Anda di halaman 1dari 11

Pembunuhan

Marsinah
Rafael Evan/27/XI IPS I
Kronologi
kejadian
Marsinah

Lahir pada 10 April 1996 di Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur. Ia adalah seorang aktivis dan buruh pabrik pada
masa Orde Baru, yang bekerja di PT. Catur Putra Surya, porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Pada awal tahun 1993
Gubenur Jawa Timur mengeluarkan surat edaran No. 50/Th. 1992 yang berisi imbauan kepada pengusaha agar
menaikan gaji sebesar 20% gaji pokok. Imbauan tersebut tentunya disambbut baik oleh para karyawan, namun di
sisi pengusaha berarti tambahnya beban pengeluaran perusahaan. Pada pertengahan April 1993, PT. Catur Putra
Surya (PT. CPS) Porong membahas surat edaran tersebut dengan resah. Akhirnya, karyawan PT. CPS
memutuskan untuk unjuk rasa tanggal 3 dan 4 Mei 1993 menuntut kenaikan upah dari Rp1700 menjadi Rp2250.
Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara lain terlibat dalam rapat yang
membahas rencana unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di Tanggulangin, Sidoarjo. 4 Mei 1993, para
buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk perusahaan harus menaikkan upah
pokok dari Rp1.700 per hari menjadi Rp2.250. Tunjangan tetap Rp550 per hari mereka perjuangkan
dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang absen. Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993, Marsinah
masih aktif bersama rekan-rekannya dalam kegiatan unjuk rasa dan perundingan-perundingan.
Marsinah menjadi salah seorang dari 15 orang perwakilan karyawan yang melakukan perundingan
dengan pihak perusahaan. Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap
menghasut unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di tempat itu mereka
dipaksa mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah
karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan
keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10
malam, Marsinah lenyap. Jasad Marsinah baru ditemukan pada 9 Mei 1993 di hutan Dusun Jegong,
Nganjuk, Jawa Timur. Namun, hasil forensik menyatakan Marsinah sudah tewas sehari sebelumnya. Empat
hari usai kejadian, tepatnya pada 9 Mei, jasad Marsinah baru ditemukan secara mengenaskan di sebuah
gubuk di daerah Nganjuk, sekitar 200 km dari tempatnya bekerja. Kematian Marsinah yang tidak wajar itu
mendapat reaksi keras dari para aktivis dan masyarakat luas. Mereka menuntut pihak aparat keamanan
untuk menyelidiki dan mengadili para pelakunya. Delapan petinggi PT CPS ditangkap secara diam-diam dan
tanpa prosedur resmi, termasuk Mutiari selaku Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya perempuan
yang ditangkap, mengalami siksaan fisik maupun mental selama diinterogasi di sebuah tempat yang
kemudian diketahui sebagai Kodam V Brawijaya.
Setiap orang yang diinterogasi dipaksa mengaku telah membuat skenario dan menggelar rapat untuk
membunuh Marsinah. Pemilik PT CPS, Yudi Susanto, juga termasuk salah satu yang ditangkap. 18 hari
kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di tahanan Polda Jatim dengan tuduhan terlibat
pembunuhan Marsinah. Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D. Soerjadi, mengungkap adanya rekayasa
oknum aparat kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh Marsinah. Tim Terpadu telah menangkap
dan memeriksa 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10
orang yang diduga terlibat pembunuhan tersebut adalah Anggota TNI. Di pengadilan, Yudi Susanto divonis
17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun,
namun mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses
selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari
segala dakwaan (bebas murni). Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya telah menimbulkan
ketidakpuasan sejumlah pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah
"direkayasa".
Macam
HAM Yang
dilanggar
Pelanggaran HAM Berat
Pasal 9 UU No 26 Tahun 2000 unsur kejahatan
manusia

Pelanggaran Sila ke-2


Kemanusian yanga adil dan beradab

Pembukaan UUD 1945


Warga negara berhak mendapatkan
perlindungan dari pemerintah.
Pasal 28G ayat 1
Tentang perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda

UU No. 39 Thn. 1999 pasal 9-66


Tentang HAM dan kebebasan dasar manusia

UUD 1945 Pasal 27 ayat 3


Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara
Tindakan Preventif
1. Pihak PT harus bersikap adil dengan putusan
pemerintah untuk menaikan gaji upah buruh
harus segera di realisasikan.
2. Dalam melakukan sesuatu haruslah didasari
pemikiran yang matang, agar tidak muncul
permasalahan
Tindakan represif
1. Menangkap dan memeriksa 10 orang yang
diduga terlibat pembunuhan terhadap
Marsinah
2. Memvonis para terdakwa dengan hukuman
penjara 17 tahun dan ada yang 12 tahun
penjara
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai