Anda di halaman 1dari 58

12 KEBUDAYAAN YANG

MEMPENGARUHI KEHIDUPAN
KITA
PERKEMBANGAN DUNIA

• Gadget telah menjadi salah satu serangan


terhadap kehidupan keluarga kita hari-hari ini.
• Seiring maraknya perkembangan dan
penggunaan gadget di masyarakat, nilai-nilai
keluarga sedang digiring kepada budaya yang
individualistis.
KOMUNIKASI YANG MELIBATKAN INTERAKSI
MENTAL DAN FISIK SECARA INTERPERSONAL
TELAH BERUBAH MENJADI KATA, EMOTICONS.
UNGKAPAN KASIH SAYANG LEWAT BELAIAN DAN
SENTUHAN TELAH TERGANTIKAN DENGAN
SEBUAH PERANGKAT ELECTRONIC YANG TELAH
MENJADI SEGALANYA DALAM KOMUNIKASI
KELUARGA KITA
1. KEBUTUHAN UNTUK
ONLINE
• Tiba-tiba saja dunia kita mengalami banyak
pergeseran. Satu diantaranya: online telah
menjadi kebutuhan utama yang mempengaruhi
banyak individu, keluarga bahkan gereja.
• Getting online telah menjadi sebuah pelarian
terhadap masalah-masalah yang seharusnya
dihadapi dan tanggung jawab yang seharusnya
dikerjakan.
• Internet is not spiritual realm, meskipun
berada di dunia maya (dunia yang tidak
kelihatan).
• Dunia maya sarat dengan kebohongan yang
penuh janji.
• Meskipun terdapat banyak informasi yang
dapat kita akses dengan mudah, namun tidak
semua yang kita terima dari internet / dunia
maya merupakan kebenaran.
• Update status di social media telah menjadi
gaya hidup baru yang mempengaruhi
komunikasi di dalam keluarga dan
mempengaruhi bagaimana cara kita
menggunakan waktu-waktu kita.
2. DIALOG MENJADI SEMAKIN SULIT
• Akibat dari mewabahnya budaya online di
masyarakat, budaya dialog menjadi semakin
sulit. Orang-orang tertentu merasa lebih
mudah menangkap dan dipengaruhi pesan
yang mereka baca melalui social media
(seperti facebook, twitter, path, dll), daripada
dengan cara berdialog.
• Kebutuhan akan dialog tidak dapat digantikan
oleh komunikasi online
• Ekspresi manusia telah digantikan oleh
simbol-simbol emoticon dalam aplikasi chat
kita.
• Manusia menjadi lebih mudah
mengekspresikan dirinya di dunia maya
daripada melalui interaksi langsung melalui
pertemuan tatap muka dan dialog.
• Internet tidak dapat menjadi substitusi
terhadap kebutuhan akan hubungan, karena di
dalam dunia maya manusia cenderung lebih
mudah untuk berpura-pura (hidup dalam
kepura-puraan).
3. MENURUNNYA LOYALITAS
• Ketika dialog semakin sulit, maka loyalitas
akan menurun.
• Komunikasi bukan hanya tentang apa yang
ingin kita sampaikan (isi pesan). Tapi juga
memuat kandungan emosi, intonasi, ekspresi
wajah dan sentuhan yang tidak dapat
digantikan dengan komunikasi online.
• Loyalitas adalah bentuk komitmen yang
ditandai oleh penyerahan waktu dan hak.
• Komunikasi dan interaksi langsung yang
melibatkan emosi, intonasi, ekspresi dan
sentuhan, membentuk terjadinya loyalitas.
• Namun sebaliknya, komunikasi melalui media
secara online justru mengakibatkan makin
menurunnya loyalitas.
4. KONSUMERISME MENJADI
ALTERNATIF UNTUK MENGISI
KEKOSONGAN
• Karena loyalitas menurun, banyak orang mulai
mengalami kekosongan. Interaksi melalui
media secara online tidak dapat menjadi
substitusi (pengganti) bagi kebutuhan akan
hubungan melalui interaksi / komunikasi
secara langsung.
