Anda di halaman 1dari 6

ASPEK HUKUM DALAM PELAKSANAAN PROYEK

Pada masa pelaksanaan pembangunan proyek banyak terjadi hal-hal yang tidak
diharapkan yang menyebabkan gagalnya tujuan pencapaian proyek
(pencapaian mutu, waktu dan biaya).

Hal-hal tersebut antara lain berupa : perubahan desain, kondisi tanah yang
berbeda dengan data geologi yang diberikan owner, kondisi moneter dan
sebagainya.

Kondisi ini seringkali akan menyebabkan pekerjaan tambah kurang yang tidak
langsung mempengaruhi terhadap total biaya, waktu dan mutu pelaksanaan
yang pada akhirnya sering menyebabkan permasalahan aspek hukum.
 
Beberapa permasalahan aspek hukum yang menjadi isu penting dalam
industri konstruksi antara lain meliputi :
1. Klaim akan kompensasi terhadap waktu dan biaya
2. Perselisihan (dispute)
3. Penyelesaian perselisihan (dispute settlement), dll
Menurut Prof. Subekti
‘’ Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya. ’’
 
Berarti kontrak/perjanjian tertulis haruslah dipatuhi oleh pihak
sebagai :
1. Pedoman pelaksanaan
2. Alat pengawasan
3. Pemenuhan hak
4. Kewajiban para pihak
 
Kontrak yang dapat berfungsi dengan baik sebagai undang-undang
para pihak ialah :
5. Kontrak yang menimbulkan rasa keterikatan para pihak untuk mematuhi isi
serta sukma kontrak
6. Kontrak yang telah memasukkan isi serta sukma peraturan perundang-
undangan yang terkait
7. Kontrak tersebut haruslah absah
Menurut KUH Perdata pasal 1320, suatu kontrak adalah sah
bila memenuhi 4 syarat yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya


2. Cakap membuat suatu perjanjian
3. Mengenai suatu hal tertentu
4. Suatu kausa yang halal
Hukum Perjanjian
Perjanjian : Suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau
dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. (Prof
Subekti)
Perikatan : Suatu hubungan hukum antara 2 orang atau 2 fihak berdasarkan
yang mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain
dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.
[ Kreditur dan Debitur ] = perjanjian tertulis = kontrak
 
Yang melakukan perjanjian adalah orang yang cakap dan mampu
untuk membuat perjanjian, menurut KUH Perdata pasal : 1330 orang
yang tidak cakap membuat perjanjian adalah :
1. Orang yang belum dewasa
2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan
3. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang dan
semua orang yang dilarang oleh undang-undang membuat perjanjian
tertentu. (tanggal 4-8-1963 berdasarkan surat edaran MA dicabut hal tsb)
4. Sebab yang halal

Anda mungkin juga menyukai