Anda di halaman 1dari 8

EPIDEMIOLOGI

• Internasional

Jumlah kasus kusta di dunia tahun 2015


adalah sekitar 210.758. paling banyak di
regional Asia Tenggara (156.118), Amerika
(28.806), Afrika (20.004)

14 negara melaporkan lebih dari 1000/lebih


kasus baru selama tahun 2015. secara global
terjadi penurunan kasus baru, namun di
Bangladesh, kongo, ethopia, india dan
Indonesia mengalami peningkatan kasus
baru.
Indonesia

Indonesia telah mencapai status eliminasi


kusta, yaitu prevalensi kusta <1 per
10.000 penduduk (<10 per 100.000
penduduk), pada tahun 2000.
Setelah itu Indonesia masih bisa
menurunkan angka kejadian kusta
meskipun relatif lambat.
Angka prevalensi kusta di Indonesia tahun
2017 sbesar 0,70 kasus/10.000 penduduk
dan penemuan kasus baru sebesar 6,08
kasus per 1000.000 penduduk
PATOGENESIS

M. Leprae menginfeksi sel schwann  memicu cell-mediated


immune respose  terjadi reaksi inflamasi kronis  perineurium
swelling  menyebabkan ischemia, apoptosis bahkan
Gejala klinis sebanding dengan reaksi selular yang terjadi, daripada
intensitas infeksi

CMI Rendah CMI Tinggi

Makrofag Makrofag
Makrofag tidak mampu berubahmenjadi
mengahncurkan bakteri epiteoid/bersatu jd sel menghancurkan
datia langhans bakteri

bermultiplikasi secara
kerusakan saraf dan
bebas dan merusak
jaringan sekitar (tipe
jaringan (tipe
tuberkuloid).
lepromatosa)
KLASIFIKASI

Madrid Ridley-Jopling WHO


I, T, B, L TT, BT, BB, BL,
LL PB (I, TT, sebagian
besar BT, BTA negatif)

MB (BB, BL, LL,


sebagian BT, B dan L,
BTA positif)
Cacat Kusta
• Terjadi akibat gangguan fungsi saraf pada mata, tangan atau kaki. Semakin
lama waktu pertama kali ditemukan tanda dini hingga dimulainya
pengobatan maka akan semakin besar resiko timbul kecacatan akibat
kerusakan saraf yang progresif
• Terdapat 2 mekanisme cacat :
1. cacat primer yang disebabkan oleh aktivitas penyakit, terutama
kerusakan akibat respon jaringan terhadap M. leprae
• Anestesia, claw hand, kulit kering
2. cacat sekunder terjadi akibat cacat primer, terutama akibat adanya
kerusakan saraf
• Ulkus, lagoftalmus dan kontraktur
Cacat Kusta Menurut WHO

Sumber: Depkes RI, 2006 : 96


Upaya Pencegahan Cacat
• Pengobatan pasien dengan MDT-WHO sampai RFT
• Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin
• Penanganan reaksi
• Perawatan diri
• Penggunaan alat bantu
• Rehabilitasi medis ( operasi rekonstruksi)

Prinsip pencegahan kecacatan dan bertambah beratnya kecacatan pada dasarnya


adalah 3M yaitu: Memeriksa mata, tangan dan kaki secara teratur; melindungi
mata, tangan dan kaki dari trauma fisik dan merawat diri (Kemenkes RI, 2012).

Anda mungkin juga menyukai