• Itu sebabnya, budaya online menghasilkan
serangan "kekosongan." Sebagai bentuk
pelarian dari kekosongan tersebut, manusia
menjadi semakin konsumtif.
• Konsumerisme telah menjadi trend yang
menjangkiti budaya generasi kita disebabkan
oleh "kekosongan" sebagai hasil dangkalnya
hubungan yang diakibatkan budaya online.
• Kita tidak menjadi konsumtif karena kita
ingin. Kita menjadi konsumtif karena hal
tersebut di-create (diciptakan / dibentuk) oleh
sistem dunia ini.
• Dunia kita sedang dilanda dengan market-
trend. Segala sesuatu mengikuti trend
• Gereja pun berpotensi terseret oleh arus
market-trend
• Akibatnya, pendekatan pelayanan yang gereja
lakukan lebih berdasarkan segmentasi dan
permintaan pasar, bukan berpusat pada
kehendak Tuhan.
• Mengetahui permintaan jemaat lebih penting
daripada mengetahui kehendak Tuhan.
GEREJA PERLU KEMBALI PADA HATI
TUHAN DAN PADA TUJUAN ORIGINAL
TUHAN MENJADIKAN GEREJA DI
DUNIA INI.
• Di dunia yang serba online, segala sesuatu
lebih mudah dipasarkan. Bentuk pemasaran
dan penjualan (sales) mengalami perubahan
secara drastis.
• PRINSIP YANG PERLU KITA KETAHUI:
Kemudahan menjadi musuh bagi proses.
• Di tengah arus market-trend yang melanda
generasi kita, salah satu hal yang saat ini
paling banyak diperjual-belikan ialah:
hubungan.
• Hal tersebut terbukti dengan maraknya bisnis-
bisnis yang berbasis network (jaringan) seperti
MLM atau bisnis-bisnis semacamnya.
• PRINSIP YANG HARUS KITA PAHAMI:
Tanpa nilai-nilai Kerajaan yang kuat,
nilai-nilai hubungan akan mudah
bergeser menjadi semakin manipulatif.
5. HILANGNYA
RASA BERSALAH
• Akan muncul sebuah trend baru berupa
hilangnya rasa bersalah karena kegagalan atau
kesalahan.
• Sebenarnya manusia perlu memiliki rasa
bersalah yang sehat untuk mengetahui
kesalahan yang mereka lakukan.
• Rasa bersalah yang baik akan menggiring
seseorang untuk menjauhi dosa atau
menggiring orang pada pertobatan. Tidak
semua rasa bersalah adalah hal yang buruk.
Lack of guilt shows that your
conscience is not working
• Tidak adanya rasa bersalah menunjukkan
bahwa hati nurani kita tidak lagi berfungsi.
• Sebagai akibatnya tindak kejahatan akan
semakin berkembang. Kejahatan berkembang
karena tidak ada lagi rasa bersalah ketika kita
melakukan dosa.
• PRINSIP YANG HARUS KITA KETAHUI:
Hati nurani berfungsi sebagai "wasit" yang
memandu serta memberitahu apakah tindakan
yang kita ambil benar atau salah.
Semakin terbiasa kita melakukan
ketidakbenaran dan mengabaikan suara hati
nurani kita, maka hati nurani kita akan
semakin tumpul (tidak berfungsi).
6. TIDAK MEMPERCAYAI
OTORITAS
• Kekacauan terjadi ketika orang-orang tidak
lagi mempercayai otoritas. Mereka menuntut
kesamaan level. Padahal otoritas bukan
tentang perbedaan level, melainkan tentang
perbedaan fungsi dan kepercayaan
• Otoritas di dalam keluarga perlu ditegakkan.
Suami harus berfungsi sebagai kepala untuk
membawa keluarga mereka hidup di dalam
budaya Kerajaan Allah.
• Dosa masuk karena pria tidak mengambil
tanggung jawab dan menggunakan otoritas
yang Allah berikan untuk membawa ia dan
keluarganya hidup dalam kehendak Tuhan.
