Anda di halaman 1dari 16

Marsinah

Aktivis yang dibunuh


pada masa Orde Baru.
who wa
s?

Start
O
U
R 😘
T GHEFIRA POPI ANGGUN RISMA

E
A
M
FITRI FAKHRI HARISA IBNU
MENGENAL
MARSINAH

ictim
he V
T
Marsinah adalah seorang pekerja perempuan yang menjadi
simbol perjuangan buruh Indonesia. Ia lahir pada 10 Januari
1965 di desa Sumber Gedong Kabupaten Lumajang Jawa Timur.
Marsinah adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara. Masa
kecilnya dihabiskan di desa kelahirannya di mana ia tumbuh
dalam keterbatasan ekonomi.

Marsinah terjun ke dunia buruh pada usia yang masih sangat


muda. Pada usia 15 tahun ia mulai bekerja sebagai buruh
pabrik di Industrial Estate Sidoarjo di Jawa Timur. Sebagai
pekerja pabrik Marsinah menghadapi berbagai ketidakadilan
dan penindasan di tempat kerja. Upah yang rendah beban kerja
yang berat dan kondisi kerja yang tidak manusiawi menjadi
masalah umum yang dihadapi oleh pekerja seperti Marsinah.

whO?
TUNTUTAN MARSINAH

KENAIKAN UPAH THR


Sesuai kebutuhan buruh, Minta satu bulan gaji sesuai
upah transpor, dan uang dengan himbauan pemerintah
makan tambahan.

TUNJANGAN CUTI KEADILAN


Saat hamil dan haid. Upah karyawan baru di samakan
dengan buruh yang sudah 1
tahun kerja.

ASURANSI BUBARKAN SPSI


Asuransi kesehatan bagi Pengusaha dilarang melakukan
buruh di tanggung mutasi, intimidasi,dan PHK
perusahaan. karyawan yang menuntut hak nya
appen
it's h
how

KRON O L O G I
KE J A D I A N
Chronology of a Crime

2 Mei 1993 3 Mei 1993 5 Mei 1993


Marsinah terlibat dalam para buruh mencegah Masih terlibat
rapat perencanaan unjuk teman-temannya bekerja perundingan-
rasa yang digelar di untuk melakukan aksi perundingan.
Tanggulangin, Sidoarjo. mogok.
5 Mei 1993, Siang hari
Sebanyak 13 buruh yang dianggap menghasut rekan-rekannya
untuk berunjuk rasa, digiring ke Komando Distrik Militer
(Kodim) Sidoarjo. Mereka kemudian dipaksa mengundurkan
diri dari PT CPS karena dituduh telah menggelar rapat
gelap dan mencegah karyawan lain bekerja. Kala itu,
Marsinah dikabarkan sempat mendatangani Kodim Sidoarjo
untuk menanyakan keberadaan 13 rekannya yang sebelumnya
digiring ke sana. Namun, sekitar pukul 10 malam tanggal
5 Mei 1993, Marsinah menghilang.

9 Mei 1993
Jasad Marsinah ditemukan oleh warga di area perkebunan. Ia
ditemukan dengan luka-luka parah termasuk patah tulang luka
sayatan dan tanda-tanda penyiksaan. Berdasarkan hasil
autopsi, Marsinah diketahui telah meninggal dunia pada satu
hari sebelum jenazahnya ditemukan, yakni pada 8 Mei 1993.
Adapun penyebab kematian Marsinah adalah penganiayaan berat.
Selain itu, Marsinah juga diketahui telah diperkosa.
TANGGAPAN
PEMERINTAH
loser
ok c
lo
Delapan orang petinggi PT CPS ditangkap secara diam-diam dan tanpa
prosedur resmi. Salah satu orang yang ditangkap adalah Kepala Personalia
PT CPS, Mutiari, yang kala itu sedang hamil. Selain itu, pemilik PT CPS,
Yudi Susanto, juga turut ditangkap dan diinterogasi. Orang-orang yang
ditangkap itu diketahui menerima siksaan berat, baik secara fisik
ataupun mental, serta diminta mengakui telah merencanakan penculikan dan
pembunuhan terhadap Marsinah.

Selama proses penyelidikan dan penyidikan, Tim Terpadu telah menangkap


serta memeriksa 10 orang yang diduga terlibat dalam pembunuhan Marsinah.
Dari hasil penyelidikan itu disebutkan bahwa Suprapto, seorang pekerja
di bagian kontrol PT CPS, menjemput Marsinah dengan sepeda motornya di
dekat rumah kos aktivis buruh itu. Marsinah kemudian disebut dibawa ke
rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya. Setelah tiga hari
disekap, Marsinah disebut dibunuh oleh Suwono, seorang satpam di PT CPS.
Pemilik PT CPS, Yudi Susanto, kemudian dijatuhi vonis 17 tahun penjara.
Sementara itu, beberapa staf PT CPS dijatuhi hukuman sekitar empat tahun
hingga 12 tahun penjara. Akan tetapi, Yudi Susanto kala itu kukuh
menyatakan tidak terlibat dalam pembunuhan Marsinah dan dirinya hanya
menjadi kambing hitam.
Ia kemudian naik banding ke Pengadilan tinggi dan dinyakan bebas.
Para staf PT CPS yang dijatuhi hukuman juga naik banding hingga
mereka dibebaskan dari segala dakwaan atau bebas murni oleh
Mahkamah Agung. Putusan Mahkamah Agung tersebut tentu mengundang
kontroversi dan ketidakpuasan masyarakat. Para aktivis terus
menyuarakan tuntutan agar kasus pembunuhan Marsinah diselidiki
dengan terang dan kecurigaan terhadap keterlibatan aparat militer
diungkap.
Kasus ini menjadi perhatian nasional dan mendapatkan liputan
media yang luas. Masyarakat menuntut agar pelakunya diadili
dan dihukum setimpal sebagai bentuk keadilan bagi Marsinah dan
keluarganya. Namun penanganan kasus ini oleh pemerintah dan
polisi tergolong lamban dan terkesan mengabaikan keadilan bagi
Marsinah.

Proses penyelidikan dan peradilan kasus ini menghadapi


berbagai kendala termasuk adanya unsur penekanan dari berbagai
pihak. Meskipun ada tersangka yang ditangkap proses hukum
tidak berjalan lancar dan terhambat. Keterlibatan pelaku dalam
kasus ini diduga memiliki kaitan dengan kepentingan politik
dan bisnis yang kuat sehingga menimbulkan spekulasi bahwa ada
upaya untuk menutupi fakta-fakta yang sebenarnya.
Akibat penanganan yang lambat dan tidak transparan kasus
Marsinah menjadi simbol kegagalan sistem peradilan dalam
memberikan keadilan kepada korban kejahatan. Hal ini memicu
kemarahan masyarakat yang terus memperjuangkan kasus ini
sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan.

Namun setelah tekanan dari masyarakat semakin besar kasus


Marsinah mulai mendapatkan perhatian yang lebih serius.
Pemerintah dan polisi mulai mengalihkan perhatian dan
melakukan upaya lebih intensif untuk menuntaskan kasus ini.
Keluarga Marsinah dan masyarakat mendapatkan dukungan dari
berbagai lembaga hak asasi manusia dan organisasi masyarakat
sipil yang berjuang untuk menjadikan kasus kasus ini sebagai
titik tolak untuk perubahan sistem peradilan di Indonesia..
Pada tahun 1997 beberapa pelaku yang terlibat
dalam pembunuhan Marsinah akhirnya diadili dan
dihukum. Barangkali kasus ini memberikan
pelajaran berharga bagi pemerintah dan polisi
tentang kebutuhan akan peningkatan sistem
peradilan dan perlindungan terhadap pekerja
perempuan.

look closer
KESIMPULAN

ictim
he V
T
kasus Marsinah adalah contoh nyata
pelanggaran HAM berat. Hak Marsinah untuk
hidup, kebebasan dan kebebasan dari
perlakuan tidak manusiawi dilanggar secara
brutal. Kejadian ini menunjukkan bahwa sila
kedua Pancasila yang menurutnya setiap orang
berhak untuk hidup dilanggar.

Anda mungkin juga menyukai