Bila log F = +1 dan log F = -1 maka:
1 = m 3,15 + log C
- 1 = m 1,95 + log C
Maka diperoleh m = 1,67 sehingga log C = - 4,2605
V 1,67
Sehingga F =
71
Cara yang sama untuk nozzle 8 mm adalah;
V 1,82
F=
44
c). Bidang Tumbuk Hemispherical
Dengan perhitungan, F = 2 ρ A V2
V2
Nozzle 5 mm, F =
25,25
V2
Nozzle 8 mm, F =
9,9
Hasil percobaan (dari kertas grafik)
Nozzle 5 mm, log F = m log V + C
Bila log F = +1 dan log F = -1 maka:
1 = m 2,32 + log C
- 1 = m 1,24 + log C
Maka diperoleh m = 1,85 sehingga log C = - 3,2963
V 1,85
Sehingga F =
27
Cara yang sama untuk nozzle 8 mm adalah;
V 1,92
F=
10,2

20
4.4 ALAT-ALAT PRAKTIKUM
a. Vane type : Flat, Conical, hemispherical
b. Nosel : 5 mm dan 8 mm
c. Massa : 3,0 kgm
d. Impact jet : Panjang 225 mm, Lebar 160 mm dan tinggi 450 mm
e. Stop watch

Gambar 4.2 Skematik Alat Percobaan Impect Jet


Keterangan:
1. Beban pembalans berupa butiran-butiran timah
2. Bidang tumbuk yang dapat diganti-ganti (datar dan hemispherical)
3. Nozzle yang dapat diganti-ganti (diameter 5 mm dan 8 mm)
4. Bak penampung air yang jatuh dari nozzle
5. Tabung kaca yang berisi skala untuk membaca jumlah air yang keluar dari
nozzle yang ditampung di bak penampungan (liter)
6. Bak sumber air
7. Inlet (bar)
8. Pompa
9. Outlet (bar)
10. Tabung kaca
11. Tiang penyeimbang antara semprotan air dengan beban pembalans
12. Katup berupa kran.

(a) (b) (c)

21
Keterangan
a) Bidang tumbuk datar yang ditumbuk oleh gaya sebesar F.
b) Bidang tumbuk hemispherical yang ditumbuk oleh gaya yang sama.
c) Nozzle dengan diameter 5 mm dan 8 mm.

4.5 PROSEDUR PERAKTIKUM


a. Susunlah peralatan dengan Nozzele 5 mm dan pembelok normal (pelat datar)
yang telah dilengkapi talam yang berisi massa yang telah
ditentukan/ditimbang (mengikuti petunjuk teknis). Jarak antara nozzel
dengan permukaan bidang tumbuk diatur sedemikian rupa pada posisi
pengambilan data.
b. Hidupkan pompa
c. Bukalah katup pengontrol aliran hingga terbuka penuh.
d. Aturlah katup pengontrol aliran sehingga diperoleh kondisi kesetimbangan
(balans) antara gaya aksi jet air dengan gaya reaksi massa pemberat diatas
talam.
e. Perhatikan bentuk dari jet air yang dibelokkan diatas permukaan bidang
tumbuk.
f. Catat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai volume 10 liter air.
g. Kurangi massa diatas talam, atur kembali katup pengontrol aliran, lakukan
kembali kegiatan (d sampai dengan f).
h. Kegiatan (g) diulangi untuk 8 ulangan pengambilan data.
i. Tutuplah katup pengontrol, matikan pompa dan percobaan dapat dilanjutkan
untuk percobaan nozzele 8 mm.
j. Gantilah nozzele 5 mm dengan nozzele 8 mm.
k. Ulangi kegiatan a sampai dengan i.
l. Ulangi percobaan diatas untuk bidang tumbuk conical dan hemispherical.

4.6 TUGAS
1. Buatlah tabel hasil-hasil percobaan
2. Buatlah grafik hubungan F dengan V untuk masing-masing bidang
tumbukan
3. Buatlah tabel hasil-hasil perhitungan
4. Analisalah hasil pecobaan dan perhitungan yang telah diperoleh!

Tabel 4.1 Data percobaan Nozzle (5 mm/8 mm) – (datar/hemispherical/conical)


No Massa pembalan Waktu untuk Tekanan
(gram) 10 liter (detik) Inlet (bar) Outlet (bar)
1

22
Tabel 4.2 Hasil perhitungan percobaan
No Balance Pressure Debit Kecepatan Gaya F
Weight (bar) (liter/min) jet (m/s) (N)
(gram)
1

23
Jawaban

24
Jawaban

25
Jawaban

26

Anda mungkin juga menyukai