• "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti
kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri
sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah
yang menyelamatkan tubuh." (Efesus 5:22-23)
• Dasar bagi perintah "tunduklah kepada suamimu"
bukanlah karena perbedaan tingkatan, melainkan
karena perbedaan fungsi. Suami dan isteri adalah
dua pribadi yang setara dihadapan Tuhan. Itu
sebabnya sebelum perintah di dalam Efesus 5:22-
23 itu diberikan, terdapat Efesus 5:21 yang
menjadi dasar bagi ayat tersebut.
• "... dan rendahkanlah dirimu seorang kepada
yang lain di dalam takut akan Kristus.
• "... submitting to one another in the fear of
God ..." (Ephesians 5:21)
• Dasar yang diberikan untuk perintah
"tunduklah kepada suamimu" harus didahului
oleh perintah untuk "saling menundukkan diri"
(submitting to one another).
• PRINSIP YANG HARUS KITA KETAHUI:
Jadi penundukkan diri tidak menandakan
bahwa kita berada pada level yang lebih
rendah. Penundukkan diri berarti memberi diri
untuk berfungsi pada fungsi yang telah
TUHAN tetapkan bagi kita.
• Alasan mengapa kita "saling menundukkan
diri" satu sama lain sebagai suami-isteri, ialah
karena kita menghormati Tuhan yang
menciptakan pernikahan.
• Alkitab menggunakan istilah "di dalam takut
(hormat) akan Kristus."
7. KEPERCAYAAN TERHADAP
INSTITUSI MULAI MENURUN
• Saat ini wabah ketidakpercayaan semakin
menyerang masyarakat kita.
• Orang-orang kaya lebih mudah
mempercayakan dana mereka kepada
sukarelawan atau lembaga sosial daripada
kepada institusi-institusi mana pun.
• Telah terjadi ketidakpercayaan terhadap
banyak institusi yang ada dunia ini.
• Kepercayaan menjadi hal yang sangat mahal.
• Itu sebabnya, kita harus membangun gereja /
keluarga yang berintegritas dan bisa dipercaya.
• Sebagai salah satu institusi, gereja harus
memiliki karakteristik yang bisa dipercaya untuk
mengelola dan menyalurkan berkat-berkat Allah.
• Kehadiran gereja dan keluarga harus menjadi
kesaksian untuk menggiring dunia agar
mempercayai dan mempercayakan hidup (dan
finansial) mereka kepada Kristus.
8. PRIVATISASI AGAMA
• Ketika manusia menjadi semakin
individualistis, maka agama-agama menjadi
semakin terprivatisasi.
• Bahkan telah muncul kekristenan yang
menolak gaya hidup komunal, karena mereka
berpikir bahwa iman hanyalah urusan pribadi
mereka dengan Tuhan.
• Cyber-church akan segera menjadi sebuah
tawaran dan trend di mana orang tidak lagi
merasa perlu berkomunitas. Mereka hanya
perlu melakukan streaming melalui internet
untuk mengikuti kebaktian dan mendengarkan
khotbah.
• Dengan begitu, mereka menutup diri terhadap
gaya hidup "saling." Mereka menutup diri
terhadap teguran, otoritas rohani, tanggung
jawab untuk berkorban, melayani sesuai
dengan karunia, mengalami gesekan, dan
berdiskusi / berdialog tentang iman mereka.
9. MENGEJAR TUJUAN YANG
LEBIH BESAR
• Masyarakat kita telah mengalami kesadaran
akan pengejaran terhadap "tujuan yang lebih
besar."
• Di generasi kita, kesempatan / peluang untuk
"mengejar tujuan yang lebih besar" semakin
terbuka lebar.
• Manusia menjadi semakin egois, ambisius,
individualis dan mengandalkan dirinya sendiri.
• Ketika orang makin dimotivasi dan didorong
untuk mengandalkan diri sendiri, maka mereka
akan mengeluarkan Tuhan dari kehidupan
mereka.
• Kehidupan mereka lebih dibangun di atas
dasar "kesadaran akan diri sendiri" daripada di
atas dasar "kesadaran akan Allah."
10. MISI PRIBADI MENJADI
SEMAKIN BERBEDA-BEDA
• "Personal mission become diverse" merupakan
gejala dari meningkatnya individualisme.
• Budaya dunia sedang berusaha membentuk
kita menjadi individualis dan independen di
dalam nilai-nilai.
• Manusia menjadi semakin didorong untuk
memperjuangkan kepentingannya sendiri dan
bukan kepentingan Kerajaan Allah.
• Dampaknya ialah: setiap anggota keluarga (atau gereja)
menjadi semakin sulit untuk mengalami kesatuan.
Kesatuan (unity) yang dimaksud bukanlah keseragaman
(uniformity), melainkan menjadi satu dengan tujuan
Kerajaan Allah di dalam segala perbedaan yang kita
miliki.
• Jika orang-orang semakin diberi peluang untuk memiliki
nilai-nilai yang berbeda dan independen karena budaya
individualisme, humanis dan ambisius, mereka semakin
sulit disatukan dalam nilai-nilai dan misi Kerajaan Allah.
• Keluarga dan gereja ikut mengalami tekanan
untuk menjadi individualis dan menjauhi gaya
hidup komunal.
• PRINSIP YANG HARUS KITA KETAHUI:
Tanpa gaya hidup komunal, kita tidak akan
dapat memuridkan dunia.
11. LEBIH MEMPERCAYAI HASIL
REVIEW DARIPADA HASIL
DISKUSI BERSAMA
• Hari-hari ini dan hari-hari ke depan, review
akan semakin menjadi sebuah kebutuhan.
• Film, buku, tempat makan, tempat berlibur
dapat kita ketahui melalui hasil review.
• Namun ada hal-hal yang tidak bisa kita kenali
melalui review.
• Ketergantungan terhadap hasil review dapat
mempengaruhi bagaimana kita seharusnya
menjalani proses.
• Hasil review tidak dapat menggantikan hasil
diskusi bersama.
• Mengetahui segala sesuatu hanya dengan
mencari review, dapat memberi kesempatan
bagi tumbuhnya kemalasan.
• Sebagai akibatnya gereja dapat dengan mudah
terperangkap dalam tipuan Iblis sebagai akibat
salah informasi yang diterima melalui hasil
review.
• Dalam banyak hal, keputusan yang kita buat di
dalam keluarga atau gereja haruslah
merupakan hasil dari diskusi bersama, bukan
sekedar hasil review yang kita terima dari
sumber-sumber yang tidak memiliki warna
Kerajaan Allah.
• Gereja tidak boleh malas untuk menggali dan
mencari tahu apa yang perlu mereka ketahui &
mengkritisi segala sesuatu dalam terang firman
kebenaran.
12. PEMBAYARAN SECARA
TUNAI DIGANTIKAN DENGAN
PEMBAYARAN MELALUI
GADGET/PEMBAYARAN ONLINE
• Bentuk pembayaran ke depan akan mengalami
perubahan. Penggunaan uang tunai dan cek semakin
berkurang.
• Metode pembayaran cepat via online dan aplikasi-
aplikasi tertentu yang ada di gadget kita, menjanjikan
kecepatan dan kepraktisan tingkat tinggi dalam proses
pembayaran dan transaksi keuangan lainnya.
• Manusia sedang digiring pada kebudayaan serba instan
dan tidak menghargai proses. Manusia menjadi lebih
"tidak sabar" dan "serba terburu-buru" karena budaya
telah memberi mereka pengaruh sedemikian rupa agar
semuanya "serba cepat" (instant).
Tujuan dari semuanya ini (12
Kebudayaan Yang Mempengaruhi Kita)
ialah: menumbuhkan individualisme.
• Individualisme merupakan musuh dari nilai-
nilai keluarga. Individualisme merupakan
musuh dari gaya hidup komunal.
• Gereja dan keluarga harus memiliki gaya
hidup "Trinitas" (gaya hidup komunal). Gaya
hidup komunal (Trinitas) bertentangan dengan
gaya hidup individualistis.
Church: the manifestation of
unseen Jesus!
KITA VS AKU
• "MARILAH KITA" VS "AKU HENDAK,
AKU MAU”
• AKU harus semakin dikeluarkan dari KITA!
Di dalam KITA harus ada SALING!

Anda mungkin juga menyukai